Subuh hampir tiba saat mobil hitam milik Hangyul memasuki pekarangan rumah dimana ia akan menghabiskan akhir pekan.
Pria tua senja yang ia kenal baik sejak masih seorang pelajar menyambut kedatangan Hangyul seorang diri.
"Anda datang lebih cepat dari perkiraan, tuan." Paman Kwon tersenyum teduh. Pria senja tersebut termasuk orang kepercayaan Hangyul yang lain selain Hwang Yunseong tentunya.
"Berada dirumah besar hanya dapat membuatku tak leluasa bernapas. Bagaimana dengan Sihoon?"
Si tampan mengalihkan pembicaraan dengan cepat. Melepas jas yang ia kenakan berikut melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumahan.
"Sedikit murung saat menjelang makan malam. Meski begitu Sihoon-nim tidak melewati makan malamnya."
Hangyul tak menjawab apapun. Dapat ia tebak jika kemungkinan besar Sihoon berperilaku demikian karena ia tak datang diwaktu yang telah Hangyul janjikan.
"Istirahatlah kembali. Maaf mengganggu tidurmu paman."
Bukan maksud Hangyul mengingkari ucapannya, hanya saja ia tak bisa memilih. Untuk saat ini posisi Sihoon masih terlalu berbahaya untuk muncul ditengah keluarga besarnya.
Langkah lebarnya ia bawa menuju kamar diujung lorong. Memutar knopnya perlahan dan mendorongnya setenang mungkin tanpa menimbulkan banyak suara. Tersenyum kecil kemudian ketika mendapati punggung sempit yang membelakanginya.
Hangyul menyamankan posisi disisi Sihoon yang tertidur pulas. Menyempatkan diri mengecup bahu si manis yang mengintip dari balik selimut sebelum akhirnya tersentak ketika Sihoon berbalik tiba-tiba. Hangyul menahan napasnya, kaget tentu saja. Ia pikir tidur Sihoon terusik akibat kedatangannya, namun pria surai navy itu hanya mencari posisi nyaman lainnya untuk melanjutkan mimpi.
Kini wajah sosok yang tengah menyimpan benihnya tepat berada didada pria yang lebih tinggi. Tanpa sadar, lengan Sihoon beranjak merengkuh apapun yang berada disekitarnya; termasuk pinggang Hangyul. Si manis yang tengah berlayar dalam mimpi semakin merapatkan tubuh saat dirasa hawa dingin membuatnya tak nyaman. Mencoba mencari kehangatan ditubuh besar pria Lee.
Hangyul mendengus tipis. "Bisa-bisanya kau Kim Sihoon." Bisiknya hampir tanpa suara sembari memandang wajah damai Sihoon-nya yang tertidur.
Jemari panjangnya ia bawa untuk menyapu kening indah si manis yang tertutup helai rambut birunya. "Semoga mimpi indah mengikutimu Sihoon-ie. Dan maaf tak dapat menepati ucapanku."
➖➖➖
Semarak kicau burung saling bersahutan menandakan pagi telah tiba. Lagit bertabur bintang kini telah berganti dengan sapuan awan putih mengisi langit.
Sihoon menyeryit sesekali menguap. Pagi selalu datang dengan cepat pikirnya. Butuh waktu yang tak sedikit untuk si pemuda surai biru tersebut menjalankan fungsi otaknya secara normal. Atau katakanlah, nyawa Sihoon belum terkumpul sempurna.
Hingga proses pengisian kesadaran menginjak seratus persen, Sihoon hampir saja memekik tatkala menyadari ia dalam posisi yang-- errr- intim? Bahkan sapuan napas hangat milik sosok bertubuh kekar tersebut dapat Sihoon rasakan dengan amat baik.
Terlalu dekat, ah tidak-- bahkan sangat sangat sangat dekat! Keningnya bahkan nyaris bersentuhan dengan dagu runcing si chaebol tampan. Oh, tentu jangan lupakan belitan lengan kekar terkesan posesif yang berada dipinggang Sihoon. Tersemat begitu apik beriringan dengan lenganya yang sama-sama melingkari pinggang Hangyul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiling Flower ; Lee Hangyul + Kim Sihoon ✔
FanfictionLee Hangyul konglomerat yang menginginkan keturunan tanpa terlibat status pernikahan. Sementara Kim Sihoon pemuda yang tak biasa hidup dalam kemiskinan, menginginkan kehidupan nyaman tanpa niat berusaha keras. Hingga satu tawaran menggiurkan menggod...