Time To Say Goodbye

483 31 1
                                    


Zrasss ...

Aku duduk terfokus menatap buliran hujan yang mengalir di kaca jendela itu. Secangkir coklat panas di hadapanku terabaikan begitu saja, tadinya aku sangat menginginkannya namun entah atas dasar apa kini aku bahkan enggan menatapnya.

"ji.. "

Aku menoleh pada kedua sahabatku, nayeon dan hoseok yang baru datang. Memang kami ada janji bertemu hari ini.
Mereka pun duduk di hadapanku

"ada apa?" tanyaku penasaran melihat wajah nayeon dan hoseok yang keliatan ingin mengatakan sesuatu.

"maaf ji.." ucapnya pelan. Ia melirik hoseok yang duduk disampingnya yang keliatan sama cemasnya dengannya.

"apa apa? .. " tanyaku lagi

"jihyo , jangan marah ya, sebenarnya.." ucap nayeon ragu. Ia menggigit bibir bawahnya. Salah satu Kebiasaan nayeon yang sudah kutau kalau sedang menyembunyikan sesuatu.

"apa? "ptotesku padanya

Ia menunduk tak berani menatapku.

"jadi hyo," kali ini hoseok yang berbicara. "yoongi terus mencarimu" katanya pelan
Aku tertegun mendengar namanya. Bayang-bayang kejadian itu terlintas di benakku

"ji.." nayeon meraih tanganku

" jangan bilang kalian..?" tebakku dengan menatap mereka curiga

"ji maaf" ucap nayeon lirih yang semakin membuatku percaya dengan dugaanku.

"ji! "
Panggil mereka bersamaan namun tak kupedulikan. Aku mengambil tasku berniat pergi, namun saat aku berbalik, dia yang selama ini ingin kulupakan berada di tepat hadapanku. Mata kami beradu. Tatapannya teduh membuatku tak berani memandangnya berlama lama

"jihyo" panggilnya pelan

Aku mematung, lidahku kelu. Air mata sialan ini bahkan sudah menumpuk di pelupuk mataku. Aku mendongak ke atas agar air mataku tidak terjatuh. Aku menoleh kesamping menghindari tatapannya

"ji, kami pergi duluan. Bicaralah ji. Aku tau kamu menyimpan rindu untuknya" bisik nayeon di telingaku namun tak kupedulikan

Nayeon dan hoseok pergi meninggalkan kami berdua disini.

"ji,"
Aku memejamkan mataku mendengar ia memanggil namaku. Terasa begitu menyesakkan.

"5 menit" ucapku berusaha bersikap biasa saja. Aku duduk kembali tanpa menoleh padanya

Ia menurut tanpa penolakan.
"apa kabar?" ucapnya pelan

Aku masih diam, enggan berbicara padanya.
Dapat kudengar ia menghela nafas

"jii.." panggilnya lagi

"aku sibuk. Cepat katakan yang ingin kamu katakan" ujarku sedikit membentak

"ji aku minta maaf" ujarnya meraih tanganku dimeja

Tentu saja aku langsung menarik tanganku
"kurasa tidak ada hal yang perlu kita bahas. Aku duluan " ujarku. Aku langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukan dia yang memanggil namaku.

,
Aku menghapus kasar buliran air yang membasahi pipiku
"bodoh sekali ji,kenapa berlari seperti pengecut? " Aku menertawakan sikapku yang seperti pengecut dihadapannya. Aku hendak berjalan kembali namun seseorang menarikku secara paksa dari belakang.

"apa-"

"sebentar saja" ucapnya disela nafasnya yang tersenggal

Aku diam membatu di pelukannya.
"ji" panggilnya sambil melonggarkan pelukannya

"kenapa menangis? " tanyanya pelan sambil mengusap air mata di pipiku. Air mataku semakin tak bisa terbendung. Bahkan setelah dia bertanya aku semakin terisak. Ia kembali

"jangan menangis ji" ucapnya sambil mengusap punggungku

"aku benci kamu" ucapku sambil memukulnya

Bukannya melepas pelukan ia malah mendekapku semakin erat.

....

"duduk ji" katanya.lalu ia pergi ke arah dapur. Kini kami berada di apartemennya.

Aku duduk di salah satu bangku. Aku menatap sekeliling ruangan. Masih sama seperti dulu. Kuperhatikan kertas yang berserakan di atas meja. Kutau jelas itu pasti lirik lagu yang diciptakan sendiri oleh yoongi.

Selang beberapa menit ia muncul lalu duduk disampingku dan meletakkan secangkir cokelat panas didepanku

"sudah lama tidak bertemu"

Aku diam menunggu ia melanjutkan kalimatnya.

-aku dengar kamu akan menikah bulan depan. Aku turut senang untukmu"

Bohong. Jelas ia tidak senang. Ia kelihatan sedih mendengar kabar itu.

Aku minta maaf " ujarnya

Suaranya terdengar parau, sorot matanya terlihat lelah. Wajahnya muram. Terbesit rasa khawatir di benakku, ia kelihatan kurus dan cenderung seperti tidak terawat namun kutepis rasa khawatir itu kuyakinkan diriku 'yoongi pasti bahagia dengan wendy sekarang'

-aku juga minta maaf untuk apa yang wendy lakukan padamu. Aku tau kamu pasti kecewa padaku dan wendy. Aku juga seharusnya tidak pergi-

Aku masih diam. Mendengar ia menjelaskan apapun yang ia anggap perlu dijelaskan padahal aku sudah tau semua. Tentang wendy yang hamil. Tentang yoongi yang mau bertanggung jawab padahal bukan dia yang menghamilinya. Tentang yoongi yang tidak menghadiri acara kelulusanku karna menemani wendy memeriksa kandungannya padahal saat itu aku menunggunya sampai larut malam . Dan Yang paling menyakitkan aku melihat wendy yang mengenakan cincin yang harusnya menjadi cincin pertunanganku dengan yoongi.

"jihyo.. " yoongi menggenggam tanganku

"apa aku masih punya ruang dihatimu? Apa kita bisa menjadi seperti dulu?" tanyanya pelan

"Dari dulu sampai sekarang cuma kamu yang ada dihatiku. Sekeras apapun aku melupakanmu, Sekeras apapun aku menyakinkan diriku bahwa kamu tidak pantas mendapatkan cintaku, nyatanya sampai sekarang aku tak mampu" jika kamu bertanya pada hatiku maka itulah yang akan kamu dengar. Namun aku muak mendengar kata hatiku lagi, terlalu banyak rasa sakit yang kuterima.
"aku dan kamu tidak akan bisa menjadi kita lagi" ucapku tegas padanya. Keadaan sudah berbeda sekarang. Aku bukan jihyo kekasihnya lagi. Aku sudah bertunangan dengan daniel dan bulan depan aku akan menikah dengannya.

Pegangannya mengendur. Ia tersenyum kaku.
"aku tau pasti sulit" ucapnya lirih

"tapi jujur aku senang kamu kembali"kataku. aku memang senang dia kembali terlepas dari apa yang ia lakukan dulu.

Ia tersenyum tipis
Drrrt.
Daniel is calling...

"aku sebaiknya pulang, daniel sudah menunggu " pamit jihyo

Tak ada balasan dari yoongi.

"tentang wendy.."

Yoongi memandangku menunggu lanjutan kalimatku

-aku sudah melupakannya. Kuharap kalian juga bahagia" ucapku dan lagi yoongi cuma diam. Aku pun beranjak dari dudukku

Tiba-tiba yoongi memelukku dari belakang.

"kuharap kamu bahagia " ucapnya lirih

Aku hanya diam. Mungkin aku harus membiarkannya untuk terakhir kalinya.

Yoongi melepas pelukannya dan aku pergi dari apartemennya. Mungkin ini perpisahan yang terbaik yang bisa kulakukan. Setidaknya aku tau dia masih hidup. Aku juga harus menjalani kehidupanku dengan mengubur semua kisahku dengannya di masa lalu.

Selamat tinggal yoongi.

One Shoot CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang