Part 1

439 21 7
                                    

WHILE HER GUITAR GENTLY WEEPS

Jari-jemari yang lentik itu bergerak lincah dari fret ke fret, dari senar ke senar, mengikuti alunan musik band heavy metal yang dipasang agak lebih pelan volumenya daripada amplifier gitar listrik itu sendiri.

Pemilik jari cantik yang tidak lazim dimiliki oleh seorang gitaris itu sesekali memejamkan matanya menikmati permainan gitarnya sendiri dan lagu dari band kesukaannya itu. Sesekali pula mulutnya bernyanyi tanpa suara--dia tau suaranya tidak sebagus permainan gitarnya.

Kamar Cessa--si gitaris berjari cantik itu tidak terlalu kedap akan suara, sehingga serasa penuh dengan kebisingan musik seperti dalam sebuah konser bahkan jika lewat didepan kamarnya akan terdengar jelas. Tetapi jika melihat menembus pintu kamar yang beberapa meter jaraknya dibelakangi oleh Cessa sedari tadi, kebisingan yang hampir sama terjadi.

Diluar kamar Cessa tepat didepan pintu, Danang abang Cessa berkali-kali menggedor dan berteriak memanggil Cessa. Sesekali Danang melihat kebelakang melalui bahunya sambil tersenyum mengharap maklum dari dua temannya yang berada di dalam kamarnya.

Pintu kamar Danang yang berada persis di seberang pintu kamar Cessa terbuka lebar, menunjukkan Dito, yang tadinya melihat-lihat koleksi action figure Danang sekarang menjulurkan kepala dan sedikit badannya--mulai tertarik dengan apa yang sedang Danang lakukan.

Sedangkan teman yang satunya, Arga masih santai membaca majalah alam milik Danang di tepian tempat tidur yang sejajar dengan pintu--setelah sebelumnya sekali tersenyum maklum kepada si pemilik kamar di depannya--lalu seperti tidak peduli dia kembali membaca majalah. Tetapi itu tidak akan lama, setelah...

"CESSAAAAA!!" teriakan keras ketiga dari Danang pun tidak berhasil didengar Cessa. Cowok itu lalu berinisiatif memutar gagang pintu Cessa yang ternyata tidak dikunci.

Pintu terbuka lebar, sekarang isi kamar Cessa benar-benar nampak dari seberang di kamar Danang. Kontan suara bising dari lagu heavy metal seolah menyerbu keluar ruangan dan sampai ke kamar Danang, mengagetkan dua orang didalamnya. Tidak hanya itu, diperlihatkan pula pemandangan seorang cewek berambut ikal panjang yang selalu nampak berantakan namun tergerai indah itu sedang bermain gitar, dia mengenakan celana tidur panjang bermotif gitar dan kaos abu-abu yang agak kebesaran.

"Wow..." Dito bergumam pelan, sekarang perlahan dia menggerakkan seluruh badannya keluar pintu kamar Danang.

Arga yang terkejut akibat suara bising sampai menjatuhkan majalahnya, tercengang ketika perhatiannya teralih pada Cessa yang nampak disela-sela tubuh Danang yang tengah berkacak pinggang.

Agak sekali berdegup kencang juga jantung Arga, dia pun sempat heran sendiri kenapa begitu. Tetapi yang jelas sedetik setelahnya dia sudah bisa menebak bahwa adik temannya itu adalah cewek urakan, tidak seperti...ah, lupakan. Hampir mengingatnya saja sudah membuat dada Arga nyeri.

Di waktu yang sama, Cessa merasakan ada hawa berbeda didalam kamarnya yang bersuhu rendah dari AC, dia juga merasa suara penuh musik dikamarnya agak terbagi ke ruangan lain. Makanya dia menghentikan permainan gitarnya lalu menoleh kebelakang, dan mendapati Danang abangnya.

"MAS DANAAAANG!!!" pekikan Cessa mengalahi suara vokalis heavy metal yang lagunya tengah dipasang itu. Cessa buru-buru memutar guitar strapnya sehingga gitarnya sekarang berada di punggung, lalu berlari menyosong abang kesayangannya itu dan memeluknya.

Danang mirip Cessa, wajah manis khas Jawa yang diturunkan oleh Ayahnya, dan dipadu kulit putih dan rambut cokelat dari Ibunya yang blasteran Jawa-Perancis. Namun dengan tubuh tinggi tegap dan rambut cepaknya, Danang lebih cocok berada di sekolah kedinasan dibanding Fakultas Sastranya yang sangat dia cintai itu.

While Her Guitar Gently WeepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang