Mereka tiba di Jogja pukul 22.44 waktu setempat. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih menggunakan pesawat, sampailah mereka di bandara Adisutjipto. Keduanya memilih naik taksi untuk check in hotel yang sudah mereka pesan kemarin.
"Kita sekamar?" tanya Adara saat Deva baru saja menyelesaikan administrasi.
Pria itu mengangguk dengan santai. "Iya, lagipula kemarin memang tinggal satu kamarnya."
"Serius?" tanya Adara, sangsi.
"Iya, sayang. Ranjangnya dua kok kalau memang kamu nggak mau tidur sama aku," kata Deva. Dia bisa membaca raut wajah Adara yang terkejut tadi.
"Oke."
Mereka memasuki lift yang membawa keduanya ke kamar untuk istirahat. Setibanya di sana, Adara lebih dulu membersihkan diri kemudian pamit untuk tidur duluan karena terlalu lelah.
Sementara Deva, memilih untuk menonton TV karena rasa kantuknya sudah hilang sejak landing tadi. Sesekali ia menoleh ke arah tempat Adara tidur bergelung selimut. Sepertinya gadis itu benar-benar lelah hingga cepat sekali terlelap.
Tertarik dengan pemandangan di sisinya, Deva meninggalkan layar TV yang menampilkan Chris Evan dengan Robert Downey Jr. Dia duduk di pinggir ranjang Adara, merapikan rambut gadis itu yang menutupi wajahnya sendiri.
"Capek banget ya," bisik Deva.
Pria itu mengecup kening kekasihnya sambil mengusap belakang kepala Adara.
"Aku mungkin bukan yang terbaik, Dar. Tapi kalau kamu mau pertahankan aku, janji sampai mati aku nggak akan pernah buat kamu menyesal," kata Deva.
Ditatapnya wajah Adara yang damai. Bulu matanya yang lentik dan bibirnya yang berwarna pink alami.
"Aku nggak akan pergi, kecuali kamu yang minta," bisiknya lagi.
"Kita senang-senang ya di sini. Aku capek ribut terus. Kadang aku kangen kamu yang dulu, Dar. Kadang aku pengin mengulang masa perkenalan kita. Lucu aja rasanya ketemu orang sedatar kamu, tapi ambisius dan penyayang banget ternyata. Nggak nyangka aku akan jadi salah satu yang kamu sayang," ucap Deva, masih sambil memandang Adara.
Tangannya terus bergerak mengusap kepala gadis itu.
"I love you more than 3000," bisiknya sekali lagi sebelum mengecup dahi Adara.
"Dasar korban Endgame."
Gumaman tersebut menarik Deva dari posisinya. Dia menatap Adara yang masih terpejam. Tapi dia yakin suara parau itu milik kekasihnya.
"Kamu belum tidur ternyata," kata Deva.
"Gimana mau tidur kalau suara kamu lebih menarik daripada mimpi aku, Dev," ucap Adara, masih dengan mata terpejam.
Deva tak kuasa untuk tidak tersenyum. "Mau dengar suaraku terus?"
"Seandainya kamu penyiar radio, aku akan dengarkan kamu setiap saat."
"Kalau gitu aku rela ngoceh sepanjang malam buat kamu," kata Deva.
Adara tertawa kecil. "Gombal. Tidur, Dev. Nggak capek apa?"
"Tadi sudah hampir ngantuk, eh tapi diginiin sama kamu langsung nge-fly nggak bisa turun," gurau Deva.
Kini Adara tertawa sambil membuka matanya.
"Kamu itu beneran sudah 29 tahun, nggak sih?"
"Entah. Jiwa remajaku nggak pernah bisa hilang kayaknya," kata Deva membuat Adara tergelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✅
RomanceKeduanya telah melewati batas takdir. Deva dan Adara harusnya hanya terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi rasa penasaran membawa mereka berjalan lebih jauh hingga melibatkan perasaan. Tak mudah untuk bertahan kala masalah terus menghadang. Akank...