Dibawah sinar rembulan

9.8K 773 23
                                    

Cung siapa yang kangen lapak ini?
Hehehe...
Mari kita lanjut ya...
Are
You
Ready?

Cekidot ya 😉

Oiyaa selamat hari Raya Idul Adha man teman 🤗
Dan juga ada penambahan dan sedikit merubah alur cerita. Semoga suka ya.

Nyate... Nyate...

💃💃💃

Di sebuah pelabuhan di salah satu sudut kota New York terlihat sangat sibuk bongkar muat di malam hari. Edward mengeluarkan satu Batang rokok lalu menyulutnya. Dari mulutnya mengepul asap rokok ke angkasa. Ia tengah memantau bongkar muat yang terjadi di bawah sana.

"Apa barangnya tiba dengan selamat?" tanya Edward kepada Chen kaki tangannya.

"Tiba dengan selamat bos. Anak buah kita sudah berjaga jaga di area pelabuhan ini. Sebagian bersembunyi ditempatnya masing-masing memantau keadaan."

"Bagus. Jangan sampai lengah dan jangan sampai polisi mencium kegiatan kita."

"Baik bos."

Edward kembali memantau barang pesanannya dari balik kaca sebuah gedung tak terpakai dekat pelabuhan. Ia kembali menempelkan teropong jarak jauh di matanya dan memeriksa setiap geral gerik yang mencurigakan.

Ditelinganya tertempel earphone yang langsung tersambung dengan masing-masing ketua genk yang di milikinya.

Mata tajamnya bergerak kesana kemari dan menangkap pergerakan aneh dari sisi Utara pelabuhan. Ia langsung menghubungi anak buahnya yang berada disisi Utara agar waspada.

***

Sementara itu di lain tempat, Renata baru saja selesai bertugas. Ia harus lembur. Ada tambahan pasien yang harus ia operasi secepatnya. Rere menggerutu. Impiannya untuk bermalas malasan dikasurnya sirna.

Renata yang harusnya sudah pulang sekitar pukul 4 sore harus lembur karena ada pasien dadakan. Ia kembali masuk ruang operasi dan menyelesaikan pekerjaannya tepat pukul tujuh malam.

"Re ikut yuk. Ada acara makan malam bareng senior malam ini." ajak Rifki teman Renata dari Indonesia.

"Ogah. Gue ngantuk. Mau tidur hoaaaamm..." ucap Renata malas. Ia menguap sangat lebar. Jika di Indonesia ia menguap lebar seperti itu, sang bunda akan memukul mulutnya dan mengomelinya panjang kali lebar kali tinggi.

Beruntunglah ia ada di negara orang. Ndak mungkinkah tangan bundanya tiba-tiba datang menepuk mulutnya. Dengan mata terpejam Renata menguap dan terus berjalan. Tiba-tiba...

"Aduuhh. An***g. Sakit banget." gerutu Renata sambil mengusap-usap bibirnya yang berdenyut karena menabrak pilar besar dan kokoh di lobby rumah sakit.

Rifki tertawa ngakak. Ia ingin memberi tahu Renata tapi gadis itu keburu meringis kesakitan.

"Ish! Sebel banget. Bukannya nolongin malah ngetawain gue lagi. Sebeel."

"Ya lagian jalan kok merem. Baru aja gue mw ngasih tau eh elo udah nyium tembok aja." Rifki kembali tertawa ngakak. Renata makin kesal. Ia pergi meninggalkan Rifki yang tak henti hentinya tertawa.

MY DESTINY [EXCLUSIV at DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang