"Kami menduga Mrs. Cho terkena depresi, Mr. Cho. Ia juga menderita gangguan panik."
Para psikiater memberi konklusi atas apa yang dialami oleh Yuri saat ini. Anna, yang duduk di samping Yuri yang sedang tertidur pulas akibat obat penurun panasnya, tak mengerti apa-apa. Ia terus bermain dengan sang ibu, melingkarkan tangan Yuri pada tubuhnya.
Catherine sejak kemarin hanya bisa diam, berdiri di belakang Kyuhyun mendengar diagnosa tersebut. "Apa penyebabnya?" tanya Kyuhyun lagi. "Berdasarkan apa yang kami tanyakan dan lakukan tadi, Mrs. Cho merasakan tekanan yang sangat semenjak Catherine mulai sulit diatur. Ia takut tidak bisa menjadi ibu yang baik.
Namun, mengungkapkan ke anda cukup sulit. Sepertinya beliau juga selalu memendam semuanya sendiri selama ini?" tanya sang psikiater. Kyuhyun menganggukkan kepalanya. Memang benar Yuri selalu memendam semuanya sendiri dan tebakannya akan penyebab Yuri seperti itu benar terjadi.
"Kami menyarankan agar anda terus mengajak beliau berbagi cerita dan berkomunikasi lebih. Paksa sedikit Mrs. Cho untuk berbicara. Kami menyiapkan dua obat, satu untuk serangan paniknya." ujar sosok berpakaian putih itu. Kyuhyun menganggukkan kepalanya.
Apa yang membuat Kyuhyun paling terpukul? Fakta bahwa ini disebabkan oleh putrinya dan Kyuhyun tak pernah bisa menjadi pendengar yang baik bagi perasaan Yuri. Ia tak pernah tahu bagaimana caranya bisa mengetahui perasaan Yuri karena wanita itu sejak kuliah pandai menutup semuanya rapat-rapat.
"Sayang, kau sudah bangun?" tanya Kyuhyun setelah para tim dokter pulang. Ia duduk di tepi kasur, membelai rambut sang istri penuh perhatian. Memang, sejak dulu semua tahu bahwa Kyuhyun yang lembut dan Yuri adalah sosok menyeramkan di sampingnya yang sangat kaku.
Yuri mengangguk kecil. Yuri segera duduk dan bersandar pada sandaran kasur. Kyuhyun dengan perhatian memeriksa suhu tubuh Yuri dengan termometer, menyeduh teh untuk istrinya yang sedang sakit itu. "Demammu sudah turun. Jangan pikirkan Anna dan Catherine, mereka ada di kamar dan babysitter juga Bibi Jung." ucap Kyuhyun.
Senyum pudar di wajah Yuri membuat Kyuhyun merasa sedih. Biasanya, walau dingin, Yuri selalu menyuggingkan senyuman, terutama pada keluarganya. Namun, hari ini ia terlihat sangat lemah seperti saat dulu berkali-kali ia jatuh sakit. Walau dalam hati Kyuhyun merasa bersyukur keadaan Yuri tidak separah dahulu saat ia sedang stress berat.
"Aku hanya ingin memberitahumu bahwa selama sepuluh tahun pernikahan kita dan hampir tiga puluh tahun bersama, kau bebas menceritakan apapun kepadaku. Lain kali, jangan dipendam sendiri, ne? Aku pasti berusaha sebaik mungkin mendengarkanmu." ucap Kyuhyun lembut.
Begitu saja sudah berhasil membuat mata Yuri dipenuhi air mata. "Tidak, tidak. Jangan menangis. Kau tahu aku paling tidak bisa melihatmu menangis, Yuri." kata Kyuhyun cepat sambil menghapus air mata Yuri dan memeluknya erat. Tangisan semakin keras keluar dari Yuri yang menangis di pelukan Kyuhyun. Catherine mendengarnya dengan jelas di depan pintu kamar kedua orangtuanya ketika hendak membawakan bubur.
Ia ikut menangis, merasa sangat berdosa dan bersalah. Hingga detik ini, ia belum berani menemui wanita yang berstatus sebagai ibu tirinya itu. Rasa bersalahnya semakin menumpuk, pada akhirnya ia harus meminta maaf kepada Yuri. Sungguh tidak tahu diri memang dirinya ini.
Kyuhyun mencium kening Yuri, menepuk pelan punggungnya. "Kau akan baik-baik saja bersamaku. Tidak ada lagi penyerangan, tidak ada lagi kesedihan. Aku tidak menikahimu untuk menangis." hibur pria itu lembut. Yuri mengangguk kecil. "Kau mau makan? Bibi Jung sudah membuatkan bubur untukmu." tanya Kyuhyun. Yuri menggelengkan kepala. "Makan sedikit saja, iya? Lambungmu sudah sangat bermasalah." rayu sang suami.
