[ LEA, SI RUBAH LICIK ]

25K 972 42
                                    

Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!

Warning, Typo!

Happy Reading!!!!!

( ╹▽╹ )

Sharine memasuki ruangan milik Gian dengan perasaan bersalah. Kakinya melangkah pelan, agar Gian tidak terganggu oleh kehadirannya, meski laki-laki itu masih dalam keadaan koma.

Sharine duduk disamping kasur Gian. Dia merasa bersalah, karena melibatkan Gian dalam urusan balas dendam nya, sehingga berakhir melukai pria itu.

"Maaf, Om. Sharine baru datang. Maaf." Kata Sharine, dengan lirih. Gadis itu menggenggam tangan kiri Gian, sesekali ibu jarinya mengusap punggung tangan pria itu.

Di detik setelahnya, Gian membuka matanya. Dia menatap Sharine penuh dengan kasih sayang, dan marah. Bukan marah kepada Sharine, melainkan kepada dirinya sendiri. Gian merasa dirinya tidak becus menjadi Om Sharine. Sharine selalu sendirian. Tidak ada yang merangkul gadis itu saat dia sedang berada di titik terendah.

"Shaa..." Panggil Gian dengan suara yang pelan.

Sharine yang sedang menunduk melotot kaget. Gadis itu mendonggak, menatap Gian dengan matanya yang sayu.

"Om..."

Tanpa berfikir panjang, gadis itu memeluk Gian dengan erat. Tangisannya semakin tumpah. Yang mulanya menangis dalam diam, kini mengeluarkan suaranya sangat pilu.

"I Miss you and im sorry." Kata Sharine, dengan lirih.

Gian tersenyum tipis. Pria itu mengusap rambut Sharine dengan lembut. "Kamu apa kabar, Shasha? Kesayangan om ini baik-baik aja kan? Mereka gak jahatin kamu kan, Princess?."

Sharine melepas pelukannya, lalu kembali duduk diatas kursinya. Gadis itu tersenyum lebar, "selagi om ada disisi aku, aku baik-baik aja, om."

Gian menunjuk cctv tersembunyi yang berada di ruang rawatnya. "Disitu ada bukti, Lea mencoba untuk membunuh om beberapa hari yang lalu."

"Lea?." Ulang Sharine. Gadis itu menatap Gian penuh khawatir, "tapi om gapapa, kan? Dia lukain om dimana?."

"Dia gak lukain om lewat fisik. Lea bawa cairan yang ada di suntikan, om gatau itu apa. Yang pasti, saat Lea menyuntikan cairan tersebut ke kantung infusan Om, cairan yang ada disana terlihat sedikit mengeruh."

Sharine memperhatikan cctv tersebut dengan tatapan serius. Dalam hatinya, Sharine terus mengumpat dan merafal sebuah janji bahwa dia akan membunuh Lea. Gadis itu benar-benar tidak tahu malu, sudah merusak keluarganya.

"Ngomong-ngomong... Sejak kapan om sadar?."

"1 Minggu yang lalu om sudah sadar, Shasha."

Sharine melipat kedua tangannya didepan dada. Wajah gadis itu terlihat seperti marah. "Kok om gak bilang sama aku?."

Gian menghela nafasnya. "Gimana om bilang sama kamu, Princess? Saat om mau kabari kamu, Nicky datang. Dia ceritakan semua masalah yang menimpa kamu. Disitu om marah, dan memilih untuk berpura-pura masih dalam keadaan koma."

Sharine menggenggam erat tangan Gian. "Om... Sekarang Om bangun ya? Om gaperlu berpura-pura kayak gini lagi. Aku butuh Om. Aku sendiri disana. Sakit."

Gian bangun dari tidurnya. Dia duduk, lalu menarik Sharine kedalam pelukannya.

"Om akan pulang. Kamu gak sendiri. Oke?."

( ╹▽╹ )

Jam menunjukkan pukul 06.05 pagi. Tadi, Sharine baru saja menjemput Gian yang akan pulang ke rumah siang nanti. Setelah memastikan bahwa Gian baik-baik saja, Sharine meminta izin untuk pergi ke sekolah.

THE SECRET OF SHARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang