SEMBILAN BELAS

13.3K 421 3
                                    

"Hy, apa kabar?" Veno terkekeh sendirian lalu mencium batu nisa yang bertuliskan 'Rebecca Taraina Yuan'. Dia kemudian meletakkan sebuket bunga mawar merah kesukaan Rebecca.

"Maafkan aku, sayang, akhir akhir ini aku jarang menemuimu. Jarang memberikan bunga kesukaanmu dan juga jarang membersihkan kuburanmu" ujar Veno sambil menyeka air matanya dan mulai membersihkan kuburan mantan istrinya tersebut.

"Kau tau, dulu aku mempunyai beribu ribu kekasih, tetapi, mereka tidaklah sama dengan dirimu, mereka ternyata hanya seorang wanita gold digger yang hanya mencari hartaku saja. Tapi apa kau tau, sayang? Aku menemukan seorang gadis yang mempunyai tingkah laku dan sifat seperti dirimu," Veno terkekeh mengingat istri kecilnya, Rara yang tengah bertingkah konyol "Walaupun seperti itu, aku tidak akan pernah melupakanmu. Dulu kau begitu berharga bagiku, sehingga dia dengan tega membunuh dirimu, aku tidak tau apa yang ada di pikiran wanita itu. Kau juga tau kan sayang, aku tidak bisa menyakiti seorang wanita, walaupun wanita itu adalah seorang nara pidana, penjahat dan pembunuh" Veno menarik nafas dan menghembuskannya perlahan sambil memejamkan matanya "Aku seperti itu karena nasehatmu, kau mengatakan, jika aku menyakiti seorang wanita, itu sama saja aku menyakiti ibukku dan mulai dari saat itu, aku tidak pernah menyakiti Rara. Aku tidak akan pernah melupakanmu dan mungkin Rara adalah gadis yang kau kirim untuk menemaniku, kau memang sangat pintar, mengantarkan dirinya padaku. Terima kasih, sayang" ia kembali mencium batu nisan tersebut dan kemudian pergi meninggalkan makam.

Tanpa Veno sadari ada seorang gadis yang tengah mengawasinya sembari tadi. Gadis tersebut tersenyum kemudian menghampiri makam Rebecca, ia mengelus batu nisan tersebut sambil menyingkirkan debu debu yang mengotorinya.

"Terima kasih Kak Veno," guman gadis itu sambil melihat punggung Veno yang hampir menghilang "Aku berjanji akan menjaga istrimu itu, kau tidak akan kehilangan cintamu lagi,"

"Kak Beka, aku akan menepati janjiku, aku akan mencari pembunuh tersebut dan menyeretnya ke penjara" janji gadis itu dan membiarkan air mata membasahi pipinya. Ia merasakan seseorang memegang bahunya.

"Bera"

"Bunda," gadis tersebut langsung memeluk ibunya. Ia membiarkan air matanya mebasahi baju Athalia.

*

Sementara dirumah, Rara sedang duduk di atas sofa sambil menonton tv dan tak lupa juga dengan beberapa cemilan dan juga es krim. Veno memintanya untuk tetap duduk diam dirumah selagi ia mengurusi pekerjaannya. Ia juga tidak ingin ikut karena akhir akhir ini ia merasa lelah pada tubuhnya dan juga sering ingin buang air kecil.

Ting tong!

Bunyi suara bel di pintu menghentikan aktivitasnya. Ia berjalan menuju pintu untuk mengetahui sang tamu yang berkunjung di siang hari seperti ini. Ia membuka pintu dengan menjilat jilat sisa bumbu makanan yang ada di jemari lentiknya. Ia melihat Veno dengan senyum yang tercetak di bibirnya dan setangkai bunga matahari. Rara tidak membalas senyuman Veno, ia langsung saja berjalan kembali menuju ruang keluarga dengan diikuti oleh Veno di belakangnya.

Veno ikut duduk di samping istrinya dan langsung merangkul pundaknya tak lupa juga dengan mencium pipi istrinya. Ia menyelipkan tangkai bunga matahari tersebut ke sela sela ikatan rambut Rara.

"Cantik" pujinya dan mencolek dagu Rara.

"Jelek ih!!" Ujar Rara sambil mencabut tangkai bunga tersebut dan melemparnya ke meja.

