SEVEN

6.3K 322 6
                                    

Perempuan itu sedang bersandar di pinggir ranjang. Pandangannya masih kosong menghadap di depan ada jendela.

Dia tidak tahu harus bagaimana. Penyakitnya sudah di ketahui oleh Clara yang kebetulan sebagai dokter. Ditambah Aiden sang mantan kekasihnya.

Bagaimana ia bisa menjalani hidup? Bahkan dirinya ingin berakhir dari hidupnya. Orang tua nya tidak pernah kasih perhatian. Papa dan Mama selalu sibuk dengan pekerjaan. Kasih sayang dengan orang tua masih berkurang.

Orang tuanya tidak pernah mengetahui tentang penyakitnya bahkan orang lain. Baru - baru ini di ketahui oleh Clara dan Aiden. Dia yakin cukup mereka berdua hanya mengetahui tentang penyakitnya.

Terdengar pintu terbuka membuat perempuan itu menoleh. Melihat kedatangan suami bersama wanita lain. Menambah luka paling dalam.

Perempuan kembali membuang muka dan memandang jendela itu.

"Sudah baikan? Ini surat penceraian. Kau harus tanda tangan disini. Agar proses penceraian cepat selesai" kata Adam menyodorkan sebuah map coklat.

Tanpa berpikir panjang. Alea mengambil map itu lalu menarik selembar kertas. Tidak lupa menandatangai proses penceraian. Pernikahannya tidak bisa bertahan lagi.

Alea kembali menyodorkan kertas itu. Adam yang menerima dan tampak tersenyum senang berpisah dengan Alea.

"Bagus" ucap Adam. "Sidang penceraian akan diadakan satu minggu lagi. Kuharap kau tidak mangkir" tambah Adam lagi.

"Iyaa.." jawab Alea lemah.

Adam menarik tangan wanita yang bersamanya pergi dari hadapan Alea. Mata Alea tidak lepas dari mereka sampai menghilang dibalik pintu.

Mengapa hatinya terasa perih? Rumah tangganya sudah hancur. Alea tidak memiliki kebahagiaan lagi. Alea hanya menunggu hidupnya akan berakhir.

"Mbak Alea.." panggil Clara pelan saat membuka pintu.

Alea menoleh dan tersenyum melihat Clara datang. Clara melangkah pelan sembari mengusap perutnya. Kini Clara tidak memakai jas putih. Karena sedang cuti kehamilan sudah jalan 7 bulan.

"Sudah baikan, Mbak?" Tanya Clara saat sudah disamping Alea.

Alea mengangguk pelan sembari meringis sakit. Kepalanya masih sedikit pusing.

"Mbak Alea bohong ya. Masih sakit tuh" kata Clara.

Alea hanya menyengir pelan. Benar kata Clara masih pusing.

"Mbak Alea jangan terlalu banyak pikiran. Mbak harus istirahat total" saran Clara.

"Iya Clara. Aku gak kepikiran kok" bantah Alea. Ia tidak mau Clara khawatir dengan dirinya. Alea memang sedang berpikir tentang penceraian dengan Adam.

"Mbak Alea ada masalah?" Tanya Clara. "Siapa tahu Mbak bisa cerita sama Clara. Kalau Mbak gak bisa cerita gak apa - apa. Setidaknya Mbak cerita bisa mengurangi beban berat"

"Memangnya aku berat badan ya bisa mengurangi beban?" Canda Alea terkekeh. Clara yang mendengar itu langsung mendengus kesal. "Akhir - akhir ini aku memikirkan cerai. Minggu depan aku harus datang ke pengadilan" lirih Alea pelan.

PAIN OF LOVE [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang