"Ngegas bet sih lu, lu selingkuh di depan mata gue aja gue sante baeek," Sehun semakin mengeratkan cengkramannya di bahu gadis itu.
"Beda cerita Sinta."
"Tolong jelasin yang beda apa? Lu sama gue sama-sama selingkuh. Gue gak selingkuh di belakang dan lu pun begitu. Udah kelar."
Sinta melepaskan cengkraman Sehun di bahunya sedikit kasar, dia melangkah menjauh.
"Lu pikir ini udah kelar?" Sinta membalikkan tubuhnya memutar bola matanya malas.
"Lepasin dulu, gue kayak kriminal aja main tangkap-tangkap aja,"
Sehun itu selain egois ya keras kepala, dia semakin mengeratkan cekalannya.
"Ya udah mau lu apa? Gue harus gimana?" cercah Sinta malas.
Semakin lama tingkah pria yang sayangnya masih berstatus sebagai kekasihnya itu benar-benar menjengkelkan. Sinta merasa hidupnya seperti sebuah sqiushy diperlakukan seenak jidatnya sama pria kurang ajar di depannya ini. Untung masih(?) sayang.
"Gue gak suka lu kayak gini, -"
"Dih bacot, gak usah bertele-tele, gue ada janjian habis ini." sinisnya.
"Gue gak peduli, mending lu bungkam mulut lu sebelum gue jahit."
Sinta benar-benar membungkam mulutnya, dia sedikit takut mengingat nama tengah Sehun itu nekat. Bisa aja tuh si Sehun beneran jahit mulutnya. Nanti kalau lapar gak bisa makan dong, kan kasian tubuhnya butuh asupan.
"Lu dilarang selingkuh apapun alasannya."
Sinta hendak protes tapi ia mengurungkan niatannya tersebut. Mengingat pergelangan tangannya masih berada dalam kuasa pria egois di depannya ini kesempatannya untuk kabur sangat tipis.
"Kamu tau dengan sangat status kamu sekarang punya siapa, jangan bikin aku malu," Sehun sudah mulai melunak, aku-kamu-an menjadi tandanya.
Sinta masih saja bungkam, "kamu dengarkan?" tanya Sehun sambil mengelus pucuk kepala Sinta dengan lembut tanpa melepaskan cekalannya di tangan satunya.
Gadis itu hanya mengangguk malas, tapi namanya mulut tidak bisa dikontrol, "kalau gitu udahan aja, gak baik hubungan kayak gini malu-maluin kan kata lu."
"Aku gak nyuruh kamu nyahut."
Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk Sinta meremang, bukan karena suara Sehun yang merdu, bukan sama sekali. Pria itu berbisik tepat di perpotongan leher Sinta dengan sengaja ia membuang napas di kulit gadis itu dengan malu-malu, meriang sudah tubuh gadis tersebut.
Sinta mendorong kepala Sehun menjauh dari lehernya, ia takut khilaf jika Sehun berlama-lama di sana. Kesucian keperawanannya bisa saja terancam berhubung tingkat ketampanan Sehun tidak bisa diabaikan.
Sehun terkekeh sambil melepaskan cekalannya, "Lu kok kurang ajar ya, hampir aja tangan ini mendarat di sini."
Sinta menusuk-nusuk pipi Sehun menggunakan telunjuknya, ketika pria itu sedikit lengah ia menginjak kaki Sehun dengan kencang kemudian tanpa berbasa basi ia berlari meninggalkan pria itu yang kelihatan kesakitan.
"Besok-besok kalau selingkuh, jangan laporan. Malas gue balasnya." teriak Sinta dari kejauhan.
***
Sinta sama sekali tidak mempermasalahkan apapun yang dilakukan Sehun baik sepengetahuannya ataupun tanpa sepengetahuannya sama sekali.
Kalau suka ya suka, kalau nyaman ya nyaman, kalau benci ya benci, kalau marah ya marah, Sinta selalu berusaha menempatkan dirinya di salah satu pilihan tersebut.
Tapi kali ini, entah mengapa ia sama sekali tak tahu di mana ia harus memposisikan pilihannya, lebih tepatnya hatinya.
Entah hubungan jenis apa yang sekarang ia jalani dengan Sehun. Teman? mana ada teman sekurang ajar Sehun main cium sembarangan, Sahabat? sahabat rasa dilan (?) tapi Sehun tidak sepeduli itu padanya,
Suami istri? berak sekebon aja sekalian. Pacar? mana ada orang pacaran sante baek lihat pasangannya selingkuh sana sini.Ada kok, ada.
Sehun dan Sinta.
Kedua orang gila itu sama-sama buta dan tuli. Mata mereka dipakai untuk mendengar sedangkan telingannya dipakai untuk melihat. Komplit sudah.
Komplikasi.
Hehe
TBC
Sahabat rasa dilan milik guru tercinta Kim_NE
Udah itu aja, saya pamit
Nnti kembali.