Dendam Kesumat (3)

557 61 8
                                    

"Selamat siang, Kak Nata."

Hinata dan teman-temannya mendengus kesal. Lagi-lagi diganggu oleh sekelompok mahasiswa awal itu. Heran, mereka jadi sering muncul dan datang tiba-tiba.

"Apaan lagi?!" tanya Hinata ketus. "Gue mau pergi sama temen-temen gue, jangan gangguin gue sama rengekan pait kalian terkait laporan yang masih di bawah standar itu!"

"Kami cuma mau ngasih ini," kata Indra yang memberanikan dirinya memberikan cokelat dan juga sebuket bunga. "Ini sebagai permintaan maaf saya. Saya tahu, saya salah. Saya minta maaf."

Hinata menerima bunga dan cokelat itu dengan ekspresi datar. Diberikannya cokelat itu pada si kembar Tayuya dan Karin, serta memberikan bunganya pada Shizuka yang memang sangat menyukai bunga. Lalu ia kembali menatap Indra dengan acuh tak acuh. "Udah, 'kan?" tanyanya malas. "Sekarang lo menyingkir dari hadapan gue, gue mau lewat. Empet gue lihat muka lo."

-SKIP-

"Ini kenapa ada selipan kata yang gak baku, sih?!" omel Hinata. "Kalian ini bikin laporan, bukan ngetik chat. Cerdas dikit, lah! Pake otak, makanya!"

"Salah lagi, salah lagi,"

Hinata menatap malas mereka semua. "Udah, selesaikan dulu semuanya, kita ketemu lagi besok lusa." Seperti biasanya, Hinata pergi begitu saja dengan mudahnya.

"Astaghfirullah," lirih semua mahasiswa yang menjadi korban dari amukan sang singa betina. "Gue gak tau kalo Kak Hinata bakalan segalak itu dan sesentimen itu sama kita."

"AAARRGGHH!!!"

"INDRAAAAA!!! INI SEMUA GARA-GARA LO!"

***

"Gimana sama mahasiswa-mahasiswa itu, Hinata?"

"Ya, begitulah, Pak. Agak susah diberikan arahan."

"Tapi kamu masih bisa menanganinya, 'kan?"

"Alhamdulillah, masih bisa. Bapak tenang saja."

"Ya Allah, Pa..." sela Shikamaru gemas. "Di panggilan video masih aja obrolannya tentang kampus-kuliah-tugas, kampus-kuliah-tugas. Bosen, Pa. Sekali-sekali bahas lamaran-tunangan-nikahan, gitu,"

"Nanti aja, setelah Hinata wisuda dan kamu diangkat jadi kapten, bolehlah langsung nikah."

"Hedeuh, syaratnya kok ya berat banget, Pa?"

"Jangan egois! Meski kalian saling cinta dan keluarga sama-sama setuju, bukan berarti kalian bisa dengan gampangnya menikah,"

"Siap, Papa." Shikamaru tersenyum lebar penuh kepalsuan. "Udah, ya. Shika mau jalan dulu sama calon mantu Papa. Daaahh... Assalamu'alaikum." Setelah sang papa menjawab salamnya, Shikamaru langsung mengakhiri panggilan video tersebut.

***

"Kak Hinata susah banget sih dihubungin, lagi penting juga," gerutu Indra kesal. "Apa gue ke rumahnya aja kali, ya. Eh, tapi 'kan belom janjian. Ntar dia ngamuk, lagi. Dan iya kalo orangnya ada di rumah, kalo gak ada 'kan kedatangan gue jadi sia-sia."

Tiba-tiba saja Indra jadi memikirkan sosok Hinata. Gadis cantik bak bidadari. Meski omongannya pedas luar biasa, tapi harus Indra akui kalau Hinata adalah perempuan cerdas dengan kepribadian yang menyenangkan. Terlebih saat mengulas senyuman, gigi gingsulnya begitu menawan hati.

"Duh, kok tiba-tiba jadi deg-deg'an gini? Masa iya gue jatuh cinta sama si Hinata?"

"Lo ngapain, Ndra?" tanya Obito saat melihat Indra yang duduk melamun. "Ngelamunin apaan lo?"

"Bukan apa-apa." Indra tampak cuek-cuek saja. "Laporan apa kabarnya?"

"Nanti siap di print."

Obito diam-diam mengambil HP Indra. Ia lalu membulatkan kedua matanya saat melihat begitu banyak foto Indra di HP Indra. Lelaki tampan itu memicing saat Indra tampak tenang. Dengan foto Hinata sebanyak itu, besar kemungkinan kalau Indra naksir gadis jutek tersebut.

Cerpen Hinata Hyuuga ala LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang