Sinar mentari masuk menembus kaca jendela kamar, mengusik kedamaian seorang gadis yang sedang menikmati tidurnya.
Ia membuka matanya perlahan, mengumpulkan kesadarannya. Tangannya terulur mengambil benda pipih yang berada di atas meja di samping tempat tidurnya.
Gadis itu terkejut dan langsung bangun dari posisi tidurnya setelah melihat jam di HPnya.
"Mampus gue telat!"
Segera dia melempar benda pipih tersebut ke sembarang arah. Untung saja benda itu masih jatuh di atas kasur.
Nessa, gadis ceroboh, sering tidur larut malam, dan sering bangun kesiangan.
Dia langsung lari menuju kamar mandi. Tidak sampai 5 menit, gadis itu sudah keluar.
"Ah bodo amat gak mandi. Yang penting pake parfumnya dibanyakin."
Jika dalam kondisi mendesak seperti ini, Nessa memang lebih memilih tidak mandi. Hanya mencuci muka dan menggosok gigi saja itu sudah cukup baginya.
Nessa segera merapikan pakaian dan riasannya. Hanya menggunakan bedak dan lipstick agar tidak terlihat pucat. Rambutnya pun ia biarkan tergerai.
Setelah semuanya siap, ia keluar dari kamarnya dan berpamitan kepada sang mama. Tidak sempat sarapan, karna dia sudah benar-benar terlambat. Ada kuliah pagi dan dosennya adalah Pak Isnan yang terkenal sebagai dosen killer.
***
Sungguh ini pagi yang sial bagi Nessa. Ia saat ini berdiri seorang diri di halte yang tak jauh dari rumahnya. Berangkat menggunakan angkutan umum, tidak menggunakan mobil pribadi seperti biasanya dikarenakan mobilnya sedang berada di bengkel.
Cukup lama ia menunggu, belum ada angkutan yang datang. Untung saja jarak dari rumahnya ke kampus tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar 20 menit, ia sudah sampai di kampusnya.
Nessa semakin gelisah sekarang. Sudah 10 menit, belum satupun angkutan yang datang. Ia memutuskan untuk memesan ojek online. Saat sedang berkutik dengan HPnya, tiba-tiba ada mobil berhenti tepat di depannya.
***
"Eh bang, lo beneran deh kenapa pagi-pagi mau nganterin gue ke kampus?" tanya Chanu kepada sang kakak, Jinan.
Mendengar pertanyaan adiknya yang sudah ia dengar berkali-kali pagi ini, dan sudah dijawab sebanyak Chanu bertanya, kali ini sang kakak hanya menghela nafas dan menatap wajah adiknya itu tanpa hendak menjawab.
Melihat respon sang kakak, Chanu langsung menoyor kepala Jinan.
Tak terima dengan perlakuan adiknya itu, Jinan langsung menghentikan mobilnya di depan halte, berniat untuk mengomeli adiknya itu.
"LU BERANI YA KE GUA HAH?! YANG SOPAN DONG SAMA ABANG! PUNYA ADEK GAK ADA SOPAN-SOPANNYA!" teriak Jinan yang membuat Chanu menutup telinganya.
"Iya iya, maap. Gak usah teriak-teriak juga dong! Bang, lu kalo lagi kayak gini kan--"
"APA?! MAU BILANG GUA KAYAK EMAK-EMAK LAGI NGOMEL? BENER-BENER LU YA! GUA TURUNIN DI SINI TAU RASA LU!"
"Yah, bang, jangan turunin gue dong," Chanu mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Ia melihat ada seorang gadis berdiri tepat di samping mobilnya. Gadis itu terlihat sedikit kebingungan.
"Eh bentar, itu kan Nessa." Chanu menurunkan kaca mobilnya.
"Nes! Ngapain lo berdiri di situ kayak orang bingung aja," tanya Chanu kepada Nessa, sahabatnya di kampus.
"Ohh lo ternyata, gue kira siapa. Gue lagi nunggu angkot nih cuma lama banget dari tadi gak ada yang dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [hiatus]
Fanfiction"Mmpphhh.." "Lephh.. passhh!!" Nessa berhasil mendorong dada Jimin agar melepaskan ciumannya. Jujur saja, Nessa sudah hampir kehabisan oksigen karena ciuman itu. Tanpa Nessa sadari, ternyata Jinan, yang menyandang status sebagai kekasihnya itu melih...