Aluna Vein
Vol 2 Chapter 10 “Cerita dibalik kanal”Mungkin, ini adalah kali pertama aku bersyukur bertemu dengan hewan yang tidak kusukai.
Hewan aneh berambut biru bergumpal dengan batu biru dikeningnya itu seakan menjadi pertanda bahwa keajaiban bisa datang kapan saja."Umu... Syukurlah kau datang, bisa kau bantu aku keluar dari sini sobat? Si botak itu menjatuhkan kuncinya ke bawah lantai di sebelah sana."
Tak kusangka sedikit dari air mataku terjatuh saat aku meminta permohonan kecil itu.
Akan tetapi hewan tetaplah hewan, ia mana mungkin mengerti perkataan manusia.
Dengan perlahan aku mencoba menerjemahkan maksudku dengan menggoyang-goyangkan besi pengekang tanganku kepadanya dan menujuk tempat kunci itu tenggelam di sana.Seiring air terus-menerus masuk melalui celah-celah dinding, Umu mulai berenang mendekat ke arahku.
"Ya begitu, terus... Aku tahu kau mengerti apa maksudku. Kuncinya ada di bawah sana. Tolong kau carikan untukku supaya aku bisa keluar."
Namun, di tengah jalan Umu tiba-tiba berhenti. Ia fokus menatap ke arah celah di dinding yang dari tadi menjadi tempat bocornya air.
"Jangan pedulikan dinding itu, fokus saja mencari kunci. Hey, Umu? Kau mengerti tidak?"
Ucapanku sama sekali tidak dihiraukan olehnya, justru sebaliknya ia malah mundur perlahan ke arah tangga sambil tetap fokus memandangi celah dinding itu.
Aku mulai heran dengan tingkah lakunya yang tiba-tiba aneh seperti ini.
Apa mungkin ada sesuatu yang menarik perhatiannya dibalik celah dinding itu?.Mendadak suara ledakan terdengar kembali dari arah langit-langit, begitu pula dinding yang menjadi penahan air itu pun perlahan-lahan mulai mengeluarkan suara retakan, seakan akan benar-benar roboh.
"O-oi Umu... Kurasa, sudah saatnya kau mulai mencari kembali kuncinya. A-aku takut... Waktu kita sudah tidak lama lagi.... Umu? Kenapa kau hanya diam saja? Aku mohon Umu, bantu aku mencari Kuncinya–..."
*Duaaaaar!!!!
Dinding pun roboh bersama dengan penyangganya, air masuk begitu deras bersamaan dengan masuknya seekor buaya putih raksasa yang sempat terjungkir bersamaan dengan robohnya penyangga dinding.
"K-kenapa buaya itu ada di sini uaagh–...."
Suaraku tersumpal karena air yang deras.
Aku terpaksa menaiki rantai besi yang menggantung di atas langit-langit jeruji, bila tidak kulakukan, maka pasti aku sudah tenggelam.Buaya putih yang terasa Familiar itu mengingatkanku pada bekas luka yang ia berikan padaku berupa cakaran di perut.
“Apa mungkin ia adalah buaya yang sama dengan yang waktu itu ada di rawa? Bila benar, kenapa ia ada di sini?
Apa para pemburu itu membawanya kemari?.”Memikirkan hal itu justru membuatku semakin terpojokan ketika buaya itu mulai berenang dan menggigit jeruji besi yang menjadi tempatku dikurung.
Tenaganya pasti sangatlah kuat sampai-sampai jeruji itu bergeser menabrak ujung dinding.
Ketika nyawaku sekali lagi benar-benar berada di ujung tanduk, aku mulai memejamkan mata sambil berdoa memohon supaya dibebaskan dari mimpi buruk ini.
Air pun memenuhi seisi ruangan sampai meluap ke langit-langit. Untung saja aku berhasil menarik tarikan nafas yang berat sebelum itu terjadi.
Saat aku memejamkan mataku karena takut dengan mahluk yang ada di hadapanku ini, sebuah bisikan batin mulai terdengar kembali di telingaku seiring aku menenangkan pikiranku dengan manahan nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna Vein
FantasyMenceritakan tentang Zen dan Natia, sepasang laki-laki dan perempuan yang tak sengaja terkirim ke dunia yang asing tanpa mengenal satu sama lain, petunjuk satu-satunya yang mereka miliki adalah barang yang masih mereka bawa. keadaan mereka diperpara...