9

15 13 5
                                    

Setelah dari pinus, ia tak langsung pulang. Elio mampir ke Watu Amben untuk sekedar ngopi atau nyemil sambil memandang indahnya nuansa malam hari disini. Ia harus memuaskan dirinya hari ini memandang alam saat malam hari, mengingat dirinya sangat-sangat jarang untuk keluar walau sekedar bertemu teman. Sedang asyiknya melamun, Elio merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya. Reflek Elio langsung melihat siapa yang dengan lancangnya duduk disebelahnya. Ternyata lelaki. Kuakui parasnya sangatlah sempurna, sepertinya dia tinggi, daaann- putih. Bahuku merosot, bahkan warna kulitku sangat-sangat jauh dibawahnya. Hitam sekali aku jika dengannya-_-

Aku sedang malas sekali untuk berinteraksi sekedar bertanya 'kenapa duduk disini?' , mood nya masih sangat-sangat buruk. Aku hanya memalingkan wajahku, dan tidak mempedulikan lelaki itu. Entahlah, aku tidak mengenalinya. Sungguh!

Namun, aku merasakan sepertinya ia sedang mengamatiku. Sialan! Mengapa aku jadi ke PD an seperti ini.
Tapii... Bentarrr..
Ada tangan yang sedang mengusap pipiku. Namun segera ku singkirkan. Apa-apaan dia ini. Kurang ajar sekali!

"Hm maaf saya hanya berniat menghapus air matamu. Kamu pasti memiliki masalah, nangislah jika itu membuatmu tenang. Saya ingin bertanya, mau cerita? Namun sepertinya lancang sekali, bahkan kita tidak saling mengenal. Kalau begitu, nangislah saja. Atau kamu butuh bahu?" Jelas lelaki itu.

Aku hanya diam mengamatinya.

"Yasudah kalau tidak mau, ijinkan saya menemani kamu disini sampai kamu benar-benar sudah dalam keadaan tenang." Jelas lelaki itu saat tak ada satupun kata yang dikeluarkan oleh gadis di sampingnya ini dan kali ini Elio hanya merespon dengan anggukan kepala.

"Apa aku menyusahimu?" Dari sekian lamanya akhirnya Elio mau berinteraksi dengan lelaki disampingnya.

"Tidak, bahkan kamu tidak menyuruh saya kan. Ini murni keinginan saya." Jawabnya

"Dari sekian banyaknya tempat, kenapa kamu milih disini? Aku sudah biasa sendirian." Tanya Elio

"Entahlah, langkah saya membawa kesini" dan hanya dibalas anggukan oleh Elio.

"Rakka" kenalnya dengan menyodorkan tangan khas mengajak kenalan. Mala hanya melirik tangan itu, sepertinya otak Mala berjalan sangat lambat.

"Em maaf" kata Rakka canggung sambil menarik lagi tangannya. Namun saat ingin menarik tangannya, Elio langsung menerima uluran tangan tersebut.

"Elio" jawabnya dengan senyum.

Dan suasana sangat awkward. Elio tidak tau bahwa Rakka sejak awal memutuskan duduk disampingnya sudah menahan gugup luar biasa. Dan keputusan Elio untuk senyum telah membuatnya sangat gugup. Manis sekali tuhan!

"Em aneh ya namaku?" Dan karena respon Rakka hanya diam, Elio mengira bahwa Rakka berpikir aneh namaku.

"E-e-eh engga kok. Maaf maaf jadi bengong gini." Jawab Rakka dengan senyum canggung

"Tapi banyak yang bilang namaku aneh. Elio itu nama lelaki, nama spanyol alternatif dewa helios atau dewa matahari." Terangnya

"Oohh, pasti lahirmu siang yaa?" Tebak Rakka.

"Hahaha, engga siang juga kali. Aku lahir selasa pagi malah. Tapi pas itu matahari baru mau muncul. Yaaa kaya sunrise gitu." menurutnya, pertanyaan Rakka dengan muka polosnya sangat lucu. Muka nya sangat ketara bahwa ia sedang menahan gugup kali ini.

'Bisa ga si jangan senyum terus. Bisa gila saya lama-lama' gumam Rakka

"Kamu tau nama panjangku dan artinya?" Tanya Rakka bodoh

"Yaa gatau lahhh, kamu pikir aku dukun. Dasar" balas Elio

Menyadari kebodohannya ia menepuk dahi dan segera berkata
"Eh iya juga ya. Namaku Rakka Purnama Firmansyah."

"Gilaa!! Nama kamu panjang juga, namaku kalah wkwk" jawab Elio

' cewe ini gampang banget moodnya berubah, perasaan tadi nangis. Sekarang ketawa terus. Bawel juga hm" gumam Rakka

"Rakka artinya bulan purnama di bahasa sansekerta. Masih ditegasin dengan nama purnama yang artinya juga bulan purnama. Nama kita sama-sama aneh. Mengandung arti benda satelit"

ELIO STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang