Bagai melangkah di lorong panjang tak berujung, Jaemin masih berteriak, meminta Hanna kembali, mengejar bayangan gadis itu yang terus saja hilang dari pandangannya.
Darah mengalir di kakinya akibat goresan-goresan kerikil yang menggores permukaan kulit Jaemin yang tanpa alas kaki.
Sejatinya, semua manusia akan berubah.
Meskipun Jaemin memegang teguh prinsip itu, tidak dapat dipungkiri ia masih merasa kehilangan Hanna. Ia merindukannya. Merindukan gadis yang sekarang berdiri di ujung lorong dengan tatapan lembut, tangannya menyuruh Jaemin agar segera mendekat. Namun, semakin melangkah, kaki Jaemin semakin sakit.
Ini mimpi buruk.
Jaemin meringis ketika punggung tangannya terasa nyeri seperti disuntik, mendadak pandangannya kabur, nafasnya tersengal. Ia yang masih memandangi Hanna akhirnya jatuh, tak kuasa untuk melangkah lagi.
Hingga bayangan cantik itu hilang dari pandangannya karena suara dengungan yang memecah hening lorong.
Keadaan diluar kendalinya, sekuat apapun Jaemin menahan Hanna, gadis itu akan tetap memberontak, berusaha melepaskan diri dan kembali kepada Jung Jaehyun, pujaan hatinya yang baru.
Sebelum retinanya benar-benar tertutup, Jaemin sempat melihat papa yang berjalan ke arahnya, dari belakang Jaemin juga melihat Dokter Lee.
Dua manusia yang sampai saat ini menunggunya membaik.
"Papa ...."
"Semuanya akan baik-baik saja, tanpa Hanna kau akan hidup, jangan terpaku padanya, kini nafas mu bukan di paru-parunya, melainkan di paru-paru mu sendiri. Bangkit, Na Jaemin. Berdiri, jangan lemah, aku mengerti bagaimana hancur mu ditinggalkan gadis itu, tapi sekali lagi aku tekankan, nafas mu tak lagi ada di paru-parunya."
Jaemin merasakan punggungnya disentuh, tangan kekar yang ia ingat milik siapa terasa teguh ketika meremat bahu ringkih nya.
"Aku berjanji, setelah kemoterapi ketiga ini, tak akan pernah aku berikan rasa sakit lagi. Na, aku tau, kau pasti lelah berjuang untuk kami, meskipun kau berkata bahwa kau bisa melewatinya tanpa Hanna, tapi kau munafik saat mengatakannya. Maka ... setelah ini, akan kami biarkan siapapun menjemputmu untuk kembali."
Jaemin dibantu berdiri oleh Dokter Lee dan papa, tangannya yang jauh lebih kecil daripada tangan kedua pria itu digenggam, seperti disalurkan kekuatan tak kasat mata, rasa sakit Jaemin perlahan menghilang.
Ini tidak nyata, Jaemin tau ia hanya berenang di mimpi ketika raganya menerima kemoterapi ketiga.
"Cinta itu bisa diabadikan, setelah kau pergi, penyesalan yang ia terima tak akan pernah berakhir, Na Jaemin. Sampai ia menemui mu lagi, penyesalan itu hanya akan berkurang sedikit."
"Aku ... tidak ingin Hanna dihukum karena meninggalkanku. Biarkan saja aku pergi, asal dia baik-baik saja, aku pasti melangkah dengan tenang."
"Sudah terlambat, nak."
***
Hanna mengabaikan pesan-pesan yang dikirim oleh Jay lima menit lalu, membiarkan pesan penuh emosi itu menumpuk di aplikasi chat nya.
"Kak Jaehyun! Disini!" Si gadis memasukkan ponselnya ke dalam saku, melambai, menyambut Jung Jaehyun yang baru saja keluar dari ruang praktek.
Ten yang melihat itu termangu, ia teringat kata-kata Jay tentang apa yang dilihatnya malam itu. Sejak Taeyong tau Jaehyun pernah mencium Hanna, laki-laki tampan itu marah-marah tidak karuan, meja kantin rumah sakit hampir dibanting kala itu. Kilatan emosi milik Taeyong masih teringat jelas di otaknya. Ten jadi bergidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obliteration : For You, Na Jaemin
Novela Juvenil❝the removal of sins that brings us to true immortality.❞ Rank : #1 in najaemin #1 in nctjaemin © Belssfys, 2022.