19 | 🥀 Nasihat Dara ⚘

313 30 40
                                    

Di depan kelas sebelas IPA satu tampak sepasang sejoli yang saling melempar tatapan penuh cinta, mereka adalah Angga dan Dara. Sepasang kekasih yang masih hangat-hangatnya menjalin hubungan mengingat baru kemarin keduanya resmi pacaran. Angga tampak belum melepas tautan tangannya pada Dara, membuat tetangga sebelah kelas menatap keduanya iri.

"Sana masuk," perintah Angga menunjuk kelas dengan dagunya.

Dara memberenggut, lalu menjawab. "Gak mau ngomong apa gitu?"

Tampak kebingungan, Angga mengelus lembut kepala Dara. "Maunya ngomong apa sayang?"

"Tau ah, gak peka!"

Menghentak-hentakan kakinya, Dara memasuki kelas meninggalkan Angga yang tampak cengo dengan tingkah Sang kekasih. Sudah Dara duga, pasti Angga tak peka. Susah memang kalau punya pacar nggak romantis begini, pengennya dengar kata-kata manis, ini malah kalimat pengusiran yang didapat.

Menyadari kedatangan Dara dengan wajah suramnya, Megan dan Ina dibuat heran. Dara menghempaskan pantatnya di kursi dengan kasar  sampai-sampai menimbulkan bunyi decitan lumayan nyaring. Megan dan Ina saling tatap, keduanya meringis memikirkan nasib pantat Dara. Apa nggak sakit, tuh?

"Gue kesel! Kesel! Kesel!"

Geleng-geleng kepala, Ina menyahut. "Iya, gue tau gue paham. Emangnya kesel kenapa, sih?"

"Gue punya cowok, gak ada romantis- romantisnya sama sekali. Udah dikasih kode juga tetep gak peka!
Bayangan gue tuh pas punya pacar, minimal kayak Dilan. Romantis, sweet, bisa bikin gue baper. Lah ini! Nggak ada rom---- hmptt"

Satu tangan Ina membekap mulut Dara, menghentikan Si cerewet dari ocehannya. Nggak kuat kuping Ina kalau dibiarkan dengar omelan Dara, serasa terbakar telinga Si lemot.

Menepuk brutal lengan Ina, Dara berusaha menyingkirkan tangan Si lemot. Tak ada tanda-tanda Ina melepas bekapan, Dara menambah keras tepukan membuat Si lemot mengaduh kesakitan.

"Lmm--- as!"

"Gue lepas, tapi diem." Dara mengangguk, Ina menyingkirkan tangannya.

"Gila lo!"

"Abisnya, lo gak bisa diem."

Menoyor kesal kepala Ina, Dara mengomel lagi. "Ya kan gue kesel Na! Lo buruan cari cowok makanya, jangan jomblo terus! Biar lo tuh tau apa yang gue rasain sekarang."

Ina kicep, anjir di skak gue.

Bacotan yang semakin melebar kemana-mana, membuat Megan segera melerai keduanya. "Udah-udah! Kok malah pada berantem sih."

Memperbaiki posisi duduknya, Megan menambahkan. "Gini ya Dar, gak semua yang kita harepin, yang kita pengenin itu bisa terwujud. Seharusnya lo tuh bersyukur punya Angga, dia sayang sama lo, kalo gue liat dia juga perhatian. Gak semua cowok itu bisa romantis, lo harus maklumin hal itu. Gue yakin, Angga punya caranya sendiri buat lo bahagia tanpa sikap romantis kayak yang lo bayangin. Angga itu udah lebih dari cukup, ketimbang Dilan yang lo bangga-banggain itu. Jangan terobsesi sama sesuatu Dar!"

Bungkam seribu bahasa, Dara menunduk mencoba mencermati penjelasan Megan. Bener juga sih.

"Udah ngerti, kan?" Dara mengangguk, Megan mengulum senyum.

Menepuk pelan pundak Dara, Ina menyahut. "Gitu dong!"

"Diem lo, jomblo!"

Mengangkat dagunya tinggi-tinggi, dengan sombongnya Ina membalas. "Sorry, gue jomblo juga ada temennya."

"Siapa, hah?"

Oke, debat dimulai.

"Nih!" Ina menyenggol lengan Megan.

Dara menyemburkan tawanya, Ina kebingungan sendiri. Mengulurkan tangan pada dahi Dara, Ina ingin memastikan sesuatu. "Heh! Lo kumat, ya?

Menepis pelan tangan Ina, Dara berdecak. "Apa sih? Ya enggak lah lemot!"