Pria itu kemudian melangkah meninggalkan kasur, membuka pintu kamar ketika ia melihat Catherine menangis dengan nampan di tangannya. Semangkuk bubur berada di atasnya. "Kau membawa bubur untuk eomma? Bawalah ke dalam dan hapus air matamu itu." kata Kyuhyun.
Catherine mengangguk. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya dan meletakkan nampan itu di atas nakas. Begitu meletakkannya, ia langsung mencium tangan sang ibu dan memeluknya erat. "Eomma, mianhae. Mianhae, karena sudah membuatmu kecewa dan marah selama ini. Maafkan kau karena sudah membuatmu sedih. Aku tidak bermaksud, aku hanya bingung." tangis Catherine.
Yuri memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan memejamkan matanya. "Tidak apa-apa, sa—"
"Eomma! Berhenti mengucapkan itu. Kau tidak baik-baik saja karenaku." potong Catherine. Kyuhyun hanya bisa menatap ibu tiri dan anak itu dengan senyuman di wajah, tanda bahwa ia lega bahwa keduanya berbaikan. Ia tahu, Catherine sangat mencintai ibunya melebihi apapun.
###
"Eomma! Anna tadi bermain pasir di sekolah!"
Anastasia memeluk sang ibu erat. Yuri menggendongnya dengan cepat. "Jinjja? Bermain pasir dengan siapa saja?" tanya Yuri lembut. "Dengan teman-teman sekelas!" balas sang putri dengan nada menggemaskannya.
"Mrs. Cho, bagaimana kabar anda?" tanya seorang guru Anastasia. Yuri menjabat tangan wanita itu lalu tersenyum. "Baik-baik saja, ssaem. Apakah Anna nakal di kelas?" tanya Yuri. Guru perempuan itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mrs. Cho. Dia sangat baik dan paling unggul di kelasnya." jawab wanita itu, menjelaskan.
Sebuah mobil mewah terparkir di depan mereka. Kyuhyun turun dari mobil lalu membungkuk kepada guru Anastasia. Senyum menyambut. "Annyeonghaseyo, Mr. Cho. Lama tidak berjumpa semenjak anda mundur dari politik." sapa guru itu.
Kyuhyun mengangguk setuju. "Benar sekali. Sudah lama sejak terakhir saya berkunjung ke sini, kalau begitu, saya permisi dulu. Saya menjemput istri dan anak saya." kata Kyuhyun. Ketiganya lalu masuk ke dalam mobil dan langsung pergi dari sekolah tersebut.
"Kau sudah minum obatmu, Yuri?" tanya Kyuhyun. Yuri mengangguk sambil memilihkan video di ponselnya agar bisa ditonton oleh putri bungsunya itu. "Aku sudah meminum obatku dengan rajin." jawab Yuri sebelum menyerahkan ponselnya ke sang putri.
Tangan Kyuhyun menggenggam tangan Yuri erat. Mengusap punggung tangan sang istri dengan ibu jarinya. Anna di pangkuan Yuri tampak begitu tenang dengan hiburannya sendiri. "Kau cantik sekali hari ini. Mau pergi makan malam bersama nanti malam?" tanya Kyuhyun. Yuri menatap sang suami lekat. "Kau serius dengan ucapanmu?" tanya Yuri.
Kyuhyun mengangguk. "Memangnya aku pernah berbohong mengenai itu? Setelah menitipkan Anna dan Catherine, kita langsung berangkat?" ajak Kyuhyun. Matanya berbinar-binar. Yuri tersenyum yang ikut dibalas oleh sang suami.
"Besok kita pergi ke mall bersama dengan Catherine dan Anna, iya?" saran Kyuhyun. "Boleh. Tetapi coba kau tanya Catherine dahulu. Takutnya ia ada jadwal sendiri dengan teman-temannya pergi ke tempat lain atau kerja kelompok." Yuri menjawab.
Kyuhyun menganggukkan kepala. Ia ingin membahagiakan sang istri seperti dahulu kala.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You in Every Way
FanfictionPerjalanan panjang dalam dunia politik sudah sampai pada akhir bagi seorang Cho Kyuhyun. Di usianya yang masih muda, empat puluh enam, ia memutuskan untuk mundur. Setelah ia rasa pengabdiannya kepada Korea sudah cukup sebagai perdana menteri dan pre...