Hujan, di mimpi

150 21 4
                                    

Yuri memarkirkan mobil kris, gadis itu kemudian mematikan mesinnya dan keluar dari mobil sedikit berlari ke arah pintu samping tempat kris duduk. Gadis itu membantu pemuda itu dengan hati-hati.

Dengan telaten yuri membantu kris berjalan, masuk ke dalam rumah nya hingga membantu pemuda itu berbaring di kasurnya. Yuri melepaskan sepatu kris, dan membantu pemuda itu melepaskan jas kantornya.

Kris hanya menurut, untuk pertama kalinya setelah nyaris 3 tahun, hatinya berdetak kembali, ia merasa seakan ia benar-benar kembali hidup. Gadis di hadapannya adalah orang yang teramat sangat ia rindukan, gadis yang selalu mengurusnya sejak dahulu itu benar-benar ada di sana bersamanya.

Kris mengamati setiap pergerakan yuri, mulai dari gadis itu membereskan sepatu dan jasnya hingga gadis itu membuka lemarinya dan memilih baju ganti yang nyaman. Semuanya adalah hal yang kris rindukan. Gadis yang sejak dulu selalu mengurusnya itu kini kembali, meski hanya hari ini setidaknya ia bersyukur pada tuhan.

"cepat ganti pakaianmu, pasti tidak nyaman memakainya untuk tidur" Yuri menyodorkan satu set pakaian santai untuk kris, pemuda itu menerima kemudian berjalan menuju kamar mandinya.

Yuri menatap punggung kris yang lambat laun ditelan pintu kamar mandi, gadis itu menghela napasnya kemudian keluar dari kamar kris.

Sesaat kemudian kris keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar sehabis cuci muka, kepalanya benar-benar pening dan ia merasa tubuhnya panas. Kris tidak menemukan yuri di kamarnya, gadis itu mungkin sudah pulang, pikirnya.

Pemuda itu berbaring di kasurnya, memejamkan matanya, berpikir apakah segala hal tentang yuri hari ini adalah mimpi? Apakah ia sedang bermimpi? Jika iya tolong jangan bangunkan ia. Kepalanya semakin pening, dan kris mulai larut dalam tidurnya.

Pintu kamarnya terbuka, yuri berdiri di sana dengan nampan di tangannya, bubur dan segelas teh hangat. Ia melihat kris tertidur di kasurnya, wajah pemuda itu sedikit segar meski masih dengan tampang lelahnya.

Yuri meletakkan nampannya di atas nakas sebelah tempat tidur kris. Gadis itu menatap wajah tampan di hadapannya 'Seandainya kau tidak melalukan kesalahan itu, akankah kita hari ini bahagia bersama?' Yuri menelusuri wajah tampan yang terpahat sempurna di hadapannya itu, tangannya bergerak menuju dahi kris, panas. Benar, pemuda itu demam.

Yuri berjalan menuju kamar mandi kris, meraih sebuah baskom dan mengisinya dengan air hangat. Tangan kecilnya meraih handuk kecil di lemari atas wastafel nya kemudian melangkah kembali menuju tempat tidur kris.

Gadis itu dengan sabar mengompres pemuda demam di hadapannya, yuri dapat melihat kerutan di dahi kris saat handuk hangat itu menyentuh kulit pemuda itu.

"Sebanyak apa beban yang kau tanggung?" Tangan yuri bergerak menekan kerutan di dahi kris, membuatnya menjadi seperti sedia kala. Tangan gadis itu bergerak turun, menuju hidung pemuda itu.

"Kris, aku tidak bisa seperti ini, tolong katakan harus bagaimana aku melihatmu?" Satu tetes airmata mengalir bebas dari mata indah gadis itu. Dadanya sesak, melihat pemuda yang di cintainya berbaring tak berdaya di atas tempat tidurnya. Bersamaan itu pula ada luka yang menyeruak dalam dadanya, sesak, pedih dan kesakitan.

Kris melihat hamparan luas tempat berwarna putih di hadapannya. Di depannya ada sebuah danau dengan air yang begitu bening, ada sebuah pohon dengan kursi panjang di bawahnya. Hanya itu, selebihnya putih. Ia dapat melihat bahwa ia hanya mengenakan kaus putih dan celana hitam.

Let Me GoWhere stories live. Discover now