"Gue kasih tau nih, Megan itu udah gak jomblo. Dan di sini yang paling jones ya cuma elo."

Beralih menatap Megan penuh selidik, Ina menuntut jawaban. "Gue jomblo," sahut Megan cepat.

"Bohong," timpal Dara.

Mengangkat dua jari membentuk V, Megan memasang wajah serius. "Beneran, suer."

Menggelengkan kepala tak percaya, Dara bertanya. "Jadi, lo tolak?

Mengerutkan kening, Megan membatin. Apa Dara tau, ya?

Melihat Megan melamun, Dara geram sendiri. Ia sudah kepalang penasaran, malah tak kunjung ada jawaban. Digantung tuh, sakit Sis. "Megan! Jawab ih!"

"Ini apa-apa'an, sih? Kok gue gak tau apa-apa!"

Beralih menoleh Ina, Dara melayangkan tatapan kesal. "Lo dengerin aja deh Na, gak usah banyak nanya! Entar juga tau sendiri elah!"

Mencebikkan bibirnya, Ina menopang dagu. Selalu saja ia kena semprot, padahal kan Ina hanya penasaran. Mentang-mentang dirinya lemot, selalu saja tak diberitahu hal-hal penting.

Ina dianggap sahabat nggak, sih?

Merasa terintimidasi dengan tatapan Dara yang seolah mampu menembus maniknya, Megan akhirnya buka suara. "Iya-iya, gue jawab. Bayu gak gue tolak kok, tapi ya nggak gue terima juga. Gue bilang, gue butuh waktu, tapi gue juga gak tau kapan bakal jawabnya."

Mulut terbuka lebar dengan wajah merah padam, Dara siap melayangkan kata-kata mutiara. "Lo  gantungin anak orang Megan, astaga! Gak kasih kepastian, bilang gak tau bakal jawab kapan, lo tuh bener-bener deh! Please, jangan egois kayak gini lah."

Kecewa, Dara benar-benar kecewa. Dara tahu betul usaha keras Bayu untuk mendekati Megan. Meskipun Bayu terkenal playboy, Dara pastikan kali ini Bayu benar-benar serius. Hampir dua tahun Bayu mengejar Megan, dua tahun pula Megan seakan mengacuhkan.

"Terus, dia bilang apa?"

"Bayu bilang, bakal nunggu jawaban gue kapanpun itu."

Dara berdecak, tak habis pikir dengan sahabatnya ini. "Bayu udah ngomong kayak gitu, lo masih ragu? Buka mata lo Megan, Buka! Lo lupa atau pura-pura gak inget, hah? Dua tahun Megan, dua tahun Bayu ngejar elo. Dia itu serius, dia cinta mati sama elo. Kurang perhatian apa sih Bayu, tuh?"

Tertegun, diam-diam Megan membenarkan ucapan Dara. Megan merasakan sesak di dada, mengingat sikapnya pada Bayu. Megan akui dirinya memang egois, ia juga terlalu gengsi untuk menyadari bahwa separuh hatinya telah di-isi oleh Bayu.

"Kemarin siang, Bayu ke rumah gue. Lo tau tujuan dia apa? Cuman elo Megan, elo! Dia nanya kesukaan lo, apa yang lo pengenin, impian lo, dan hal yang selama ini lo idam-idamin. Dia udah wujutin semua itu kan, kemarin? Tapi balasan lo, apa? Cuman rasa kecewa yang lo kasih ke Bayu."

Sedari tadi menyimak, sekarang Ina paham akar permasalahan Dara dan Megan. Dalam kasus ini, Si lemot berpihak pada Dara, Megan memang keterlaluan.

"Gue harap, lo bisa jawab secepatnya. Kesempatan gak dateng dua kali, lo harus ngambil keputusan yang tepat, jangan sampek lo nyesel nantinya. Inget! Yang ngantri jadi pacar Bayu bejibun, ramenya ngalahin pasar."

Mencoba memahami dan mempercayai ucapan Dara, Megan bertekat memberi kepastian secepatnya pada Bayu. Ia tak rela, sangat tak rela, jika Bayu bersama orang lain.

Megan memang ajaib.

****

Vomen❤

Vomen😍

Vomen🤗

Ceki-ceki Ig Nata kuy,

Instagram: novi_na18
Facebook : Natasya tasya
E-mail      : natasya072002@gmail.com

Tbc💕🍃

Revisi ulang, 14 Juni 2020

Novi Natasya🐾🥀

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang