7 - Selangkah Lebih Dekat

4.6K 265 2
                                    

"Pilih yang imannya baik.
Karena, jika dia belum bisa mencintaimu setelah menikah,
dia tetap akan memuliakanmu
dengan perangainya"

------------------------------

-SRI-

Hari-hari setelah pernikahan tak banyak yang berubah. Semua masih berjalan seperti biasanya, sedikit bedanya adalah sekarang aku mempunyai kewajiban sebagai seorang istri untuk seorang suami.

Seminggu pertama setelah akad, aku dan Mas Rahman memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Abah. Dan minggu selanjutnya bergilir ke rumah bapak. Seminggu pertama setelah menikah, Mas Rahman tak kemana-mana. Katanya ia ingin menghabiskan waktu bersama istrinya, dan untuk perempuan yang tidak pernah pacaran sebelum menikah, kau bisa bayangkan saat itu perasaanku seperti apa?

Pernah disuatu malam sebelum tidur aku memberanikan diri bertanya padanya, "Mas aku ingin bertanya" ujarku.

Dia langsung menghadapkan badannya padaku. Dan itu salah satu kebiasaannya yang aku sukai semenjak menikah dengannya. Aku merasa diperhatikan dan dianggap ada.

"Silahkan, Dik. Bertanya saja" jawabnya tenang.

"Tapi Mas jangan marah ya!" Pintaku.

Dia tersenyum mengangguk.

"Apakah Mas terpaksa menikah denganku?" Tanyaku kemudian.

Mas Rahman menatapku sebentar, menarik napasnya perlahan dan menghembuskannya pelan. "Mas tidak bilang ini terpaksa, Dik. Tapi sebelum acara lamaran berlangsung, kadang Mas sering merasa berat dengan semuanya. Sering terlintas dalam benak Mas, bagaimana mungkin Mas harus hidup dengan orang yang baru beberapa saat Mas kenal" paparannya dengan tenang.

Dan aku hanya menatap nya tanpa memberikan tanggapan apapun.

"Tapi selain itu Mas juga sering kepikiran, semua bisa dicoba, bisa diikhtiarkan. Termasuk menumbuhkan cinta juga perasaan, karena hakikatnya menikah itu kan ibadah. Menurut Mas syarat mutlaknya itu bukan cinta saja, tapi juga niat karena Allah. Dan setelah itu Mas yakin, terlebih setelah melihat calonnya istimewa, pilihan bapak langsung" ujarnya lagi dengan senyum yang tak terlepas dari bibirnya.

Aku kembali tersenyum mendengar penuturannya, terlebih saat Mas Rahman mengucapkan kata istimewa dengan sedikit penekanan yang berbeda, yang berimbas pada pipiku yang terasa memanas.

"Mas tahu nggak?" Tanyaku.

Dia menggeleng pelan.

"Sebenarnya kita menikah bukan dengan pilihan orang tua kita, ataupun dengan pilihan kita masing-masing. Tapi hakikatnya kita menikah dengan orang yang memang sudah dipilihkan Allah untuk kita. Dan pada cerita kita, orang tua kita adalah perantaranya" ujarku.

"Mas setuju, Dik. Mas tahu, sedari awal kamu belum jatuh cinta sama Mas. Mas pun begitu sebaliknya. Tapi, kamu mau kan, Dik, belajar sama-sama dengan Mas?" Tanyanya yang seperti sebuah permintaan juga.

"Belajar apa, Mas?" Tanyaku sedikit bingung.

"Belajar menumbuhkan rasa itu ada sama-sama" ujarnya sambil menggenggam kedua tanganku.

"Insyaallah" ujarku dengan suara pelan.

Semoga Mas Rahman tidak bisa melihat pipiku kembali lagi merona.

***

Dan dua minggu setelah menikah, sedikit banyak aku mulai mengenal suamiku. Ternyata dia tak sedingin yang aku bayangkan dulu. Dia lelaki yang pintar menyenangkan hati istrinya, sekalipun aku tahu dia harus berusaha lebih demi melakukan itu. Dia lelaki romantis yang tak pernah bosan berusaha membuat aku tersenyum. Lambat laun aku mulai sadar mengapa Abah memilihmu untukku, karena kamu istimewa.
Terlepas aku sudah bisa mencintaimu sepenuhnya atau belum, aku belajar menikmati semuanya. Hingga suatu saat aku sendiri lupa bahwa aku sedang belajar. Jika dengan cara ini Abah dan Ummi bahagia.

Sekarang aku sedikit paham mengapa dulu Abah selalu menekankanku juga pada adik-adik, agar kelak saat kita memilih pasangan, pilih yang imannya baik. Karena jika dia belum bisa mencintaimu setelah menikah, setidaknya dia tetap akan memuliakanmu dengan perangainya. Iman yang tercermin dalam akhlak. Dan aku menemukan itu pada Mas Rahman. Suamiku.

***

Ditulis di buku pada 24 Juni 2019. Dan disalin di wattpad pada Rabu, 14 Agustus 2019 tepat pukul 10.27 WIB.

Sri paham bahwa menumbuhkan cinta itu tak mudah.
Dan Rahman pun tahu itu.
Jadi gimana nanti mereka kedepannya? Berhasil kah? Atau memilih menyerah?

Terakhir libur idul adha. Mageeeeer abis seharian whehe

Mimilel

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang