-3 (When I Opened My Heart for The First Time)

100 19 4
                                    

Lee Soojin menatap ponselnya kesal karena nggak ada satupun chat yang datang dari Jonghyun. Pagi menjelang siang tadi, Jonghyun tiba-tiba milih pamit dan pergi ke kampus padahal masuknya masih lama. Ekspresi wajah Jonghyun saat itu kesal dan nggak mau menoleh saat dipanggil oleh Soojin.

Hal itu terjadi usai Soojin membeberkan alasan mengapa dia nggak mau pacaran lagi. Masalah komitmen dan kepercayaan adalah hal utama yang membuat Soojin enggan pacaran lagi. Jonghyun memang salah satu orang di luar keluarga yang dia percaya, tapi bukan untuk dijadikan sebagai pacar. Hubungannya sekarang yang sebatas kakak adik udah cukup buat dia.

Soojin menghela napas. Dia menaruh ponselnya di atas meja dan memilih untuk tiduran. Dia nggak mau mikirin. Nanti juga Jonghyun baik lagi.

***

Mata Soojin terbuka pelan begitu mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Tapi dia nggak mau membalikkan badan untuk melihat siapa yang masuk ke kamar. Palingan juga Bunda atau Ayah yang mau lihat kondisinya, atau bahkan Woojin yang mau minjem pulpen tanpa izin.

Namun Soojin tertegun begitu mendengar suara desahan yang sudah dipastikan bukan berasal dari Ayah, Bunda, ataupun Woojin.

Itu desahan Jonghyun. Soojin udah nggak bisa menahan senyum lagi. Apa dia bilang, ngambek pagi, malem bakal balik lagi. Jonghyun nggak bisa marah lama-lama ke Soojin.

"Udah tidur ya?" Tanya Jonghyun pelan sambil menyentuh rambut Soojin. Soojin nggak menanggapi dan tetap tidur membelakangi Jonghyun.

Jonghyun duduk di pinggir kasur, dan tangannya masih menyentuh puncak kepala Soojin. "Dek, maaf ya tadi aku pergi gitu aja..."

Jonghyun kembali mendesah, "Aku cuma kesel...kenapa kamu nggak pernah peka, sih. Ditambah sekarang ada Jinhyuk yang jelas-jelas dia mantan kamu. Aku tahu dia lagi usaha banget buat deketin kamu lagi, nggak cuma kamu tapi dia juga nyoba ngambil hati keluarga kamu."

Soojin mendengarkan dalam diam.

"Aku cemburu tahu." Ucapan Jonghyun membuat Soojin menahan napas.

Tangan Jonghyun masih berasa di kepala Soojin dan terus mengelusnya pelan. "Aku nggak tahu kamu peka atau nggak. Tapi aku tetep bakal usaha bikin kamu pelan-pelan membuka diri ke aku."

Semakin Jonghyun berbicara, jantung Soojin semakin berdebar kencang. Tapi dia nggak mau bergerak sekalipun, dia masih mau mendengar apapun yang keluar dari mulut Jonghyun.

"To be honest, aku mulai agak capek dengan embel-embel 'kayak saudara' atau 'kakak' buat kamu." Kata Jonghyun. "Tapi untuk sekarang ngeliat kamu seneng saat sama aku udah lebih dari cukup, kok."

Jiwa Soojin semakin nggak karuan begitu dia merasakan sebuah kecupan pelan mendarat di pelipisnya. Lalu sebuah bisikkan terdengar di telinganya, "Whenever you need me, I'll be there for you, Dek."

"Get well soon, my love."

Soojin mendengar pintunya kembali ditutup. Gadis itu langsung bangkit dari tidurnya dan menatap pintu kamarnya dengan nanar. Wajahnya memerah dan memanas. Salah satu tangan menyentuh pelipisnya yang dikecup barusan oleh Jonghyun.

Soojin memang sudah curiga soal Jonghyun. Perhatian yang diberikan Jonghyun yang diberikan padanya selama ini sangat tidak masuk akal untuk seorang 'kakak'. Soojin tahu semuanya. Bukannya dia nggak peka, tapi memang dia nggak mau hubungannya dengan Jonghyun rusak jika pacaran nanti.

Hanya saja dia nggak nyangka kalau perasaan Jonghyun sedalam itu.

Astaga...Jonghyun mulai membuatnya kacau sejak malam ini.

Perlukah dia memberi kesempatan untuk Jonghyun?

***

[BRODUCE TIME] Home // Kim Jonghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang