Part 1

10.6K 585 22
                                    

Ini bukanlah kisah cinta yang sering kalian baca, bukan juga kisah dongeng atau remaja pada umumnya. Ini hanyalah kisah seorang kakak yang berjuang untuk bisa terus melihat senyum sang adik. Seorang kakak yang sangat-sangat ingin melihat sang adik kembali melihat indahnya dunia.

Dan, ini juga kisah seorang adik yang juga begitu menyayangi kakaknya. Bagi sang adik kakaknya adalah dunianya, meski sang adik tidak bisa melihat. Tapi ia beruntung memiliki seorang kakak yang akan selalu setia menuntunnya, membuatnya terkadang lupa pada kekurangan yang ia punya.

Kim Taehyung, namja tampan pemilik senyum kotak itu adalah seseorang yang Jungkook anggap sebagai seorang pahlawan. Taehyung adalah satu-satunya harapan juga kehidupan bagi Jungkook. Mereka berdua harus berjuang menghadapi kejamnya dunia tanpa dukungan dari orang tua atau bahkan kerabatnya. Taehyung dan Jungkook hanya hidup sabatangkara, mereka berdua hidup untuk satu sama lain. Hidup Jungkook bergantung pada Taehyung, dan begitu pula sebaliknya.

Jadi, sanggupkah kalian membaca kisah ini? Kisah yang penuh perjuangan juga tetesan air mata. Namun, di sini kita juga bisa melihat betapa kuatnya ikatan antara seorang kakak dan adik. Jadi sanggupkah? Sanggupkah kalian membacanya? Jika ya, maka mari kita mulai kisah ini. Namun jika tidak, kalian bisa berhenti sampai sini dan melupakan semua yang sudah kalian ketahui tentang kisah ini...


🍁My Young Brother🍁

"Berikan anak menjijikan itu padaku!"

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu membunuh putraku, Tn. Kim!" tukas seorang wanita dengan bayi di gendongannya.

"Sadarlah Taerin! Anak itu hanya akan menjadi benalu bagi kehidupan kita! Orang-orang akan mengejek kita karna anak cacat itu!" balas sang pria, sepertinya pria itu tidak terima karna memiliki putra yang terlahir cacat.

"Andalah yg seharusnya sadar, Tn. Kim! Dia ini anakmu! Darah dagingmu! Tuhan memberikan Jungkook pada kita untuk menjaganya, bukan hiks, bukan untuk membunuhnya! Brengsek!" umpat Taerin membuat Tio semakin tersulut emosi.

Sepertinya Tio sudah tidak memiliki hati nurani, ia berusaha sekuat mungkin untuk bisa merebut Jungkook dari gendongan Taerin. Namun, dengan tekadnya sebagai seorang Ibu, Taerin berhasil membuat Tio tersungkur. Tapi sepertinya dewi fortuna tengah berpihak padanya, Tio berhasil mencekram pergelangan kaki Taerin dan membuatnya terjatuh. Syukurlah Baby Jungkook tidak terluka karna Taerin berhasil melindunginya.

"Serahkan anak itu padaku, Taerin!"

"Tidak! Lebih baik aku mati daripada harus menyerahkan putraku pada iblis sepertimu, Kim Tio!"

Perdebatan sengit juga aksi perebutan anak pun terjadi antara Taerin dan Tio. Sampai tiba-tiba...

Cklek!

Pintu pun terbuka menampakkan seorang bocah kecil dari pintu tersebut. "Eomma, Appa. Apa yg terjadi?" tanyanya bingung.

"Taehyungie, hiks ...."

"Eomma, waeyo Eomma menangis? Dan Appa, kenapa Appa menyakiti kaki Eomma? Lepaskan kaki Eomma, Appa. Nanti Eomma terluka," ujarnya polos.

"Diam kau bocah! Masuk ke kamarmu jika kau tidak ingin terluka!" gertak Tio. "Berikan anak itu padaku, Taerin!"

"Tidak akan!" Taerin berhasil melepas cengkraman Tio dari kakinya dan berlari kearah Taehyung.

"Taehyung sayang, hiks. B-bawa adikmu pergi dari sini, nde? Jaga dan lindungi adikmu, Tae. Eomma percaya padamu," ucap Taerin seraya menyerahkan Jungkook pada Taehyung.

"T-tapi kenapa Tae harus membawa Kookie pergi, Eomma?" tanyanya polos.

"Kau tidak akan bisa membawa adikmu pergi, Taehyung! Cepat, serahkan Jungkook pada Appa sekarang!"

"Tidak akan ku biarkan kau melukai putraku!"

Taerin berusaha sekuat tenaga untuk bisa menghalangi Tio mengambil Jungkook. Dan itu semakin membuat Tio emosi, Tio mengambil pisau tajam yg kebetulan berada di meja, dan...

Jleb!

"EOMMA!"

Dengan begitu teganya Tio menusuk istrinya sendiri di depan putra-putranya.

"Huwee, huwee!" Tangis Jungkook seakan mengerti sesuatu yang buruk tengah terjadi pada ibunya.

Dengan sisa tenaganya Taerin terus mencekram kuat kaki Tio dan terus menyuruh Taehyung pergi.

"P-pergi Taehyung! P-palli p-pergi!"

"Lepaskan kakiku, bodoh!"

"Eomma, hiks ...."

"P-pergilah, Tae. Pergi d-dan selamatkan a-adikmu ...."

"T-tapi Eomma, hiks."

"PERGILAH TAEHYUNG! hiks, s-selamatkan adikmu sayang, gwaenchana."

"Jangan coba-coba membawanya Taehyung! Atau kau juga akan Appa bunuh!"

"Appa jahat! Appa mau membunuh Kookie, hiks. A-appa telah menyakiti Eomma, Tae tidak akan membiarkan Appa menyakiti adik Tae juga! Hiks, m-mianhae Eomma, Tae harus pergi, hiks."

Taerin tersenyum tulus mendengar perkataan Taehyung kemudian menutup rapat kedua matanya.

*****

"Jangan lari Taehyung! Serahkan anak cacat itu pada Appa!"

"Huwee ....!"

"Ssut, uljima Kookie. Hyung tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu."

"Tapi Appa akan menyakiti adikmu, Tae!"

"Tidak! Hiks, jangan sakiti Kookie, Appa! Hiks, jangan!"

"Appa tidak akan mengampuni adikmu, Tae! Dia lah yg membuat Appa sampai membunuh Eomma mu! Sekarang Appa akan mengirim adikmu pada Ibunya, bukankah Appa baik, hah?"

"Tidak! Jangan sakiti Kookie, Appa!"

"Matilah kau anak sialan!"

















"Andwae!"

"Hosh, hosh!" Taehyung bangun dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran di dahinya.

"Huh, mimpi itu lagi," gumamnya.

"Kookie?!"

Taehyung langsung mencari sang adik dan tersenyum lega melihat adiknya masih tidur dengan nyenyak di sampingnya. Taehyung kembali merebahkan badannya kemudian memeluk Jungkook dari samping.

"Kenapa mimpi itu terus menghantuiku? Mimpi itu benar-benar membuat Hyung takut, Kookie. Hyung takut, sangat takut jika harus kehilanganmu, Saeng. Kau adalah satu-satunya alasan kehidupan Hyung, Kookie. Hyung tidak bisa jika harus kehilanganmu, tidak bisa."

"Chup!" Taehyung mengecup puncak kepala sang adik.

"Tetaplah bersama Hyung, Saeng. Hyung menyayangimu, sangat menyayangimu, Kim Jungkook," lirihnya kemudian memejamkan matanya dengan posisi masih memeluk erat sang adik.











"Kookie juga menyayangimu, Taetae Hyung ...."

































Tbc...

See you...

My Young Brother✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang