🌸 17 🌸

1K 120 4
                                    

-Jumat-

"Terima kasih, Sakura. Aku selalu bisa mengandalkanmu!"

Aku tersenyum. "Terima kasih kembali."

"Mau kutraktir makan siang nanti? Kurasa aku harus membalas kerja kerasmu, hm?"

Aku melambaikan tangan. "Ah, tidak usah, Naruto. Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai sekretarismu, kau tahu itu."

Naruto meletakkan jari telunjuk dan ibu jarinya di dagu, berpikir. "Hm ... kau benar juga. Tapi tak apa. Biar kutraktir makan siang. Sudah lama aku tidak makan siang denganmu. Oh, ajak Ino juga kalau kau mau."

Aku tersenyum. Beruntung sekali aku mempunyai atasan sepertinya. "Baiklah. Akan kuajak Ino nanti."

Naruto menampakkan senyum lebarnya. "Bagus. Kutunggu nanti saat makan siang!" katanya sebelum berlalu ke ruangannya.

Aku kembali ke ruanganku, kembali bekerja, tentunya. Tapi karena kemarin aku sudah menyelesaikan lebih dari setengah dari pekerjaanku, aku cukup santai hari ini. Sampai ketika jam dinding menunjukkan jam makan siang, aku berlalu menghampiri Ino.

"Hai, sibuk?"

Ino menoleh sambil mengemut lolipop yang menggantung di mulutnya. "Oh, hai. Tidak terlalu sih. Ada apa?"

"Mau makan siang denganku?"

Ino menghentikan kegiatan mengetiknya lalu berputar ke arahku. "Wah, ada apa ini? Tumben sekali kau mengajakku makan siang duluan."

"Sebenarnya itu Naruto. Naruto bilang mau mentraktirku karena menyelesaikan laporan kemarin dan dia bilang aku boleh mengajakmu. Kau ikut?"

"Yang benar? Tentu saja aku ikut! Kau tahu, menolak rezeki itu tidak baik, bukan?" Wajahnya sumringah. Ino selalu suka ditraktir. Tentu saja, siapa yang tidak suka?

Aku mendengus, menahan tawa. "Tapi sepertinya kau masih sibuk?" tanyaku, melihatnya kembali meneruskan pekerjaannya.

"Tidak kok. Kau keberatan kalau aku selesaikan ini dulu? Sedikit lagi kok. Ya?" Matanya memelas menatapku. Akhirnya aku hanya bisa mengiyakan keinginannya. Lagipula, Naruto juga belum mengabariku.

"Kutunggu di ruanganku ya," ucapku sebelum kembali ke ruanganku, meninggalkan Ino dengan pekerjaannya.

Tepat setelah aku mendudukan diri di kursi meja kerjaku, ponselku bergetar, pesan masuk. Sepertinya dari Naruto. Dan tebakanku benar. Dia bilang, dia menungguku di lobby. Aku mengetikkan balasan, kalau aku menunggu Ino menyelesaikan pekerjaannya dulu. Ia bilang, tak apa karena ia juga sedang menunggu seseorang.

Aku menaruh ponselku, memainkan komputer, memutar video di futube sambil menunggu Ino. Tepat setelah video keduaku mengenai kucing selesai diputar, Ino menghampiriku. Wajahnya cerah sekali sehabis membenarkan riasannya.

"Yuk!" ajaknya. Aku mengambil tasku sebelum mengikutinya keluar, menghampiri Naruto di lobby. 

Naruto melambaikan tangan padaku begitu kami keluar dari lift. "Kita makan dimana?" tanyaku padanya.

"Hm, bagaimana kalau makanan barat? Atau kau sedang ingin makan sesuatu?"

Aku menggeleng pelan, beralih pada Ino. "Sepertinya tidak. Ino, kau mau makan apa?"

"Terserah. Asal tidak terlalu berkalori, aku ikut."

"Baiklah, kalau begitu, kita makan ramen. Tunggu sebentar ya, aku masih menunggu seseorang. Katanya sebentar lagi kemari," Naruto. Aku hanya menggangguk.

Sampai lima menit kemudian, mataku menyipit melihat seorang perempuan yang terlihat berlari kecil dari jauh menghampiri kami. Perempuan yang sama dengan yang datang ke toko bunga waktu itu. Perempuan yang pergi bersamanya.

"Maaf, aku terlambat ya?" Perempuan itu terlihat terengah karena berlari.

"Tak apa kok. Ngomong-ngomong, kita akan makan ramen, tak apa?" sahut Naruto.

Aku terdiam melihat mereka. Apa yang dilakukannya disini? Dan apa hubungannya dengan Naruto?

.

.:0o0:.

.

#Don't forget to vote and comments! It's means a lots to me!#

.

#Thank you!#

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang