Tangannya menggengam jemariku menyajikan tatapan yang amat manis dan wajahnya yang rupawan mampu meluluhkan hati siapapun .
Aku mencintainya sangat setelah dua tahun yang lalu aku mengahancurkan semuanya ya semuanya.
kami dulu pernah menikah menjalani rumah tangga, dengan terpaksa karena orang tua persahabatan mereka yang awet sampai tua membuat kami harus menikah atas keinginan mereka aku yang tidak bisa menerima pernikahan itu ,sangat muak karena terus di paksa menjalani apa yang tidak ku khendaki kemarahan yang semakin menjadi saat aku dan Fabian harus pindah ke Singapore untuk memulai hidup baru dan tentu ayah ibuku yang justru sangat mendukung itu sebab mereka ingin aku berjauhan dari kekasihku Karlos.Fabian bukanlah pria bertampang buruk rupa sehingga aku tidak ingin menikah dengannya , pada saat itu yang kutahu cintaku hanya untuk Karlos.
Fabian tidak pernah marah dengan pernikahan ini yang dirasakannya berbanding terbalik denganku dia bilang jatuh cinta padaku jadi ingin pernikah ini untuk selamanya.Akan tetapi aku membuat kesalahan besar berpaling dan tetap mengharapkan Karlos ,aku memberikan yang seharusnya aku berikan kepada suamiku cinta dan kasih sayang,kemudian akupun berhubungan diam diam dengan Karlos
Fabian akhirnya tahu tanpa sepengetahuanku dia melihat percakapanku di layar handphone dan mengikutiku dimana aku bertemu dengan Karlos.
Dia sangat murka waktu itu apalagi saat tahu semuanya sudah kuserahkan pada karlos semua perasaanku tumpah pada kekasih gelapku ,aku menangis takut dan kalut.
Tapi untuk terakhir kalinya dia memberiku kesempatan setelah puas memukul dan mengancam Karlos,
Dia ingin aku tetap menjadi istrinya , aku menolaknya aku menjadi bodoh pergi begitu saja berfikir bahwa tetap bersama Fabian adalah hal yang tidak tepat keputusanku membuat hatinya hancur berkeping-keping .Pilihan untuk menjalani hidupku sendiri dan kembali pada Karlos adalah sebuah pilihan salah setelah kami hidup bersama diluar ikatan pernikahan selama beberapa waktu tiba tiba saja karlos menghilang setelah pamit untuk bekerja ke luar Negri dia hilang seperti ditelan bumi entah ke Negara mana,tempat seperti apa dan dengan siapa ,aku merasa duniaku benar -benar jatuh.
Semua harapanku hilang.Sampai akhirnya ayah ibuku menemukanku dan ingin aku pulang kerumah awalnya ku tolak alasannya terlalu malu dengan apa yang sudah terjadi.
Kufikir Fabian mungkin sudah melupakanku dan memiliki hidup membahagiakan yang tentunya berbeda dengan keadaanku mengais waktu dengan berat menikmati hukuman dari kesalahanku sendiri setelah meninggalkan Fabian akupun ditinggalkan Karlos ini seperti karma.Tetapi dia kemudian datang lagi kepadaku Fabian yang 2 tahun lalu mencintaiku wajahnya tetap sama masih tampan dengan senyuman memabukan namun sorot matanya saja yang bebeda dua netra matanya menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan,Fabian menawarkanku cinta yang tulus dia bilang telah melupakan semuanya dan ingin memulai dari awal.
Tentu aku tahu diri kesalahan ku di masalalu harusnya tidak bisa termaafkan berkhianat pada suami sendiri.
Setelah ku tolak dengan halus Fabian tak serta merta menyerah dia menggunakan cara yang tak pernah kusangka kesabaran,keseriusan menungguku untuk bersedia hidup bersamanya semua dia lakukan tanpa menyerah.Seperti sekarang aku telah luluh padanya kalah dengan segala apa yang di berikannya kebesaran hati juga semua perhatian yang di curahkan padaku sikap romantis membuat tersipu malu belum lagi rupanya yang tampan dan terlihat seperti gentelmen yang hangat juga sopan,bagaimana lagi akhirnya sekarang aku jatuh cinta pada suamiku sendiri, kami telah menikah kembali seminggu yang lalu .
"Jadi kita mau kemana,,?" Tanya ku padanya saat mobil yang kami tumpangi mulai membelah jalanan aspal dia menjemputku setelah pulang kantor menyuruh untuk menggunakan pakain formal, dress sutra selutut dengan tangan pendek berwana biru dengan belahan dada oval yang kurasa masih sopan tidak berlebihan ,entah untuk pesta atau sebuah pertemuan yang belum aku ketahui karena begitu mendadak.
"Hari ini temanku mengundangku untuk merayakan ulang tahunnya kau tidak keberatan kan sayang? " dia mengelus pipiku dengan tangan besarnya seperti yang biasa dia lakukan saat bertanya padaku, tak lupa senyumnya yang terbingkai di pamerkan kepadaku ,kadang ingin protes jika dia terus tersenyum seperti itu, apalagi di tempat umum itu bisa membuatku takut dia akan di gilai para kaum hawa.
"Sama sekali tidak" kemudian aku menyandarkan kepalaku pada bahunya menikmati perjalanan kami,
Seringkali nafasku di dadaku menjadi berat jika berlama lama menatapnya aku sedih dan malu karena masalalu sekaligus bahagia sebab kebesaran hatinya menerimaku.
Deretan kursi yang sudah dihias dengan simpul simpul kain yang indah lilin lilin beserta para bunga cantik ikut berperan menghias tatanan kursi dan meja Restoran yang di booking khusus untuk acara ini sepertinya. pandangan kami beralih pada wanita tinggi bermakeup natural namun tetap memperlihatkan kecantikannya dressnya berwarna putih pas mengikuti lekuk tubuhnya,
"Fabian!!.."wanita itu tampak sumringah dengan tawa lebarnya setelah melihat ke arah Fabian
"ku kira kau tak kan datang di acaraku ini.." ucapnya dengan suara lembut
"Ini ulang tahun mu Nadia tentu aku datang"
Pandangan Nadia beralih padaku dan menatapku bingung"Ohya kenalkan,dia,," Fabian menjedanya beberapa detik kelihatan seperti ragu atau lebih kegugup saat mengenalkanku "katty istriku"
Garis senyumnya langsung menghilang setelah Fabian memperkenalkanku entah kenapa,"Hai Nadia senang bertemu denganmu dan selamat atas bertambahnya usiamu"aku mengulurkan tangan ingin berjabat mencoba menepis fikiranku yang tidak nyaman atas respon yang Nadia berikan saat ini, sekilas kulihat dia mengepalkan jemarinya ,aku berdehem canggung yang lalu membuat Fabian tiba-tiba meminta maaf karena hadiah untunya tertinggal dan memohon agar Nadia tidak marah,aku masih bingung dengan situasi ini namun
Fabian telah berhasil menariknya ke pojok restoran setelah minta izin padaku untuk bicara sebentar dengan Nadia,Aku tidak paham kenapa sikap Nadia begitu aneh , Fabian datang beberapa menit kemudian dia mengatakan untuk tidak usah di fikirkan mengenai sikap Nadia tadi,aku mengangguk meski merasa masih ada keganjilan,
"Kenapa, apa steaknya tidak enak sayang ?" Potongan daging yang sudah tidak berbentuk masih saja ku iris tanpa berniat untuk memakannya,
"Ah tidak hanya saja aku sudah makan di rumah jadi perutku masih kenyang"
Sebenarnya ada beberapa hal ingin kutanyakan kepada Fabian mengenai Nadia tapi semua tanya itu seperti menyakut di pangakal tenggorokanku tanpa bisa keluar,kesalahan di masalalu membuatku terlalu malu dan takut untuk curiga pada Fabian ,sejak aku memutuskan kami akan menikah kembali aku sudah bertekad akan bersikap penurut apapun yang fabian inginkan pasti akan kuikuti bukan hanya ingin menebus segala dosaku tetapi perasaan yang mulai tumbuh tanpa bisa ku kendalikan semakin besar, aku mencintainya.
Kami sudah akan pulang saat setelah steakku yang tak berbentuk kupaksakan habis tak bersisa agar Fabian merasa senang aku makan dengan lahap sesuai keinginannya.
"Sayang tunggu di sini sebentar aku mau menyapa teman lamaku sebentar"
Aku menganggukan kepala sebagai persetujuan tidak ada banyak sanggahan yang mampu ku utarakan asalkan Fabian tidak jauh dariku,kuperhatikan bagaimana senyum tawa Fabian saat bersendagurau dengan teman lamanya hanya kemeja biru muda polos dan celana mocca yang di kenakannya itu saja sudah cukup istimewa dia tampan dengan apapun yang di pakainya.
Hatiku berdebar seperti anak remaja yang kasmaran tiap kali memperhatikan suamiku,fokusku teralihkan ada sesuatu yang mencengkram pergelangan tanganku kuperhatikan jari jemarinya yang berkuku panjang dengan kutek merah darahnya dia jelas perempuan tapi siapa,, ku edarkan penglihatan pada sosok yang sedang menyeretku dia.. Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge and Love (End)
Romanceshort story.. Aku tersenyum getir ,cintaku,orang yang kusakiti dulu suamiku Fabian tidak lagi bisa ku miliki berkat kesalahanku yang berselingkuh aku benci diriku sendiri,kupukul cermin di depanku dengan gelas yang ku genggam. Tidak ada lagi harapan...