" Emosi yang tak terkontrol membawa seseorang jatuh dalam sebuah masalah. Ketika masalah itu terlanjur menghantui maka keterpurukan yang akan terjadi, hingga air mata itu jatuh kemudian. Berharap jika tangisan itu tak terjadi isak."
.
.
.
.
(Author ***** POV)
Yoongi sadar jika Jungkook itu istimewa. Jungkook itu lembut seperti kapas, sangat disayangkan jika ia membuatnya menangis. suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya jika membiarkan cairan bening jatuh dari kelopaknya, membuat ia tak jauh bedanya sebagai penjahat karena menyakiti yang ia sayangi.
Dan saat pintu kamar si bungsu terbuka, betapa terkejutnya seorang Jeon Yoongi. dimana kanvas dan juga kuas yang sempat ada di sana, walau itu sebiji dan berukuran kecil. Hanya tergantikan dengan rak buku besar penuh dengan buku, jauh lebih banyak ketimbang miliknya. Itu membuat wajah putih Yoongi memicing tak suka.
"Apa yang terjadi dengan kamarmu Kook, kenapa semua hanya buku dengan rak besar? Diamana lukisan indahmu?" Yoongi memasuki kamar tersebut dengan tatapan tak percaya dan juga bingungnya. Ini salah, pikirnya... ini bukan kesukaan Jungkook, adiknya. mungkinkah ini perbuatan ayah dan ibunya.
"Mereka mengganti semua barang dikamarku hyung, mereka tak suka dengan suasana kamarku. Mereka bilang jika aku menyimpan banyak buku pelajaran dan mempelajarinya aku akan pintar." Sedikit takut dengan kepala menunduk, rasa gugup datang dengan tanda tangan kanan yang terusap canggung. Jungkook menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, ia tak mau berpapasan langsung dengan wajah kaget sang kakak.
"Dan kau hanya diam saja?!" menyentuh kedua pundak sang adik, mengguncangnya sebentar. Sukses membuat kedua mata kakak beradik itu saling berpapasan. Kini, yang Yoongi lihat adalah manik mata berkaca milik adiknya.
"Aku tidak punya pilihan lain hyung, appa akan memukulku dan eomma akan memarahiku. Aku-"
Jungkook mencicit lirih ia tak berani menceritakan kejadian selepas pulang dari les tadi. Kegagalan kecil yang ia terima justru mendapatkan hadiah menyakitkan dari sang ayah. Beberapa kali Jungkook mengusap lengan kanannya, sebuah lebam biru yang nampak dan Yoongi menyadari hal kecil itu dan dengan refleksnya menggapai tangan sang adik.
"Ada apa dengan tanganmu, siapa yang melakukannya! Katakan pada hyung siapa yang menyakitimu Kook!" Yoongi melihat luka lebam itu, membolak balikan tangan sang adik dengan gelisah. Ia mengumpat dalam hatinya, saat melihat luka yang singgah pada adiknya. saat itulah Yoongi tahu siapa biang keladinya.
"Appa, dia pelakunya?" Yoongi menajam, ingin rasanya dia datang ke ruangan sang ayah dan meminta penjelasan. Apa dan kenapa menyakiti Jungkook yang notabene anaknya sendiri. Tak adakah rasa sayang dan kemanusiaan dari seorang ayah?
Hingga tega melakukan hal demikian, sementara Jungkook hanya diam tanpa menjawab dan justru menunduk dengan gigi menggigit bibir bawahnya. Kenapa dia harus takut dengan Yoongi, jika sang kakak bisa membantunya. Hanya saja Jungkook tak mau masalah ini semakin runyam, ia hafal betul bagaimana sifat sang Alpha yang mudah emosi jika dirinya tersakiti.
"Jungkook katakan pada hyung!" Yoongi masih menatap luka lebam itu, ia tak mengusap dan masih memegang tangan sang adik dengan sedikit kuat.
"Hyung..." Jungkook tak tahu bagaimana cara mengatakannya, berbagai pelik pikiran penuh ketakutan berputar dalam otaknya. Bagaimana jika sang kakak mengamuk dan memperkeruh suasana. Jungkook hanya takut suasana marah yang tiba-tiba sementara hatinya masih sakit dengan perkataan sang ayah yang menghakiminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]
Fanfiction'Tidak ada alasanku untuk berhenti mempedulikanmu, karena yang kutahu bahwa kau adalah Beta bagiku. Maka aku katakan dengan lantang di depan dunia, bahwa aku menyayangimu... sangat menyayangimu. Betaku sekaligus adikku. Ya, tentu saja... Karena seor...