Veno tak marah, ia malah memeluk pinggang istrinya erat dan mencium sekilas bibirnya. Ia mencecap rasa barbeque dari kripik kentang yang diamakan Rara. Ia kembali menjilat bibir tersebut dan kembali mencecap rasa seperti daging panggang. Veno menjilat sisa sisa bumbu makanan di jemari Rara dan kembali melumat bibirnya, tak hanya menciumnya, ia juga melumat bibir tersebut.

Dengan lembut dan perlahan, ciuman yang tulus tak ada yang namanya nafsu di ciuman mereka. Veno melepas ciumannya dan beralaih menatap mata gadis di depannya, ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.

"Nanti malam, kau ikut denganku ke pesta klien-ku, hari ini beliau ulang tahun," Rara manggut manggut menyetujui ucapan Veno.

"Tapi ada satu syarat"

"Apa?"

"Kau harus menjelaskan bagaimana kronologi kau bisa berkenalan dengan Dalia,"

"Dalia?" Tanya Veno pura pura tidak tau.

"Jangan berpura pura seperri itu!"

"Baiklah baiklah, tapi kau jangan memotong pembicaraanku dan berjanjilah kau tidak akan marah kepadaku, oke?" Rara mengangguk menyetujui ujaran Veno. Veno kemudian mengembuskan nafas dan membawa Rara ke dalam pelukannya.

Flashback:

"Bagaimana hubunganmu dengan Brianka?" Tanya Arif

Veno tertawa cukup keras lalu menegak whisky-nya "Wanita itu sama saja, seperti wanita yang aku kenal sebelumnya," balas Veno sambil menggenggam erat gelas kaca yang ia bawa.

"Oyy, jangan meluapkan emosinya pada  gelas kaca ini" ujar Tio sambil mengambil gelas yang berada di genggaman tangan Veno kemudian mengisinya dengan dengan whisky dan memberikannya kepada Veno.

Veno menegak habis whisky tersebut, ia mengedarkan pandangannya mencari wanita jalang yang akan bersedia menemaninya malam ini. Ia menyipitkan matanya saat melihat seorang gadis dengan pakaian sekolah tengah berjoget joget di lantai dansa.

Veno menghampiri gadis tersebut dan langsung menarik lengannya hingga membuatnya memekik kesakitan. Ia menatap mata hitam gadis di depannya.

"Siapa namamu, sayang?" Tanya Veno kepada Gadis dihadapannya yang tengah mabuk, ia menyeringai.

"Dalia" jawabnya sambil menampilkan seulas senyum sambil meletakkan telapak tangannya di dada Veno.

"Kau baru disini?" Dalia mengangguk "Tempat ini tidak pantas untuk gadis seperti dirimu"

"Keluargaku hancur, hubunganku dengan pacarku juga hancur, semuanya hancur!!!" Jerit Dalia dan langsung memeluk Veno.

Veno hanya membalas pelukkan gadis itu tanpa ada niatan untuk menjawab ucapannya. Ia merasakan ada sesuatu yang kenyal bergerak di dadanya. Astaga gadis ini tidak memakai bra.

Ia kemudian mendongak dan langsung berjinjit untuk mencium bibir Veno.

Flashback off

"Sudah itu saja yang bisa aku ceritakan" ujar Veno sambil tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah tv di depannya.

"Itu saja?"

"Iya, aku tidak ingin menceritakannya lebih lagi, kau pasti tidak ingin mendengarnya" ujar Veno sambil menatap wajah istrinya.

"Tapi itu---hmm~" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Veno sudah terlebih dahulu melumat bibirnya. Ia hanya bisa pasrah dan kedua tangannya sudah mencengkram kemeja Veno. Tangan Veno menjalar menyusuri tubuhnya hingga ia sesekali mendesah.

Ada satu hal yang masih ingin ia tanyakan, soal beberapa hari yang lalu di dalam kamar hotel tersebut. Ia mendengar Veno terus mengigau menyebutkan nama seseorang yang ia tidak kenal. Siapa wanita itu hingga membuat suaminya harus mengalami demam.  Ia berusaha tak acuh, tapi pikirannya terus terngiang tentang wanita yang disebut Veno saat sakit. Pria itu memikirkan wanita lain di saat istrinya tengah khawatir dengan kesehatannya.

Rara melingkarkan kakinya di pinggang Veno saat dirinya di angkat dan mulai menggerakkan pinggulnya.

_____________
Tbc.

Thanks for 1k guys😭😢
Gak nyangka bakalan cepet dapet segini😖, tak kira bakalan gak ada yang baca😥

Jangan lupa Vote dan Komennya😘

See you next part💚

My Sweet Husband (COMPLETE✔) Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang