21

780 92 11
                                    

"Vi-Viny!"

"Sinka,"

Mereka berdua saling bertatapan cukup lama sebelum akhirnya Viny yang terlebih dahulu membuang pandangannya ke arah lain. Sementara Sinka cukup terkejut bisa bertemu dengan Viny, mantan kekasihnya di tempat seperti ini.

"Vin," Sinka menahan kalimatnya saat melihat Viny menghentikan kalimatnya.

"Kita cari kafe di sekitar sini untuk ngobrol." Ucap Viny dengan ekspresi datarnya.

Sinka menghela nafasnya dan mengangguk. Setelah itu, Viny menyuruh Acha untuk pulang terlebih dahulu ke hotel. Awalnya Acha menolak. Tapi, Viny menggunakan sejuta rayuan agar Acha mau menurutinya. Viny bernafas lega saat akhirnya, Acha menurutinya dan kembali ke hotel terlebih dulu.

Viny menatap Sinka dan memberikan kode untuk mengikutinya. Sinka mengangguk dan mengikuti langkah Viny untuk keluar dari Esplanade.

***

Viny POV

Entah sebuah kebetulan atau gimana bisa bertemu dengan mantan kekasihku di tempat seperti ini. Sinka, gadis ini pernah mengisi hatiku. Tapi, sayang dia lebih memilih menyakitiku dengan berselingkuh di hadapanku secara langsung. Dan disinilah kita sekarang. Di sebuah kafe yang ada disekitar Orchard Road.

"Kamu apa kabar?" Tanyanya.

"Baik." Jawabku singkat sembari meneguk Hot Chocolate milikku.

Kulihat dia tersenyum tipis. Ya, aku tidak terlalu peduli sih. Lagian kan, hatiku kini sudah terisi oleh nama Shani.

"Aku merindukanmu, Vin." Ucapnya.

Aku meletakkan Hot Chocolate milikku di meja setelah puas menikmatinya. Tatapan mataku menusuk dalam bola matanya, "Berhenti mengucapkan omong kosong itu, Sin."

Sinka menggeleng, "Aku beneran merindukanmu."

Aku tersenyum miring, "Merindukanku? Gimana dengan aku yang selalu merindukanmu tapi kamu lebih memilih mengkhianatiku dengan berselingkuh di depan mataku?!"

Ucapanku yang cukup keras mampu mengundang perhatian dari orang banyak yang berada di kafe tersebut. Kulihat Sinka juga tampak terkejut dengan suaraku yang cukup keras.

"Maafkan aku, Vin." Lirih Sinka, "Aku menyesal."

"Telat, Sin."

Mata Sinka mulai berkaca-kaca. Aku tidak tega sebenarnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Sinka memang harus diberi pelajaran setimpal atas apa yang dilakukannya padaku.

"Aku baru putus dari Lidya."

"Lalu?" Aku mengangkat sebelah alisku, "Urusannya dengan aku apa?"

Sinka meraih tanganku dan menggenggamnya, "Aku mau balikan lagi sama kamu."

Aku menarik tanganku dari genggamannya dan menggeleng, "Maafkan aku Sin. Tapi saat ini, hatiku telah memiliki orang lain."

Dapat kulihat Sinka menundukkan kepalanya. Rasa penyesalannya pasti sangat besar, bisa kurasakan itu. Tak lama, kudengar suara isakan yang keluar dari dirinya. Aku membenci ini. Kenapa aku harus mendengar isakan itu lagi? Ah, aku begitu lemah.

Helaan nafas berat keluar dari mulutku. Entah kenapa rasanya sangat sulit melupakan Sinka yang kembali hadir di depanku saat ini. Kenangan 4 tahun yang lalu kembali berputar di kepalaku. 4 tahun bukan waktu yang sebentar buatku dan Sinka menjalani hubungan. Dan saat aku hampir melamarnya, dia malah memilih mengkhianatiku. Ini jugalah yang menjadi alasanku untuk pindah ke Jakarta dan menjadi artis.

Flower of Love(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang