PINUS PENGGER , GUNUNGKIDUL
Tempat itu adalah saksi ia menangis. Tempat itu adalah saksi yang tahu serapuh apa diriku.
Elio sampai pinus tepat jam 16.30 karena jarak sekolahnya dengan pinus lumayan jauh. Tak lupa ia mengabari ibunya untuk pulang terlambat. Dan langsung mematikan handphone tanpa menunggu balasan. Elio sangat paham betul apa yang nanti akan terjadi. Namun peduli setan, yang ia butuhkan sekarang hanya melampiaskan sesak ini. Sesak yang sudah ia rasakan sejak ia berumur 10 tahun. Kebahagiaannya telah direnggut paksa!
Sore ini alam mungkin sedang berbaik hati agar orang lain tidak tahu bahwa aku sedang menangis. Alam seakan menemaniku menangis.
Hujan!
Aku sangat menyukai hujan dan bau tanah yang menyeruak di hidungku saat ini. Berbeda dengan yang lainnya, disaat yang lain sibuk berbondong-bondong untuk berteduh. Aku malah membiarkan tubuhku terguyur air hujan. Biarlah dikira gila atau apapun, hanya ini yang bisa aku lakukan agar rasa sesak ini menguap keluar bersamaan dengan angin yang terus menabrak dirinya.
'Sial! Gue lupa, gw bawa laptop di tas'
Buru-buru ia lari mencari gazebo yang masih kosong dan melihat kondisi isi tasnya. Banyak sekali pasang mata yang melihatnya seakan dirinya memang gila, atau tatapan prihatin. Dan Elio sangat tak menyukai tatapan itu.
"Huh untung tasnya masih bisa nahan air." Monolog nya
Elio melihat jam nya dan ternyata baru pukul 18.00. Namun hawa dingin telah menusuknya hingga membuatnya menggigil. Segera ia melangkahkan kaki nya ke parkiran motor dan mengganti sepatunya menjadi sandal. Sekarang yang perlu ia lakukan mencari toilet dan mengganti seragamnya yang basah kuyup dengan baju biasa yang selalu ia simpan di jok motornya. Baru ingin menyalakan motornya, seseorang menepuk bahunya.
"Lo ngapain disi- ehhh kok mata lo bengkak sih!! Lo abis nangis?! Kenapa?"
"Bawel lo! Gue ga kenapa-kenapa ish! Gue mau pulang, ntar dicariin nyokap. Minggir Bello"
Yapp yang menepuk bahunya adalah Beliana, ternyata mereka kencan disini. Untungnya mereka baru saja sampai. Ada kelegaan sendiri, namun apa yang harus dikatakan jika temannya ini menuntut jawaban. Mau berbohong percuma. Mata ini sangat-sangat memperlihatkan bahwasanya aku habis menangis. Shit!
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIO STORY
Teen Fiction"Dari sekian banyaknya tempat, kenapa kamu milih disini? Aku sudah biasa sendirian." -Elio "Entahlah, langkah saya yang membawa kesini" -Rakka Dia wanita kuat! Namun sekuat-kuatnya dia, dia sangat butuh penopang. Biarkan saya terus ada disisinya, T...