00

3.6K 258 56
                                    

Desiran ombak memecah pantai, menggulung permukaan tanpa ampun. Dedaunan saling berkompetisi dengan mengeluarkan vokal berdesik-desik. Di tengah bisingnya surgaloka dunia tersisip dua entitas dengan jenis yang berbeda sedang dilanda gelora asmara, saling melempar senyum manis penuh cinta serta beberapa untaian kalimat afeksi tak terhingga. Panas begitu menyengat kulit, membakar si putih tanpa ampun, kendati begitu, pantai tetaplah tempat yang sangat cocok dikunjungi ketika musim panas menjamah Seoul. Namun jika diperhatikan dengan jeli, ada dua insan yang jelas lebih menarik perhatian dibandingkan dengan punggung-punggung wisatawan yang tengah berjemur di bawah terik sinar matahari. Kurva manis dari dua labium yang berbeda itu merupakan manifestasi absolut dari kebahagiaan tiada saing.

Selagi raga masih mampu mengajak tungkai berlari di atas pasir, Jeon Jungkook tak akan pernah berhenti mengejar sang kasih. Bermain kejar-kejaran sambil menginjak garis pantai membuat keduanya seakan menjadi makhluk paling bahagia di dunia. Butir peluh yang mulai membasahi kening tak Jungkook hiraukan eksistensinya. Air mukanya tetap terlihat menawan meski tertimpa cahaya matahari yang menyilaukan mata.

"Kook, cukup, aku sudah lelah," kata si gadis dengan napas tersengal-sengal. Gadis itu membungkuk karena letih mengelus raga, ia menekan tempurung lutut guna menyanggah bobot tubuhnya.

Jungkook mengurangi laju tungkainya, berjalan beberapa langkah sebelum pada akhirnya ia menyejajarkan tubuh dengan si gadis berambut cokelat kehitaman itu.

Dengan penuh afeksi, Jungkook mengulurkan satu tangan untuk mengusap peluh di wajah si gadis, sambil tersenyum ia berkata, "Kita istirahat di sana saja," kata Jungkook sambil menunjuk sebuah tempat untuk berteduh. "Di sini panas, nanti kulitmu memerah."

Si gadis menerbitkan kurva lebar ke arah Jungkook. Ia menegakkan tubuh, meraih satu tangan Jungkook, kemudian menautkan jemarinya di sana dengan nyaman.

"Ayo, Kook."

Jungkook ikut menarik kedua sudut bibir, gigi kelincinya ia perlihatkan dengan begitu menawan bersama satu tambahan aksen kerling di mata sebelah kanan. "Ya, ayo, Yura."

Dengan tangan saling bertaut mereka melangkah tanpa ragu mendekati sebuah gazebo kecil. Di tengah ramainya pengunjung pantai terselip satu kehidupan lain yang belum diketahui eksistensinya secara mutlak oleh awam, pun juga begitu dengan Jeon Jungkook dan Im Yura. Yang mereka tahu hanya batas waktu liburan yang tersisa beberapa jam saja, setelahnya? Tentu mereka harus menjalani rutinitas kembali menjadi seorang dokter bedah.

Ada banyak cara untuk mencari sumber kebahagiaan, begitu pula dengan sumbernya, banyak jenis sumber kebahagiaan. Namun bagi Jeon Jungkook, kebahagiaan absolut yang bisa ia dapatkan hanya dari kurva tulus pasiennya. Ia seorang dokter, ia turut bahagia saat dapat melihat pasiennya bisa tersenyum tanpa beban menimpa. Jeon Jungkook terlalu tekun dalam menjalani karirnya, sampai-sampai ia lupa dengan sang kekasih. Jadi dengan penuh permohonan, ia meminta libur cuti beberapa hari, sejenak membersihkan otak dari lumuran darah pasien, dari bau-bau obat menyengat, dan tentu saja dari kerlingan nakal dari beberapa partner kerjanya. Di samping itu, ada alasan lain mengapa ia berada di pantai saat musim panas.

"Kook, ini sudah hari ketiga kita berlibur di sini." Yura memulai obrolan setelah tubuhnya ia istirahatkan pada sandaran kayu yang tersedia. "Bagaimana kalau yang lain mencarimu? Bagaimana kalau para pasienmu-"

"Yura, aku sudah izin terlebih dahulu. Kau tahu? Aku tidak akan berani libur tanpa izin dari kepala rumah sakit," kata Jungkook dengan ulas senyum kelincinya. "Daripada kau memusingkan tentang pekerjaanku, lebih baik kita atur rencana pernikahan secepatnya."

Yura seketika terdiam. Tentu hal itu bukan yang Jeon Jungkook inginkan. Jungkook sangat berharap ada satu rona merah hinggap di pipi Yura, ia berharap ada satu kata antusias terucap dari labium plum milik Yura. Meski probabilitas terbesar sudah hancur lebur, setidaknya rencana pernikahan mereka tidak demikian. Ia dan Yura harus tetap melangsungkan pernikahan, apa pun rintangan yang harus ia lewati, Jungkook tak peduli. Ia mencintai Yura, maka ia harus memiliki Yura. Hening menjadi sekat utama antara Jungkook dengan Yura, ada satu hal yang tak bisa dijabarkan dengan untaian kalimat saat menatap wajah sayu yang Yura tampilkan ketika memadu pandang bersama netra kelam Jungkook.

[✓] 4 Days With SereiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang