Gadis berkacamata itu berlari sekuat tenaga menuju pintu kelasnya yang hampir ditutup. Sedikit lagii !! batinnya sembari mempercepat larinya.
"Eh, tunggu tunggu !!" ia berteriak pada mahasiswa yang sudah bersiap akan menutup pintu kelasnya. Kemudain mahasiswa itu menoleh, melihat seorang mahasiswi berlari ke arahnya. Mahasiswa itu hanya menggelengkan kepalanya. Sudah maklum dengan gadis ini. Dengan tergesa-gesa ia memasuki kelas, dan segera berlari ke kursi kosong yang ada di depannya. Kemudian ia mengikuti jalannya perkuliahan dengan napas yang masih terengah-engah akibat dari 'olahraga' yang baru saja ia lakukan tadi pagi.
~~~
"Sumpah ngeselin banget itu angkot. Van ! Ngetemnya lama banget ! Tiap ada orang yang lagi berdiri di pinggir jalan disamperin. Semuanya ! Sampe karyawan yang lagi nunggu jemputan juga ditawarin ! Gila kan ?! Harusnya 'kan tau dong kalo itu karyawan nunggu jemputan, bukan nunggu angkot ! Dasar sopir angkot rese !" omel Putri panjang lebar. Sesekali ia menghela napas dengan berat dan menggelengkan kepalanya. Seolah kejadian yang dia alami tadi pagi adalah bencana terbesar dalam hidupnya. Vanya, sahabatnya dari SMA, hanya bisa tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Vanya tahu, jarak dari rumah Putri ke kampus mereka memakan waktu satu jam menggunakan angkutan umum. Vanya pernah memintanya untuk tinggal di rumahnya untuk menemaninya, karena kakak perempuannya berkuliah di luar Jakarta, otomatis di rumah Vanya hanya berdua dengan ibunya. Karena ayahnya juga sering sekali keluar kota untuk urusan pekerjaan. Dan lagi ibu Vanya sudah menganggap Putri seperti anaknya sendiri. Namun Putri menolak karena tidak ingn merepotkan Vanya, dan ia juga tak bisa meninggalkan ibunya sendirian di rumah mengurus adik-adiknya yang masih bersekolah.
"Suruh siapa lo gamau berangkat bareng gue ? Ga akan telat gini deh." Vanya kembali meyeruput es kelapanya yang tinggal setengah gelas. Kemudian kembali memerhatikan Putri.
"Yahh, gue ga enak sama lo aja, Van. Rumah kita kan beda arah. Yang ada malah makan waktu kalo lo jemput gue dulu di rumah." Putri menyuap siomay langganannya. Dan kembali berkutat dengan handphonenya. Vanya hanya tersenyum dan menatap sahabatnya yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri.
"Eh iya, gimana kabar lo sama Kak Radit ? Udah sampai mana perkembangannya ?" Vanya mengalihkan pembicaraannya ke cowok yang sedang disukai oleh Putri. Sontak Putri mendongak ke arah Vanya dengan mata yang berbinar.
"Sabtu ini gue mau jalan sama dia, Van !" ujarnya dengan girang. "Haduuh, jadi bingung mau pake baju apa ya ??" Vanya kontan tersedak mendengar ucapan sahabatnya itu. Dengan panik Putri memberikan minumnya kepada Vanya sembari menepuk-nepuk punggung sahabatnya. Kemudian Vanya tersenyum geli melihat sahabatnya itu. Dilihat seperti itu, Putri menjadi salah tingkah. "Apa ?" ujarnya dengan wajah memerah.
"Gue ga nyangka bakal denger omongan kayak gitu dari seorang Putri. Putri yang terkenal cuek untuk penampilannya." Ujarnya dengan geli. Sontak wajah Putri makin memerah. Vanya benar. Ia benar-benar cuek dengan penampilannya. Putri selalu terlihat dengan celana jeans dan kaus atau kemeja saat di kampus. Tak lupa pula jaket kesayangannya yang selalu dibawa. Rok yang dia punya pun hanya rok seragam saat masih sekolah dan dress motif batik yang hanya sekali dipakai ketika dia harus menghadiri undangan pernikahan teman kakak sulungnya. Rambutnya yang kecokelatan dan panjang sepunggung itu pun hanya dikuncir ekor kuda saja. Vanya hanya tersenyum geli melihat Putri salah tingkah.
"Yaudah. Nanti gue bantuin lo deh. Gue bakal buat lo jadi cantik di depan Kak Radit." Vanya tersenyum genit sembari mengedipkan sebelah matanya. Putri hanya bisa tersenyum pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Vanya kali ini.
~~~
Sabtu yang ditunggu-tunggu Putri dan Vanya tiba. Begitu dosen mereka meninggalan kelas, mereka bergegas keluar kelas dan berjalan cepat kearah parkiran mobil. Putri menghentikan langkahnya seketika ketika mengetahui arah yang dituju mereka.
YOU ARE READING
Answer
Ficção Adolescente"lo anggap apa persahabatan kita selama ini ? apa lebih penting kisah cinta lo dari pada persahabatan kita ?"