He Love Her

1.2K 194 75
                                    

Sesuai dengan janji, akhirnya kembali update unch. Jangan lupa vote sama komen kalian teman-teman, semua komenan kalian menjadi motivasi untukku😍

Kalau ada typo komen ya, udah diedit tapi aku belum yakin semuanya sempurna. Oke.

🇰🇷🇰🇷🇰🇷

Verona dapat merasakan dunianya seakan runtuh begitu saja, hatinya seakan disiram oleh timah panas, rasa panas itu beranjak naik hingga ke matanya. Verona mencoba untuk tidak menangis, setiap tetes air mata yang jatuh dari wajahnya akan berubah menjadi permata indah.

Hal itulah yang membuat Verona tetap mempertahankan kesabarannya selama ini, tetap mempertahankan air mata supaya tidak jatuh dari wajahnya, supaya orang-orang tidak curiga kepadanya, terutama Agust D.

Namun, untuk hari ini, Verona benar-benar menumpahkan semuanya. Satu permata lolos hingga jatuh ke lantai. Verona menangis dengan raut wajah kecewa, meskipun tanpa isakan, tetapi Agust D masih dapat merasakannya dengan sangat jelas.

Apalagi saat Agust D melihat banyaknya permafa yang berserakan di lantai kamarnya, membuat Agust D melotot dan sedikit tergoda untuk memungut berharga itu.

Tetapi kekesalannya mengalahkan segalanya, Agust D hanya menatap permata itu dengan tatapan mengabaikan, dan setelahnya menatap Verona sekilas. Agust D mendecak, ingin sekali beranjak dari sana tetapi kakinya terasa begitu berat.

"Tunggu apa lagi? Kau bilang keputusan setelah ini terserah aku, bukan?" Agust D menaikkan sebelah alisnya, menatap Verona remeh seakan-akan dia tengah mengusir seorang pembantu.

"Agust D, jangan lakukan ini, aku tidak tahu harus ke mana lagi." Verona melangkah maju, menyeka air matanya demi mengurangi jumlah permata yang jatuh. Verona memegang kedua lengan Agust D, tatapan memohon mendominasi raut wajahnya.

"Pulang ke tempat asalmu!" ketus Agust D kasar, memajukan dagunya kepada Verona, membuat hati gadis itu semakin teriris.

"Tempatmu bukan di sini, kau iblis lautan! Kau tidak bisa tinggal bersamaku karena aku tidak ingin terjebak bersama iblis." Agust D melanjutkan dengan kata-kata pedas level akhir.

Verona semakin tertunduk, jantungnya tertohok, tangisnya semakin pecah.

Melihat Verona menangis, Agust D kembali mengusap wajahnya gusar. Isakan Verona seperti racun untuknya, menyuruh lelaki itu untuk kembali mengasihani. Tetapi, hati batu Agust D jauh lebih bekerja, dia tidak akan mengasihani siapa pun lagi.

Agust D melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, mulutnya bergumam pelan mengucapkan kata yang dia lihat dari jam digitalnya. Jam 6 pagi.

Agust D menaikkan resleting hoodie-nya, memangku tangan patahnya di depan dada, menatap Verona sekilas kemudian memalingkan mata saat tidak sengaja bertatapan dengan mata memerah gadis itu.

Tidak berniat untuk tetap berdiri di sana, mendengar isakan pelan Verona membuat lelaki itu semakin muak, meskipun di relung hatinya masih tersisa rasa tak ingin meninggalkan. Akhirnya, Agust D mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar, terus berlanjut sampai ke ruang tamu kemudian berakhir di luar gedung apartemen.

Verona hanya bisa berdiri, menatap punggung Agust D berjalan meninggalkan sembari mengucapkan nama lelaki itu dalam hati. Ada dua yang ada di pikiran Verona. Pertama, jika dia pulang, yang akan dia terima pastilah sebuah pernikahan, atau yang lebih parah hukum pasung di dasar laut, dijaga oleh hiu besar bergigi tajam.

Kedua, jika dia tetap di sini, rasanya dia tidak akan sanggup tanpa Agust D. Pasalnya, saat dia mulai merasa bingung, Agust D meskipun dengan wajah dingin akan menjelaskannya secara detail.

The Death Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang