39

2.3K 309 72
                                    

Senja menunggu beberapa menit, akhirnya ada taksi yang lewat dan membawanya ke rumah sakit terdekat, namun ternyata takdir berkata lain, nyawanya Bintang tidak tertolong. Kepala memang bagian yang fatal, apalagi kepala Bintang saat itu pernah terluka jadi rawan.

Jenazah Bintang langsung dibawa ke Jakarta, disambut tangisan oleh Liana dan Mentari. Bintang pulang bukan dengan toga melainkan hanya tinggal nama.

Prosesi pemakaman segera dipersiapkan sampai tubuh Bintang tertutup tanah. Nama Bintang tertulis jelas di nisan tersebut.

Lo Senja, gue Bintang. Nggak ada sejarahnya senja dan bintang berada di langit yang sama. Setelah senja hilang, bintang baru muncul. Itu berlaku juga buat kita. Kita nggak pernah bisa bersama, camkan itu, Senjara Revania.

Apa yang diucapkan oleh Bintang pada saat SMA, kini menjadi kenyataan. Dunia mereka telah terbeda.

Kalau saja Senja bisa mengulang waktu, dia ingin menciptakan banyak kenangan manis bersama Bintang, tapi semua sudah terlambat.

Tubuh gagah Bintang kini sudah berada di balik tanah. Tak bisa mendengar lagi suaranya, melihat wajahnya, atau hanya sekadar menyentuhnya pun sudah tidak bisa.

Kesedihan Senja belum seberapa dibanding kesedihan Liana dan Mentari, baru beberapa waktu lalu mereka kehilangan Yuda, sekarang Bintang pun menyusul.

"Sayang, semoga kamu baik-baik saja di sana, kehilangan kamu adalah titik terlemah buat Mami, tapi meratapi kepergian kamu terlalu lama juga bukan sesuatu yang baik. Mami hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar kelak kita dipersatukan di surga, Mami akan selalu mendoakan yang terbaik buat kamu, Nak," ujar Liana disertai air mata yang terus mengalir.

"Kak Bintang, maafin Tari karena belum bisa jadi adik yang baik, Tari akan selalu berdoa untuk kebahagian Kakak di sana, Tari sayang Kakak," lanjut Mentari.

Seakan tidak peduli dengan langit yang sudah hampir gelap, tapi Senja, Liana, dan Mentari masih betah duduk di pemakaman, ditemani air mata yang terus berderai dan doa yang terus dirapalkan.

"Tan, udah sore, kita pulang," ajak Senja akhirnya.

Liana menyeka air matanya. "Kamu duluan aja, Tante mau temenin Bintang."

Hati Senja teriris melihat keadaan Liana dan Mentari, kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup kita memang menyedihkan, Senja pun merasakan yang sama akan kepergian Bintang.

"Sampai di detik terakhir hidupnya dia nggak berhasil mewujudkan keinginannya untuk mendapatkan kamu," lirih Liana.

Itu adalah hal yang Senja sesali karena dia tidak bisa mewujudkan keinginan Bintang. Andai waktu bisa diputar kembali, dia ingin melakukan apa pun untuk membuat Bintang bahagia, setidaknya saat dia meninggalkan dunia, ada kebahagiaan yang telah tercipta.

Tapi tidak ada gunanya penyesalan, Bintang sudah pergi, dan tidak akan pernah kembali, yang tersisa hanya kenangan.

Senja menyeka air matanya lalu membelai nisan itu dengan lembut, berkali-kali kata maaf terlontar di bibir Senja.

"Gue minta maaf, Ntang. Maaf buat segala kesalahan gue, semoga lo mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. Kami di sini akan selalu mendoakan lo."

Ternyata ini adalah akhir dari kisah Senja dan Bintang. Semesta tidak mengizinkan mereka untuk bersatu.

Sejatinya tempat pulang paling nyaman adalah tanah, segala yang bernyawa akan kembali kepada Sang Pencipta, tinggal bagaimana kita menyiapkan bekal untuk berhadapan dengan Tuhan. Neraka atau surga adalah pilihan, berbuat baiklah kalau mau berada di surga, dan berbuat sebaliknya jika mau berada di neraka.

Ketiga perempuan itu pun meninggalkan pemakaman saat malam tiba, meninggalkan Bintang sendirian di alam kubur, entah bagaimana keadaannya hanya Tuhan yang tahu.

Semoga Bintang bahagia.

THE END.

•••

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA UNTUK SENJA DARI AWAL SAMPAI AKHIR

ADA YANG MAU EPILOG?

KASIH KESAN DAN PESAN SAAT BACA SENJA

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk Senja ✔ (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang