huhujanan

945 128 160
                                    

"Kang lami keneh?" Tanya Minkyu pada yang sedang asik memotong kayu dengan kampaknya.

"Sakedap deui dek, kunaon?" Yohan melap kasar keringatnya dengan punggung tangannya, melirik Minkyu yang sedang memandangi lagi sekilas.

"Bade hujan cigana"

"Nya wios atuh, cai ieuh"

"Saur abah, Hujan awalan mah mawa panyakit kang"

"Kalem weh dek kan aya akang" Yohan berdiri tegap sambil membusungkan dadanya berlagak keren.

"Halah omong gede" Minkyu kembali membantu Yohan mengumpulkan kayu bakar yang sudah Yohan potong.

Minkyu & Yohan emang lagi cari kayu bakar, mereka lagi kemping ceritanya barengan anak anak karang taruna kampung Minkyu. Yohan mah ngikut aja padahal beda kampung bilangnya mau jagain Minkyu padahal cuma modus doang males disuruh panen lele sama bapaknya.

Hingga yang ditakutkan Minkyu datang, hujan datang tanpa pemanasan main gede aja ujannya.

"Kang hayu ngiuhan!!" Minkyu dengan cepat menarik tangan Yohan untuk berteduh, untung didekat situ ada bangunan kosong yang masih bisa buat berteduh.

Untung Minkyu langsung menarik Yohan tadi jadi mereka tak terlalu kebasahan, Minkyu terlihat mengosok-gosakan tangannya agar hangat. Yohan yang peka langsung menarik Minkyu kedalam rengkuhannya, lalu mengenggam kedua tangan Minkyu menyalurkan kehangatan.

"Ish kang ngagetin aja" gumam Minkyu sedikit menunduk, malu dia.

"Ranca upas keur caang mencrang ge tiris komo mun hujan kieu dek, pasti adek mah teu kuat. Peka akang mah" jelas Yohan yang sibuk mengosok-gosokan tangannya agar tangan Minkyu hangat.

"Bucin sih akang mah"

"Adek sih lucu jadi bucin kan akang na"

Minkyu tertawa mendengarnya.

Hingga beberapa puluh menit berlalu, Yohan tak ada bahan obrolan lagi dan juga hujan tak kunjung reda. Minkyu menatap miris kayu kayu bakar yang sekarang basah karna lupa ia bawa berteduh juga.

"Moal matak raat hujang kieu mah dek" celetuk Yohan.

"Kumaha atuh kang, mana tos bade magrib" Minkyu cemberut setelahnya.

"Huhujanan kuy?"

"Alim, engke kang midam ngambek"

"Wios dek, aya akang ieuh"

Minkyu menggeleng menolak.

Yohan melepas pelukannya juga sendalnya, rancaupas tanahnya lumpur kalau hujan pasti licin. Dengan dramatisnya Yohan berlari kearah Hujan lalu berputar dengan kedua tangannya yang terbuka lebar, wajahnya mengadah dengan mata tertutup sempurna. /ngerti?/

Minkyu yang melihatnya terpana juga malu, Yohan terlihat tampan dan bodoh disaat yang bersamaan.

"Humko humise chura lo, dil mein kahin tum chhupa lo"

Yohan tiba tiba nyanyi, menatap Minkyu seperti om om mesum. Sial itu lagu bollywood kesukaan Minkyu:(

/yang gatau lagunya bisa cek mulmed/

Yohan berputar lagi, lalu mengulurkan tangannya kearah Minkyu. Minkyu galau--

"Humko humise chura lo, dil mein kahin tum chhupa lo .....Hum akele kho naa jaaye,door tumse ho naa jaaye....... Paas aao gale se lagaa lo"

Yohan kembali bernyanyi lalu mengedipkan matanya, oke Minkyu tak bisa menolak ia meraih tangan Yohan lalu Yohan tarik Tangan Minkyu agar mendekat kearahnya lebih tepatnya kepelukannya:)

dibawah air hujan yang masih deras, Yohan memeluk Pinggang Minkyu erat ia sedikit menunduk untuk menatap Minkyu yang mengadah menatapnya. Tangan Minkyu bertengger manis didada Yohan sekarang.

"Akang tos mirip Sahrul Khan can dek?" Tanya Yohan narsis.

Minkyu menggeleng pelan "Akang lebih kasep" Minkyu tersenyum setelahnya.

"Aduh aduh akang digombalin" Yohan mengecup gemas kening Minkyu.

"ALUSSSS!! BATUR SARIBUK NGUNGSI IEU MALAHAN IINDIAAN DIDIEU!! GEUS BOSEN HIRUP APA KUMAHA?!" Itu bukan suara bapak Yohan kok guys, itu suara Midam hehe.

"Marahin dam marahin lah, tuman kalo kata kamu tuh" kompor Seobin.

"CICING MANEH!! CING BALEG ETA NYEKELAN PAYUNGNA!" Sembur Midam pada Seobin.

Padahal payung yang Seobin pegang lebih miring kemidam, bahunya basah gegara itu tapi tetep aja kena marah. Pengen pundung aja Seobin tuh.

Hehehe
Udah segitu aja:)
End.

Full sunda hehe:v

Tulisanku makin ga karuan:(

Ranca upasSumpah deh gaboong disana dingin banget apalagi kalo lagi turun kabut:) kalo ngomong sampe keluar asep gitu:v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ranca upas
Sumpah deh gaboong disana dingin banget apalagi kalo lagi turun kabut:) kalo ngomong sampe keluar asep gitu:v


Epilog~

"Ini nih kyu yang akang takutin kalo kamu pacaran sama bebegig itu, begonya dia nular kekamu" omel Midam yang sedang sibuk mengompres Minkyu yang demam gara-gara hujan kemarin.

"Kemaren Minkyu hilap kang, janji cuma kemaren aja Minkyu begonya" Minkyu tersenyum manis kearah Midam.

"Yaudah kamu tidur aja yang banyak, biar cepet sembuh" Midam membenarkan selimut Minkyu lalu beranjak pergi dari kamar itu.

Fyi mereka gajadi kemping soalnya hujan terus, jadi mereka cari rumah warga setempat yang bisa ditebengin.

"DAMM!! YOHAN SEKARAT INI!!" teriak Seobin menyapa telinga Midam yang baru keluar kamar.

Midam menatap datar Yohan yang tergeletak tak berdaya dilantai beralaskan karpet tipis tak jauh dari kamar Minkyu, wajah Yohan sangat pucat dengan hidung yang sangat merah. Seobin duduk disebelah Yohan dengan wajah paniknya menatap Midam.

"Kasih dia obat jugalah kak, kasian kalo mati gada temen bego lagi aku" Mohon Seobin.

Yohan emang ga Midam rawat kaya Minkyu dan lagi Yohan disuruh tidur dikarpet, selimutnyapun cuma dikasih sarung tipis.

Definisi dari Ibu Tiri sebenarnya Midam tuh:)

the real end.

Story ¦ Yohan X MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang