11

37 3 0
                                    

Fatih.

Saat yang ku tunggu kini telah tiba,  saat di mana aku akan melamarnya, meski kini ada rasa ragu untuk melakukannya, serta rasa takut untuk tak di terima.
Tapi semua orang yang akan melamar merasakan rasa takut itu bukan?.

Ini sudah menjadi keputusan ku,  dan aku akan menerima semua konsekuensi nya meski hasilnya tak akan sama dengan yang ku harapakan dan meski itu hanya akan memberikan rasa sakit, fikir ku.

Aku kembali memperhatikan diri ku di depan cermin, meski sedari tadi ibu memanggil ku.

Setelah beberapa saat aku memytuskan untuk keluar dari kamar ku dan segera menemui ibu ku di bawah.

Saat meuju kebawah aku melihat Ilham dan Aisyah sedang membicarakan sesuatu.

"lihat,  kak fatih sudah selesai" kata Aisyah dengan antusias,  saat melihat ku menuruni tangga satu persatu.

"jadi,  kau benar-benar tak akan ikut? " tanys ku saat sampai di hadapan Ilham.

"iya maafkan aku,  pekerjaan ku benar-benar penting " jawabnya.

"pekerjaan apa? " tanya ku lagi.
"masalah kampus" jawab nya singkat.

"baiklah,  tidak masalah jika kau tidak ikut bersama kami. Tapi saat pernikahan nanti kau harus menghadirinya" kata percaya diri.

"jadi kau sangat percaya diri" kata nya sambil tersenyum.

"apa salahnya?  ucapan adalah doa bukan? " tanya ku sambil tersenyum.

"kak ayo,  ibu udah nunggu dari tadi" kata Aisyah yang datang dari arah pintu.

"ah baiklah aku segera kesana" jawab ku.

"baiklah aku pergi dan jangan lupa mengunci pintu dan jendela" kata berusaha menghibur nya,  entahlah tapi aku merasa  bahwa ia sedang punya masalah saat ini.

"kau fikir aku seorang gadis? " tanya sedikit terdengar kesal.

Aku hanya tertawa mendengar balasan darinya, setidaknya mungkin itu bisa membantu.

Kini kami sedang dalam perjalanan saat ini.  Namun,  saat melewati cafe ibu melihat Asyifa yang masih bekerja.

"Asyifa,  itu Asyifa kan? " tanya ibu

"iya bu, itu Syifa" jawab Aisyah membenarkan perkataan ibunya.

"kenapa ia masih bekerja,  apa ia tidak tahu kalau kita akan kerumah nya? " tanya ibu lagi.

"ibu akan kesana untuk bertanya sekalian mengajaknya" kata ibu.

"tidak ibu,  tidak perlu mengajaknya kita akan melamarnya kepada kedua orang tuanya bukan? " tanya ku pada ibu yang langsung di anggukinya.

"baiklah ibu hanya akan menyuruhnya pulang saja" kata ibu sambil keluar dari mobil dan mulai berjalan menuju arah cafe.

Kenapa ia tak pulang? Apa dia sudah meolak?  Tapi aku bahkan belum kerumahnya.

Seketika perkataan Aisyah tengtang Asyifa yang selalu menolak lamaran yanga datang pada ayahnya karena mencintai pria itu.

Tidak,

Mungkin saja ia belum tahu tentang hal ini.
Fikirku mencoba menenangkan kan diri.

Tak berapa lama aku nelihat Asyifa keluar dari cafe dan berjalan menuju arah parkiran.

Eejenak ku perhatikan ia sambil menunggu ibu.
Ia membicarakan sesuatu dengan adi salah satu pegawai dicafe ibu.

"baiklah ayo kita berangkat " kata ibu setelah berada di dalam mobil.

"baiklah,  ayo tapi sebelum itu kita cari masjid terdekat dulu" ujar ku yang di angguki oleh Ibu Dan Aisyah.

Setelah selesai melaksanakan sholat isya kami melanjutkan perjalanan menuju kerumah Jasmine sepupu Asyifa,  ya dia yang akan menunjukkan rumah Asyifa kepada kami.

Saat telah sampai di depan rumah Jasmine rupanya ia dan suaminya sudah berada di depan rumah menunggu kami.

"assalamualaikum jasmine,  pak fikri" sapa Aisyah setelah keluar dari mobil.

"Waalaikumsalam Aisyah, kamu cantik sekali malam ini" puji Jasmine.

"terimakasih jasmine" kata Aisyah tersipu.

"baiklah kita bisa berangkat sekarang,  kita bisa larut sampai" kata Jasmine dan memasuki mobil yang di ikuti oleh suaminya.

*****

Kini aku berada di kamar ku masih memikirkan masalah lamaran tadi.
Perkataan orang tuanya benar-benar jelas dalam fikiran ku.

'maaf nak, tapi syifa belum mengetahui masalah lamaran ini seharian hp nya mati,  dan akan ku beritahukan bahwa selama ini ia selalu menolak lamaran yang datang padanya'

Apa yang harus ku lakukan sekarang?
Apa dia juga akan menolak ku?
Secara dia juga tak pernah melihat ku.

Karena terus memikirkannya hingga aku tak sadar aku telah terlelap dalam mimpi ku.

*

Pagi ini semua orang sedang sarapan di meja makan, kecuali Ilham.

Entah kenapa akhir-akhir ini sikapnya berubah ia jarang berkumpul dengan kami.

"bu,  dimana Ilham? Apa dia sudah ke kampus?" tanya ku setelah berada di meja makan.

"iya kak,  kak ilham sudah ke kampus dia bahkan tak menunggu ku" jawab Aisyah.

"ibu,  kakak, Aisyah ke kampus yah,  Assalamualaikum " pamit nya kepadaku dan ibu.

"waalaikum salam,  hati-hati nak"

"iya bu"

"ibu, apa syifa akan menerima lamaran ini? " tanya ku pada ibu setelah Aisyah menghilang di balik pintu.

"InsyaAllah, kau hanya perlu berdoa,  serahkan semuanya kepada-Nya" kata ibu.

"bagaimana jika dia benar-benar akan tertarik pada Ilham?" tanya ku lagi.

"sudahlah, jangan terus memikirkan nya bukankah kau ada pekerjaan hari ini? "

"baiklah ibu"

Flashback.

"kirimkan saja foto Fatih kepada Syifa" saran Aisyah.

"tapi aku tidak membawa phon cell ku"

"tenang lah nak,  ibu membawa foto mu" ibu

"pak maaf ini bukan foto Fatih,  ini foto ilham,  mereka saudara kembar mungkin tidak masalah jika bapak mengirimkan foto ini ke Asyifa"

"baiklah saya akan megirimkan foto ini kepada Asyifa" kata ayah Asyifa.

Flashback off.

*****

Bersambung.....

Stuck In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang