2. Kebohonganku

3.5K 537 116
                                    

Kesibukan di kantor, peralihan manajemen perusahaan membuatku mulai sulit menemani Seokjin.

Ia sangat manja, tetapi aku menyukainya.

Malah sejujurnya itu yang membuatku semakin sayang padanya.

Menjadi anak tunggal seumur hidupku, memberikan perasaan luar biasa kala Soekjinie bermanja padaku.

Senyum dan tawanya adalah penghiburan tersendiri bagiku.

Melihatnya menyambutku dengan semangat ketika aku kelelahan menghadapi dewan-dewan direksi yang menuntut segala macam kesempurnaan tak masuk diakal pun sirna seketika.

Pelukan hangatnya saat ia cepat-cepat menghambur ke dadaku, itulah obatku.
Hal yang perlahan berubah menjadi sebuah kebiasaan yang kunantikan.

Hari ini aku tidak mengantarnya, tetapi bukan karena urusan pekerjaan.

Seperti dugaanku, Seokjinie akan berpura-pura marah padaku.

Itu meningkatkan level menggemaskannya berkali lipat.

Aku memasang wajah bersalah dan mengatakan, "Maaf ya, Seokjinie. Daddy harus bertemu seseorang yang penting. Besok, Daddy akan mengantarmu lagi."

Seokjin pun menjawab polos, "Lebih penting dari Seokjinie?"

Aku tersenyum lebar, mengulurkan tangan untuk mengelus kepala kecil berambut hitam halusnya, menjawab, "Tidak ada yang lebih penting darimu, Seokjinie sayang."

Melihatnya melunak, aku pun berjongkok dan melebarkan tanganku, mendekapnya.

Aku mengelusnya sayang, tetapi jantungku seakan membongkar kedokku, mencemooh tingkah lakuku.

Debaran yang kuharap, tak akan dimengerti oleh anak angkatku ini.

***

Tentu saja Seokjinie lebih penting dari apapun.

Ia adalah segalanya bagiku.

Tetapi aku belum siap memberitahunya.

Aku terlalu menyayanginya dan aku tidak ingin ia kaget dengan perubahan yang nantinya akan terjadi.

Dan di sinilah letak kesalahanku.

Joon's Journal [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang