1 - Pertemuan Pertama

24K 590 2
                                    

"Karena bagi sebagian perempuan, lamaran adalah apa yang akan membuat jantungnya berdegup dua kali lebih kencang dibanding biasanya"

-------------------------------

-SRI-

20 April 1995

Kemarin sore, Ummi super sibuk sekali. Membereskan rumah tanpa ada satu titik pun yang terlewat. Beliau bilang, besok akan ada tamu penting. Paling teman bapak, begitu kata adik-adikku. Aku sulung dari empat bersaudara. Adik pertamaku laki-laki, namanya Budi. Adik kedua pun laki-laki, namanya Bagus. Dan yang terakhir Linda. Dan kau takkan bertanya Linda laki-laki atau perempuan bukan?

Usia kami tak terpaut jauh. Dari satu kelahiran ke kelahiran berikutnya hanya berjarak dua tahun. Semua sudah direncanakan Abah, diaminkan Ummi dan yang lebih penting diizinkanNya.

Dan hari ini, sejak pagi Ummi sudah sibuk berkutat di dapur. Memasak banyak menu istimewa

"Mi, siapa sih yang mau datang? Ummi ni ya, Sri lihat dari kemarin mati-matian nyiapin semuanya semaksimal mungkin" celetukku pada Ummi sesampainya di dapur.

"Lhaa. . Kamu ini, ya kalo ada tamu, kita memang harus membuat mereka nyaman kan nantinya? Kamu nggak usah banyak nanya siapa yang bakal datang nanti, lebih baik sekarang kamu mandi, dandan yang rapi. Gak boleh malu-maluin Abah di depan tamunya nanti. Sekalian, suruh adik-adikmu juga!"

Aku tanpa berpikir aneh sedikitpun langsung menuruti perintah Ummi. Bergegas meninggalkan dapur kembali.

***

Tepat pukul sepuluh pagi, sebuah sedan terparkir rapi di halaman. Aku mengintip dari jendela. Mobil itu belum pernah aku lihat sekalipun. Sepertinya tamu bapak memang baru berkunjung pertama kali ke sini.

"Siapa, Mbak?" tanya Linda dari belakang.

"Gak tau. Temen Abah kali ya" jawabku malas sambil kembali menutup tirai jendela.

Aku kembali mematut diri di depan cermin. Tadi, Ummi masuk kamarku. Mengatur aku harus memakai pakaian pilihannya yang jatuh pada gamis warna biru ini, meminta memoles wajah sedikit dengan bedak, agar tak terlalu kusam ujarnya. Sejujurnya aku enggan, tapi demi perempuan yang aku cintai itu, aku melakukannya pada akhirnya.

"Mbak, kalau mbak ada yang ngelamar gimana?" Tanya Budi tiba-tiba, sedikit menggoda.

"Ngawur kamu, ngomong apa? Mbak nggak ngerti" jawabku asal

Bagus dan Budi tertawa mendengar jawabanku. Mereka memang adik tidak sopan yang suka menggoda kakaknya.

"Sri, Budi, Bagus, Linda kalian ditunggu Abah di ruang tamu untuk bergabung bersama keluarga Pak Ali sekarang. Mari bergegas!" Pinta Ummi tiba-tiba memecah keseruan kami. Dan tanpa diminta dua kali, aku dan adik-adikku langsung bergegas menuju ruang tamu.

***

Dan benar saja, di ruang tamu sudah ada Pak Ali, seorang perempuan yang mungkin istrinya dan juga Mas Rahman anaknya jika aku tak salah mengenali. Sebenarnya aku cukup tahu sedikit keluarga itu, sempat beberapa kali Abah menceritakan kesuksesan keluarga tersebut dalam obrolan hangat makan malam keluarga kami.

"Ya Allah, Nak Sri sudah besar sekarang. Cantik persis Umminya waktu muda!" Tiba-tiba ujar Bu Ali padaku.

Linda disampingku seperti menahan tawa mendengar kakaknya dipuji seperti itu.

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang