"Oke gais, buat seluruh penghuni kampus, balik lagi disiaran kita, disini ada gue Cassha yang paling kece, dan,"
"Ada gue Dhena."
Keduanya memulai penuh semangat, sembari menetralkan degup jantung saat suara mic mengalun diearphone yang mereka pakai.
"Disini kita bakal bacain beberapa berita yang sampai dari bagian tata usaha, yang paling populer." Cassha kembali berucap pada michrophone. Sementara tangannya mengotak atik kertas ditangannya.
"Berita pertama, ada dari Fakultas Kedokteran tentang keberangkatan perjalanan ke Sukabumi yang jadi tujuan kegiatan pengobatan gratis tahunan. Disini dibuat keberangkatannya dipercepat jadi besok, yang seharusnya lusa. Pendaftaran terakhirnya hari ini, digedung kantor FK." berita pertama lolos begitu lancar dari mulut Cassha.
"Berita kedua ada dari organisasi PA UI, pecinta alam UI yang bakal ngadain pertemuan diaula kampus jam 5 sore nanti, membahas tentang perjalanan tahunan." Kini Dhena yang bersuara membacakan lembaran deskripsi berita ditangannya, sambil sesekali mendorong kacamata bulat yang membingkai wajahnya.
"Berita kegita, ada dari kampus FISIP yang bakal ngadain acara sidang kelulusan pada satu minggu yang mendatang."
Tak terasa, seluruh berita telah selesai Dhena dan Cassha beritahukan. Seperti biasa, kini saatnya sesi tanya jawab atau requestan lagu dan pembacaan lembar puisi dari anak Sastra.
"Oke gais, waktunya sesi yang paling kalian suka, nih sesi baper karna puisinya anak sastra. Kita udah punya salah satu puisi romance terbaik, yang bakalan Dhena baca."
"Oke seperti biasa, temanya tentang romance lagi.
Judulnya: Memberi sedikit Cela
Gue bakal bacain oke?!Mungkin hidup selalu melulu tentang Cinta...
Mungkin juga, hidup selalu melulu tentang rasa..
Bagian garis merah yang tertanda selalu melulu tentang kata kita...
Tentang kita yang berkorban mencari sedikit asa...
Asa yang menjungjung debaran aneh yang tiada tara...Namun, bagaimana jika debaran hanya dibalas kebisuan?
Tak ada sambut yang menjadi keinginan,
Terus mencari, agar setidaknya memberi cela keberanian...Tak adakah kamu bisa memberi cela itu?
Tak adakah kamu bisa memberi cela itu?
Tak adakah kamu bisa memberi cela itu?Akan kupertanyakan nanti,
Saat sekiranya debaran tak tertahan hati,
Saat sekiranya bisu tak sebangga sepi,
Saat sekiranya kata 'saat' akan membawa kebanggaan diri.Dengarkan degupan ini wahai sang pujaan,
Dengarkan dia yang meronta meminta balasan,
Setidaknya, beri aku sedikit cela...
Ciptaan: Cecilia Kiran."Dhena menyelesaikan puisinya begitu hikmat. Sampai tak dia sadari, Arka menatapinya intens.
Dhena tau arti tatapan itu yang seolah mengungkapkan isi puisi yang Dhena bacakan mengarah telak padanya seakan bertindak menyinggung dia, tentu saja gadis itu juga.
Tatapan keduanya terkunci saling menyiratkan. Hingga suara Cassha mengintrupsi untuk menghentikan tatapan Arka dan Dhena.
.
.
.Dhena menghempaskan kasar tubuhnya diatas sofa, sambil sesekali mengoceh tak kala mengingat seorang Arka sedang mogak bicara padanya.
Wajahnya tertekuk sempurna ditemani kacamatanya yang ikut merasa kesal sendiri.
"Kenapa?" Dhena menoleh ketika suara bariton berat yang sangat dia kenali mengintrupsinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...