PROLOGUE

2.9K 261 77
                                    

⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐





























Ia kembali meneguk segelas minuman. Tentu bukan wine ataupun minuman memabukan lainnya. Ia hanya meneguk segelas jus jeruk yang ia pesan selepas kenyang menghabiskan semangkuk bakso. Rania, begitulah orang mengenalnya.

Perempuan cuek, apalagi soal berpakaian. Malas belajar dan tidak suka menabung. Kecuali menabung di kamar mandi, itu hal yang berbeda. Bayangkan! Kurang apalagi hal buruk yang menempel pada perempuan itu. Rambut yang jarang ia keramasi selalu diikat asal dengan karet rambut yang tak pernah ia ganti sejak lulus SMA.

Terlihat seperti gembel baru lebih tepatnya. Sangat disayangkan, struktur wajahnya yang sebenarnya nyaris sempurna dihancurkan dengan prinsipnya yang tidak mau merawat diri. Dua kelopak mata yang cantik, hidung yang mancung dan bibir mungil bak boneka. Ditambah dengan kulit putih mulus, hanya terkadang dekil akibat polusi udara di siang hari.

Dia kembali mengenakan maskernya setelah membayar dan pergi lagi ke suatu tempat. Kostannya. Dia menyewa sebuah kamar kost setelah lulus SMA dan bekerja. Sebelumnya ia tinggal di panti asuhan.

Rania membuka pintu kamar kostnya dengan sangat hati-hati. Karena suatu alasan yang ia juga bingung bagaimana menjelaskannya.

Terpaksa ia membawa anak laki-laki ke kamar kostnya. Entah siapa, Rania pun tidak tahu sama sekali. Tapi lelaki itu terlihat pingsan di bawah pohon yang tak jauh dari kostnya. Baru terjadi beberapa jam yang lalu. Ketika hujan deras Rania hendak membuang sampah dan betapa terkejutnya ia menemukan seorang anak lelaki bersandar tak sadarkan diri.

"Duh! Kalau ketahuan mak kost bakal jadi masalah." gumamnya sebelum membalikan tubuh melihat ke arah kasurnya. Matanya melebar ketika kasurnya kini sudah kosong. Tak ada seorang pun.

"Lah, itu anak kemana?" Rania mencari-cari kebingungan. Lalu netranya mendapati jendela kamar kostnya terbuka.

"Seriusan itu anak loncat?!" Rania berlari mengecek ke luar jendela kamar kostnya yang berada di lantai dua.

Tidak ada jejak dari lelaki itu kecuali sebuah gelang yang ada di atas kasurnya. Entah sengaja atau bagaimana, gelang itu ditinggalkan di sana. Perempuan itu memandangi sebuah gelang berwarna hitam dengan bandulan kecil berbentuk bintang.

"Lucu." desis Rania yang langsung mengenakan gelang hitam itu di pergelangan tangannya. Matanya lamat-lamat memandangi bandulan bintang yang terlihat sangat cantik.







____________________








Derap langkahnya terdengar begitu gaduh. Ia terus saja berlari seperti anak kecil. Entah apa yang perempuan itu kejar.

Pintu itu dibuka lebar-lebar saat tangannya meraih kop pintu. Semua orang di ruangan langsung menatapnya risih. Rania sangat mengganggu saat semua orang tengah mengikuti tes interview. Cerobohnya dia bisa lupa kalau ini hari interview untuk kerja, dia malah menonton film semalaman dan bangun di siang hari.

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang