Jangan lupa vote dan komen guys...
Typo bertebaran.
.
.
.Pernah nggak sich kalian merasakan cemburu?
Cemburu.
Iya cemburu. Rasa tidak suka melihat apa yang kita inginkan dimiliki oleh orang lain.
Pak Fiko sempurna. Sangat malah.
Istri yang cantik dan soleha.
Juga murah senyum.Ahhh untuk apa pula aku memikirkan mereka. Toh tidak ada gunanya. Pak Fiko tidak akan ninggalin mba Tesya.
Sekarang aku bekerja di rumah pak Fiko yang super besar. Ohh sedikit tidak menyangka kalau pekerjaan Pak Fiko sebagai manager mampu membuatnya memiliki rumah semewah ini.
"Lala."
Aku menatap mbat Tesya dengan ragu. Jujur aku agak sulit berinteraksi dengan orang-orang baru.
Tak terkecuali dengan istri pria yang kusukai. Hufff..
"Iya mba?" Jawabku sembari memasykkan pakaiannya ke dalam lemari di kamar mewah itu. Sedikit berlama-lama untuk bisa menyentuh kemeja pak Fiko hehehe.
"Umur kamu berapa?" Tanyanya.
"Ehmm saya 23 mba."
"Kamu kuliah.''
Aku tertawa mendengarnya. Aku memang pernah kuliah tapi tak sampai dapat ijasah. Lahh apa itu masuk hitungan?
"Enggak mba." Jawabku.
"Kenapa?" Mba Tesya keliatannya cukup penasaran denganku. Maklum saja karena suaminya memintaku untuk menjaganya padahal mereka bisa mencari asisten yang jauh lebih profesional jika melihat rumah mereka.
Aku jadi penasaran apa pekerjaan istri pak Fiko yang anggun ini?
Designer?
Model?"La?"
"Ahh maksud mba? Tanyaku gagu.""Kamu kenapa nggak lanjut kuliah? Kamu kan masih mudah." Ucapnya yang membuatku sedikit percaya diri.
"Ahhh saya capek belajar mba. Sejak sekolah nilai saya standar mulu." Jawabku tak sepenuhnya salah. Aku memang bodoh dalam berbagai mata pelajaran.
Mba Tesya menatapku penuh arti. Sedikit membuatku tak nyaman.
"Mbak hamil yah?" Tanyaku mencoba mencairkan suasana.
Ia tersenyum sambil mengusap perutnya yang mulai membesar.
"Iya nih. Anak pertama kami."
Mendengar kata 'anak pertama kami' membuat dadaku sesak. Astaga mataku mulai berair. Segera kubereskan pekerjaanku dan keluar tanpa mengucapkan apapun pada mba Tesya.
Rasanya sakit.
Brukkk
Aku terjatuh di lantai dengan lengan bagian kiri yang terasa sakit. Uhh sepertinya aku menabrak besi saja.
Kuangkat kepalaku dan kulihat pak Fiko yang berdiri menjulang di depanku dengan wajah yang errr kesal?
"Eh bapak?"
Kucoba untuk berdiri dan tersenyum meski sakit di dalam dan luar tubuhku begitu menusuk.
"Kamu nggak papa?"
Tanyanya dengan tidak niat.
"Iya pak saya..."
Ucapanku terpotong kala tangan kuat itu menyentuh bahuku.
Sangat dekat. Tubuhnya mepet ke arahku.
Wangi segar dari tubuhnya begitu menjadi candu seketika.
Hummm wangi pak Fiko enak!
"Mas Fiko."
Oh my jantungku hampir copot! Bisa-bisanya aku keenakan di dekat pak Fiko.
Semoga mba Tesya nggak ngeliat wajahku yang 'mupeng' maksimal ini.
"Mas tumben cepat pulang."
Mba Tesya meraih tas kantor dan membantu suaminya melepaskan jasnya.
Sungguh pemandangan bikin iri plus sakit hati.
"Rapat dpercepat jadi yaa sekarang aki nggak ada kerjaan jadi bisa liat kamu lebih cepat."
Harus gitu gombal di depan aku?
----
Malamnya semua makanan mereka kusiapkan sesuai permintaan mereka. Tentu saja bukan aku yang masak.
Aku hanya perlu meminta pelayan memasak dan meminta sesuai yang diinginkan pak Fiko dan istrinya.
Makan malam siap. Mereka berdua juga sudah duduk di depan meja. Wajah mba tesya nampak tegang. Sementara pak Fiko begitu cuek. Tak ada percakapan diantara mereka.
"Lala tolong ambilkan air jeruk." Pinta pak Fiko menyodorkan gelas ke arahku yang tak jauh berdiri di dekat mereka.
Aku mendekat dan meraih gelas itu. Namun seketika pak Fiko menarikku hingga aku terduduk di atas kedua pahanya.
Kaget? Tentu saja.
Mataku membola dan napasku berlarian.
Kulirik mba Tesya yang hanya diam menatap ke arahku dengan sedih.Sementara pak Fiko? Ia dengan santai mencium pipiku.
Kurang ajar!
Aku segera berdiri dan menatap pak Fiko dengan emosi.Tak kusangka jika pria yang sangat kukagumi akan berperilaku rendah seperti tadi.
"Bapak ini apa-apaan? Saya bukan pelacur yang bisa bapak perlakukan begitu."
Pak Fiko melap mulutnya dengan tissu lalu menatapku dingin.
Tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Aku tidak menganggap kau adalah pelacur sayang. Tidak sama sekali."
Pak Fiko bernada lembut padaku. Suatu hal diluar bayanganku.
Ia berdiri dan mendekat padaku. Tubuh tingginya begitu mendominasiku yang begitu kecil.
Ia menunduk ke arahku. Memberikanku kesempatan untuk bisa melihat mata sayunya yang begitu kudamba.
Harusnya aku menjauh. Namun yang terjadi malah aku dibuat terhipnotis olehnya. Menuruti semua kata-katanya.
"Kamu yang cantik. Bisa temani aku di kamar sekarang?"
Bersambung.....
Gimana-gimana pemirsa.
Hehehhe
Gajekah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me
RomanceUntuk apa berteriak jika bisikan saja sudah mampu terdengar. Untuk apa kasar jika kelembutan saja sudah mampu menghancurkan baja.