Selamat membaca
Hujan terus mengguyur jalanan di kota Seoul, aku tatap setiap rintikan hujan dari balik dinding kaca kamarku. Seketika memori-memori yang dulu pernah hilang itu kembali hadir tanpa ku panggil. Memang benar kata sesesorang jika hujan membawa 99% kenangan dan 1% air.
Malam itu di sebuah taman yang tak jauh dari rumahku, aku duduk di sebuah bangku, di bawah lampu taman yang redup menikmati hembusan karbondioksida yang anehnya begitu aku sukai. Wajahku menatap langit gelap pekat tanpa hiasan kerlap-kerlip bintang. Mungkin akan turun hujan pikirku. Ku tatap jam tangan yang sudah ku kenakan, sudah lima menit aku menunggu tapi yang ditunggu belum juga menampakkan seluit raga kokohnya, ku edarkan padanganku mencari sosok itu, sosok laki-laki yang begitu ku cintai.
Hari ini adalah hari jadi kami yang ke dua tahun, karena itulah kami berjanji bertemu di sini, tempat dimana aku dan dia menjadi sepasang kekasih. Waktu terus berdetik, aku masih menunggu dengan perasaan gelisah, tidak ada hal yang nyaman dalam kata "menunggu". Akhirnya dengan segala kekesalan aku pun memutuskan beranjak dari tempat itu, berpikir mungkin aku harus mencarinya.
Aku langkahkan kakiku di ikuti hembusan angin malam yang semakin dingin, lalu di ujung pandanganku terlihat seorang laki-laki berpawakan tinggi, memakai pakaian yang warnanya sama persis warna bajuku. Seketika itu juga sudut bibirku terangkat membentuk seulas senyuman manis. Aku melangkah sedikit cepat, aku ingin memeluknya dan mengatakan jika aku sangat merindukannya, tapi semua itu nihil terjadi saat aku tersadar bahwa orang yang ku cintai, seseorang yang begitu berharga dalam hidupku, kini tengah berpelukan dengan wanita lain. Aku membeku di tempat dimana aku berpijak, otakku mencerna hal apa yang baru saja terjadi. Aku tidak tau kapan nafasku mulai terasa sesak, bahkan aku tidak sadar bahwa butiran bening berhasil luluh dari mataku.
Dengan sekuat tenaga ku langkahkan kakiku mendekati mereka.
"Chan...yeol" lirihku terbata.
"Oh, Jisoo?!" kagetnya refleks melepaskan pelukannya.
"apa yang kamu lakukan?dia...siapa??"
Chanyeol diam menatapku tepat dimata dan aku jelas memaksanya menjawab segala hal membingungkan ini lewat tatapan ku juga.
Sampai akhirnya aku mendengarnya, mendengar kata-katanya yang membuatku seakan dihunus sebuah samurai tepat didada.
"Aku mencintainya, kita akhiri saja ini".
Satu kalimat santai yang ia ucapkan itu meledakkanku, aku melangkah mundur perlahan, berbalik dan berjalan rintih. Di belakang sana samar-samar terdengar chanyeol meneriakkan namaku berkali-kali tapi tak ku hiraukan, aku terlalu takut berbalik, terlalu takut berhenti, terlalu takut mendengar kalimat apa saja lagi yang akan ia lontarkan padaku. Aku terus berjalan dengan langkahku yang semakin melemah, rasanya ada beban berat tak kasat mata yang sedang ku pikul dipundakku.
Aku berhenti berjalan, akal sehatku tiba-tiba kembali dan rasanta aku memang harus mendapat suatu penjelasaan, aku memelankan langkahku menunggu chanyeol yang mungkin akan menghampiri tapi bahkan aku tidak mendengar suaranya lagi, aku hanya mendengar bunyi berisik dari gesekan mobil dan aspal jalanan lalu suara klakson mobil dan suara teriakan dari seseorang.
"Jisoo!!!!"
Tubuhku jatuh tersungkur, seseorang baru saja mendorongku keras, aku melihat semua orang berlari menghampiri tapi tidak ke arahku.
"tolong panggil ambulans cepat!!" teriak seorang wanita, ku arahkan pandanganku ke sumber suara, bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi.
Tubuhku terasa sakit namun aku tetap berusaha berjalan menerobos masuk ke segerombolan orang-orang itu, aku terdiam dengan tubuh yang mulai bergetar.
Cairan merah yang mengalir di jalan itu berhasil membuat pertahanku runtuh, aku bersimpuh menangis berusaha menemukan kesadaran dari mata seseorang yang kini tengah tertutup rapat, seseorang yang selama ini selalu menjadi prioritas utama di hidupku, seseorang yang beberapa menit lalu baru saja mematahkan hatiku dengan kalimatnya, kini terbaring dengan darah segar yang terus mengalir di kepalanya. Aku bersimpuh tepat di hadapannya dengan tangan yang bergetar aku membawa kepala chanyeol dipangkuanku.
"Chan..chanyeol buka matamu" ucapku dengan bibir bergetar.
"Chanyeol buka matamu, ku mohon!!" teriakku bersama dengan airmata yang terus menerus jatuh. Aku memeluk tubuhnya yang mulai terasa dingin dengan begitu erat.
Hujan turun beberapa saat kemudian menambah kepiluanku yang semakin menyesakkan.
"Chanyeol bangun! Hujan turun Chan! Buka matamu! Lihatlah hujan yang selalu kau sukai ini!! Bangun chan! Sadarlah!!".
Tangisanku, teriakanku tidak bisa menembus suara deras hujan itu karena hujan telah menembusnya.
Tamat
Yang suka silahkan votment
¤Ini pertama kalinya bikin one shoot 😋
Jangan lupa votmeentnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain (chanyeol x jisoo)
Short Story'tangisanku, teriakanku tak bisa menmbus hujan itu, karena hujan telah menembusnya' ⚠⚠ini adalah cerita one shoot⚠⚠