👫 twenty seven - taman

29.6K 1.6K 44
                                    

"Lun, ga bareng Kak Alex?" tanya Liana.

Mendengar namanya saja, sudah membuat tubuhnya panas, apalagi kalau ketemu.

Dengan kaku Luna menggelengkan kepalanya. "Ngga."

"Loh, kenapa?" kini Anna yang bertanya.

Mereka bertiga sedang berjalan menuju lobby sekolah. Anna dan Liana heran karena Luna biasanya bersama Alex, kini ingin pulang sendiri.

"Gapapa."

Anna memicingkan matanya. Ia yakin Luna menyembunyikan sesuatu dan itu berkaitan dengan Alex. Tapi ia tidak akan memaksa Luna untuk cerita. Biarkan Luna yang menceritakannya sendiri.

"Yaudah. Aku udah dijemput, duluan yaa." kata Liana lalu pergi saat dibalas lambaian tangan oleh Luna dan Anna.

"Lun, aku juga duluan ya, gojek udah dateng." Luna hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Sekarang Luna berjalan ke arah gerbang sendirian. Ia belum ingin pulang. Luna belum siap melihat Alex.

Sambil berjalan dan menikmati udara sore hari, tangan Luna terangkat menyentuh bibirnya.

Ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu.

"Lun—"

"Udah bel, Kak." Luna bersiap pergi. Tapi tangannya tiba-tiba ditarik dan satu tangan Alex melingkar dipinggangnya.

"Maaf, Luna," Alex mengucapkannya dengan bisikkan.

Dan setelah itu benda lembut kembali menempel dibibirnya.

Luna menatap kakaknya yang memejamkan matanya. Ini seperti adegan drakor yang sering Luna tonton. Seperti film keluaran disney yang ending-nya ada adegan ini.

Tangan Luna terangkat. Bukan, bukan untuk mendorong dan menampar Alex. Melainkan untuk meremas kemeja bagian atasnya, menahan jantungnya yang seperti ingin keluar dari sana.

Lima detik. Hanya lima detik benda itu saling menempel. Luna menatap kosong ke depan. Ia tidak lagi memikirkan Angel yang bisa saja melihat mereka. Atau bahkan guru yang memergoki mereka.

"Breathe." bisik Alex yang saat ini menumpukan kepalanya di atas bahu Luna.

Luna langsung menarik napas dan membuangnya. Ia tidak sadar sudah menahan napasnya terlalu lama.

"Kakak! Itu, itu tadi,—"

Bibir Luna langsung terkatup saat Alex berdiri tegak di depannya. Matanya menatap lembut ke arah Luna.

"Marahnya nanti aja." kata Alex pelan. "Kakak cuma mau bilang, jangan. Apapun itu masalahnya, jangan ngehindar dari kakak."

Luna tidak kaget. Ia tau, Alex pasti bisa merasakannya. Padahal baru satu hari ia menghindarinya. Alex se-peka itu ternyata.

"A-aku sebel sama kakak!" setelah itu Luna berlari meninggalkan Alex.

Alex hanya diam melihat Luna yang berlari menjauh darinya. Ia tau, Luna pasti marah padanya.

Kaki Luna berhenti di ujung koridor. Ia berkata seperti itu karena tidak kuat berdekatan dengan Alex. Ya Luna juga sebal sih, seenaknya aja mengambil first kiss-nya.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang