Sekolah.

220 30 1
                                    



Waktu terus berjalan. Segala perlakuan Singto membuat keluarga kecil itu semakin terasa penuh. Yang hilang berganti. Memang tidak bisa diganti, tapi ada yang mengisi.

Krist dengan sifat penurut dan rasa tau inginya yang tinggi. Dan semakin kesini, Singto benar benar mendominaso Krist kecil pada masanya.

Mulai dari warna kesukaan, kebiasaan sapu tangan. Kalimat ajaib. Melekat sempurna pada pikiran Krist.

Ibu.

Sangat amat menyukai Singto, bahkan kemarin ibu bilang Singto suda seperti anak sulungnya. Mereka berdua sering berbicara lama, sambil menemani Nanon bermain.

Rasanya kebaikan Singto sangat berlebihan. Setiap malam, Singto hampir tidak pernah absen untuk membawakan makanan atau hanya sekedar hadiah kecil itu keluarga Krist.

Bagi Krist, setiap detiknya amat sangat menyenangkan. 

Hingga suatu malam, Krist di ajak pergi berdua dengan Singto. Ibunya yang memberitahunya.

Detik itu juga, Krist mandi paling lama seumur hidupnya. Sabun dan sampo di tambah dua kali lipat. Di gosok di seluruh tubuh. Rambutnya di sisir rapi, pakaian terbaik yang ia punya di keluarkan. Dalam artian, pakaian yang jarang ia pakai.

Singto, tepat jam 8 malam datang. Mencium tangan ibu, gestur paling indah yang pernah Krist lihat.

" Sudah siap Krist ? " Tolong, sampai hari ini wajah dan senyum menyenangkan itu tetap ada.

" Sudah kak "

" Malam ini akan spesial Krist. "

Dari mata Singto yang berbinar binar, pikiran Krist suda melayang kemana mana. Dadanya ikut bergemburuh.

Sepanjang jalan hanya diam. Tidak ada yang berniat membuka obrolan.

Singto yang fokus dengan jalan dan krist yang sibuk dengan pemikiranya. 

Kenapa hanya aku dan Kak Singto ?




Apa ini tentang aku ?






Aku spesial ?









Kenapa rasanya dadaku sesak ?


















" Perawat, bahkan kamu ngga dengar waktu aku kasi kamu teh. Ada apa ? "

Lamunanya buyar.

" Kenapa dari tadi kita ngga ada tujuan kak ? "

" Jadi mulai terasa ya ? Oke. Aku dengar dari Nanon kamu mau masuk galeri kaca ya ? "

Krist tersenyum lebat. Galeri kaca, baginya seperti istana negara.

" Nanon kenapa mulutnya bocor sekali "

" Ayo masuk Krist "

Masuk perlahan, entah sangking senangnya atau gugup tanganya di gandeng erat oleh Singot. Jantungnya Krist berdetag semburat, hampir perutnya mual keterlaluan.

Bau bau AC menyapa, dingin dan sejuk. Lampu lampu temaram kecil ber terbaran. Mungkin fungsinya supaya pengamatnya lebih bisa menikmati.

Matanya melihat kemana mana, Singto sama sekali tidak fokus dengan berpuluh puluh hasil jepretan miliknya. Iya, galeri ini di dominasi hasil jepretan Singto.

Matanya hanya terpaku bocah kecil di sebelahnya. Berbinar binar luar biasa. Se senang itu ?

" Bagaimana Krist ? Apakah sudah sama seperti apa yang kamu bayangkan rasanya ? "

Krist menggeleng pelan. Ini gila. 

" Ini lebih menggebu gebu kak. Dadaku mau meledak "

Singto tersenyum simpul dan terus menuntuk Krist.

Keputusanya malam ini mungkin akan mengubah seluruh kehidupan Krist. Dan mereka berdua telah tiba di lantai paling atas. Galeri kaca yang sesungguhnya.

Duduk di balkon ruangan. Tangan Krist mengerat peganya. Teramat bahagia.

" Kak "

" Iya Krist ? "

" Gimana kakak bisa keluar masuk tanpa di halang satpam ? "

" Keajaiban mungkin "

Krist merengut, pandanganya teralih pada wajah menyenangkan milik Singto. Antara percaya dan merasa aneh.

" Kakak ngga mau bagi sedikit keajaiban kakak buat aku ? "

Gelak tawa lawan bicara terdengar.

" Mulai saat ini seluruh keajaiban punya kakak seutuhnya jadi punyamu Krist "

" Beneran ? Kaka serius ? "

" Iya Krist, semuanya punyamu "

" Krist ngga harus bayarkan kak ? "
" Hilangkan semua anggapan bahwa semua itu harus dibayar Krist. "

" Tapi kata ibu, semua itu ngga gratis kak ? "

" Sekolah Krist. Kamu harus berpendidikan Krist supaya semua keajaiban itu gratis. Supaya kamu tumbuh pintar dan membanggakan "

Detik itu Krist memang tidak paham.

" Krist mau sekolah ? "

" Sama Nanon juga kak ? "

" Anything for you "

Saat itu mungkin Krist hanya merasakan rasa senang luar biasa. Atau lebih tepatnya Krist bellum bisa mengartikan perasaanya.

Semua yang di berikan Singto itu mengubah segalanya.

Tapi di masa depan segala hal bisa terjadikan ?


























Huh. Emosi aku sekali. Mau nangis. 


Love street  'Singkrist' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang