[part 13]

1.3K 133 13
                                    

Sudah cukup lama setelah kejadian malam itu. Keesokan lusanya, operasi Atsushi telah di mulai. Louisa yang pernah mengatakan tak bisa lama-lama di kota akhirnya pulang ke desa.

"Ryunosuke kun tidak ikut bermain?" ajak Kenji setelah melihat Akutagawa bergesa-gesa mungkin mengambil tas dan beranjak dari kelas.

Akutagawa terdiam dan menjawab dengan tatapan, kemudian membuang muka.

"Kenapa semangat sekali. Sebentar lagi ada ujian. Lebih baik jangan kebanyakan bermain." tegur Ranpo menyusul. "Hanya sebentar saja. Lagipula aku bersama Tanizaki kun dan Naomi chan." Kenji melawan.

Tak memperdulikan obrolan teman-temannya yang berisik, Akutagawa membuka pintu kelas dan segera pulang. Bukan pulang ke rumah, melainkan ia pergi ke toko bunga.

***

Bel ditoko bunga itu bedering terpukul oleh pintu. Sebuah toko kecil yang di pegang oleh Lucy menjadi pusat 3 hari terakhir ini, Akutagawa ke toko tersebut.

"Selamat data... Ah kau lagi ya?" saat menengok ke belakang, Lucy melihat orang yang akhir-akhir ini sering mampir ke toko pemberian pamannya ini. "Beri aku seperti biasanya." sambil membuang muka, cuek, Akutagawa mendekat ke Lucy.

"Ya, hari ini aku akan memberikanmu aster. Stok bunga krisan ku habis." memotong dan membungkus sebuah bunga putih yang segar, kemudian Lucy memberiannya ke Akutagawa. Saat sedang merogoh saku, Akutagawa terhenti karena ucapan Lucy.
"Untuk hari ini gratis. Kau sudah sering mampir, aku berterima kasih. Semoga Atsushi cepat sembuh."

Setelah interaksi tersebut terjadi, Akutagawa segera berangkat ke rumah sakit.

***

"Ah, Ryunosuke ya." ketika sedang mengetik beberapa pesan di smartphonennya, John melihat orang yang tak asing menurutnya.

Setiap hari Akutagawa ke rumah sakit menjenguk Atsushi. Namun ia selalu mendapatkan tamparan dari Louisa. Hari ini berbeda, John mendampingi Atsushi setelah operasinya. Beberapa buket bunga pun terlihat masuk kedalan tempat sampah. John mengenali keadaan.

"Bungamu ya? Maafkan sikap Louisa selama ini." senyuman tak meyakinkan, menunduk dan malu untuk bertatap muka, John merasa bersalah. "Tidak masalah. Bagaimana keadaannya?" tanya Akutagawa meletakkan bunganya di meja penuh alat, samping Atsushi.

"Operasinya berjalan dengan lancar. Hanya butuh beberapa bulan, agar sembuh total."jawab John ragu-ragu.

Sempat melirik ke orang spesial baginya, Akutagawa menghela nafas. Melihatnya, John merasa kasihan.

"Kau tahu Atsushi menyukai seseorang?" obrolan itu dibuka hangat.

Memiringkan kepalanya, Akutagawa sedikit gr dengan apa yang diucapkan pria dewasa di sampingnya.

"Ia pernah mengatakan kepadaku, kalau ia mencintai seseorang, dengan nyawanya." akhirnya, obrolan itu menjadi sedikit nyaman karena John berani menatap Akutagawa.

***

Malam itu sebelum toko di tutup, John kebingungan mencari pucuk hidung Atsushi, dimana, di kamarnya tidak ada.

Menaiki anak tangga sedikit tergesa-gesa, ia sampai pada satu tempat kesayangan Atsushi. Kamar atas, dimana tempat Atsushi bermain.

Setelah langkahnya sampai di bibir tangga, ia melihat anaknya tertidur pulas. Awalnya, ia hanya melihat pemandangan Atsushi tertidur. Namun setelah sedikit lama mengamati, ia sadar ada sesuatu yang Atsushi genggam.

John segera mengambil dan melihatnya. Sebuah kertas berisikan tentang berbagai ungkapan aneh, yang membuat John sedikit bingung.

Cinta, suka, sayang, maaf, malu, dan nama orang yang dituju, ada dalam kertas tersebut. Karena berisiknya John tertawa kecil, Atsushi terganggu dan terbangun.

BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang