Perintah

7.8K 996 57
                                    

Ditunggu Votenya ya.
Vote minggu lalu mengecewakan.
Masa dari 550 yang baca, yg vote cuma 200an orang. Oke fiks aku kecewa lagi.
Kalo masih sama aku males lanjutinnya.

Kita lihat vote di episode ini. Kalo masih tetap aja aku unpub ceritanya. Karena sepertinya kalian ga merespon cukup baik 😁

🌺🌺🌺

Renata menekan tubuh pria itu dengan kassa yang selalu tersedia dimobilnya. Sedangkan Rifki menyetir mobilnya. Renata berteriak agar Rifki melajukan mobilnya lebih cepat lagi agar segera sampai dirumah sakit.

Pria itu benar-benar butuh pertolongan. Sesampainya dirumah sakit, Renata kembali dipusingkan dengan urusan yang menurutnya bisa dilakukan jika pasiennya sudah ditangani.

Sikap keras kepala Renata membuat Rifki pusing tujuh keliling. Renata menutup ruang operasi dimana pria misterius itu tergolek lemah. Tak lupa ia mengunci ruang tsb agar tak ada yang mengganggunya. Rifki yang ikut masuk terpaksa membantu Renata melakukan tindakan anastesi agar operasi yang dilakukan oleh Renata segera berjalan.

Beberapa orang berteriak meminta Renata menghentikan aksi gilanya tapi ia tak menggubris. Ia justru fokus dengan pasien di depannya yang tengah menanti antara hidup dan mati.

Dua orang perawat membantunya setelah Rere mengancamnya. Satu tengah jam akhirnya Rere berhasil menyelamatkan nyawa pria bertato itu. Saat pintu operasi dibuka, Renata langsung diserbu oleh makian, teriakan dari kepala bagiannya.

Renata tak ambil pusing dengan itu semua. Renata dihukum skorsing selama satu minggu sembari menunggu surat teguran yang dilayangkan kepadanya.

"Puas loe?" tanya Rifki yamg sedari tadi melihat Renata tengah asik membereskan barang-barangnya kedalam kerdus kotak.

"Puas apanya?" tanya Renata cuek.

"Loe seneng kan di skorsing seminggu terus kalo udah dapet surat keputusan, loe dikirim balik ke Indonesia." ucap Rifki kesal.

Renata hanya mengendikkan bahunya.

"Yah... Mau gimana lagi. Gue cuma rakyat bukan presiden jadi cuma nerima aja."

"Loe gila. Loe kan bisa jelasin kejadiannya. Kenapa loe bersikeras sih Re?" Rifki sangat kesal. Jika yang ia hadapi adalah seorang pria mungkin ia akan meninjunya berkali kali biar sadar. Sayangnya yang ia hadapi itu wanita dan parahnya yang ia cintai.

Renata menutup pintu lokernya dengan keras lalu membalikkan tubuhnya menatap Rifki.

"Jadi maksud loe gue harus tinggal diam gitu aja iya."

"maksud gue loe ngga harus lakuin sendiri. Loe harus ikut aturan rumah sakit. Gimana pun juga kalo ada apa-apa Rumah sakit yang bertanggung jawab."

"oke gue tahu gue salah. Gue ngaku gue salah. Tapi tetep aja gue ngga bisa biarin pasien itu mati konyol gara gara tunggu walinya. Elo tau kan seberapa parahnya luka tuh orang. Emang yakin tuh orang masih idup kalo tunggu walinya dateng?..."

"....Emang kalo gue ngga operasi tuh pasien dan biarin si pasien mati gue kagak kena masalah apa?! Sama aja. Gue tetep salah. Lagian gue udah di sumpah profesi gue. Jadi apapun yang gue lakuin gue ngga takut salah." jelas Rere kesal. Ia pergi meninggalkan Rifki sambil mengangkat barang-barangnya.

MY DESTINY [EXCLUSIV at DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang