Pemaksaan

7.1K 919 50
                                    

Sudah dua hari Renata tak bisa dihubungi. Ia sudah bertanya kepada Rifki teman setimnya tapi ia tidak mengetahui dimana Renata tinggal karena ia sendiri belum diberi tahu. Rifki tinggal di sebuah dorm yang disediakan oleh rumah sakit sementara Renata tinggal di Apartemen milik keluarganya.

Mr El sudah sadar dan ingin bertemu dengan dokter yang menolongnya. Ia sangat kesal saat diberitahu bahwa pihak rumah sakit menskorsing dokter yang merawatnya. Thomas, Rifki dan beberapa dokter spesialis lainnya kini tengah berkumpul dilantai 25 dimana Ed dirawat.

Mereka terlihat tegang karena tatapan dingin Ed yang menusuk. Rifki terus mencoba menelpon Renata. Ia pun menggerutu sejak kemarin karena terus ditekan oleh atasannya dengan mencari keberadaan Renata.

Hingga akhirnya gadis pemalas itu berhasil dihubungi. Thomas dan semua orang diruangan itu bisa sedikit bernafas lega.

"Halo Re. Ya ampun Re lo ada dimana? Gue nyariin loe dari kemarin. Bukan. Satu rumah sakit nyariin loe bego." ucap Rifki sedikit emosi.

"Hoaaamm... Loe berisik banget sih pagi pagi. Ngapain loe nyari nyari gue. Gue lagi happy tau disuruh libur." jawab Renata malas karena baru saja bangun tidur, menyalakan Handphonenya dan sudah dibuat kesal oleh Rifki.

Jack tersenyum mendengar suara bangun tidur Renata meski ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh mereka. Ed menatapnya tajam. Jack mengangkat kedua tangannya sambil mengucap kata maaf.

Rifki langsung me-loudspeaker handphonenya agar bisa didengar oleh semua orang. Rifki berbicara dalam bahasa inggris.

"Re lo diminta dateng ke rumah sakit buat observasi pasien yang dua hari lalu lo operasi. Buruan dateng ya. Sekarang juga. Please." ucap Rifki memelas.

"Kenapa gue mesti dateng? Kan gue udah diusir sama si kepala botak Thomas. Ogah gue. Seenaknya aja dia ngusir gue trs minta gue balik lagi. NO WAY!!"

Jack tak kuasa menahan tawanya saat mendengar Renata mengatai Thomas dengan kepala botak. Thomas marah dan merasa terhina tapi ia hanya bisa geremet di dalam hati. Rifki tepuk jidat. Bisa bisanya Renata mengata-ngatai Thomas direktur utama rumah sakit ini didepan orangnya langsung.

"Eh ki loe lagi sama siapa? Kok ada yang ketawa." tanya Renata curiga karena ada yang tertawa terbahak-bahak.

"Itu Mr Jack bego. Kita lagi dilantai 25 tempat pasien loe dirawat. Buruan makanya dateng. Please cuma loe yang bisa selamatin hidup gue Re."

"Hahaha... Ngapain loe disana? Loe disekap?! Haha... Sorry ye gue menolak datang. Terserah si botak tua itu mau ngapain juga. Gue mau nikmatin waktu liburan gue. Oke bye Rifki ku sayang. Muaach."

Tuuut... Tuuut... Tuuut...

Renata memutus sambungan teleponnya. Ingin rasanya Rifki membanting handphonenya sekarang juga saking kesalnya terhadap Renata.

***

Suasana menjadi mencekam. Edward menatap semua orang termasuk Thomas dengan tatapan tajam.

"Kalian ingin mati sekarang juga hah!" ucap Edward sambil menahan nyeri di tubuhnya.

"Ampun tuan. Maafkan kami tuan. Kami sudah berusaha mencari Renata tapi..."

"Tapi kau gagal. Benarkan. Dasar bodoh. Hanya mencari seorang wanita saja kau tak becus." ungkap Edward kesal. Jika saja tubuhnya tidak penuh luka operasi, mungkin ia akan memukuli Thomas dan bawahannya sekarang juga hingga sekarat.

Thomas dan antek anteknya bersujud memohon ampunan kepada Edward. Jack menerima pesan dari anak buahnya mengenai Renata.

"Tuan dokter Renata sudah hadir." lapor Jack kepada Ed. Ed menatap tajam Ed. Ia tak suka dibohongi.

Jack memberi kode kepada anak buahnya untuk segera membawa Renata masuk ke ruangan. Begitu pintu rawat inap Ed dibuka, ia mendengar teriakan penolakan seorang gadis dan itu adalah Renata.

"Let me go!... Hei... Let me go!"

Rifki dan semua orang diruangan itu melongo melihat Renata meronta-ronta karena dipegangi oleh dua orang pria berbaju hitam berbadan kekar.

Ia pun tersungkur karena di dorong kuat oleh kedua orang itu untuk masuk. Baru setelah itu pintu tertutup rapat.

Renata menggedor-gedor pintu tapi nihil. Ia pun mengumpat kasar menggunakan bahasa Indonesia. Ed saling bertatapan dengan Jack seolah mencari tahu apa yang diomongkan oleh Renata.

***

"So... Jadi kau dokter yang tidak tanggung jawab terhadap pasien mu. Pergi begitu saja dan malah akan berlibur. Wow aku terkejut." ucap Ed sinis sambil menatap Renata dengan tatapan mengejek.

"Wohoo... Sepertinya aku tidak dibutuhkan disini so buat apa aku dipaksa kemari." ucap Renata tak mau kalah.

"Kau tidak lihat aku masih sakit. Sebagai dokter harusnya kau tahu itu."

"Kurasa anda baik-baik saja tuan. Anda sudah bisa memaki maki orang berarti anda sudah sehat. Aku ijinkan anda pulang hari ini juga."

Ed semakin emosi. Baru kali ini ada orang yang berani melawan ucapannya. Jack malah tertawa. Ia semakin marah.

"Kau... Kau tidak tahu kau berhadapan dengan siapa?!"

"Emang apa peduli ku. Yang jelas kau dan orang-orang yang dirawat di rumah sakit adalah pasien. Tak peduli siapa kau dan jabatan mu apa. Kau hanya seorang Pasien dimataku. Dan hei... Dengar tuan pemarah. Kalau kau butuh bantuanku, you should be nice to me. Bukan menakutiku seperti ini." ucap Renata tak takut. Ia berjalan mendekati Ed yang sudah akan meledak.

"Kau tahu aku bukan mereka yang takut dengan ancaman mu. Jika kau butuh pertolongan dariku kau harusnya memperlakukan ku dengan baik agar aku berkenan merawat mu. Ku dengar kau tak mau dirawat oleh dokter lain kan. Ku pikir anda pintar memahami ucapanku Tuan pemarah." ucap Renata di dekat telinga Ed.

Wajah Ed merah padam. Ia merasa ditantang dan ia tak suka. Gadis sembrono ini benar-benar membuatnya muak.

Jack sampai menahan nafas melihat Renata yang tak takut dengan Ed.

"Kau!!"

"Maafkan aku Tuan Jack. Sepertinya aku juga tidak bisa merawat Tuanmu yang pemarah ini. Aku saja tidak dihargai sebagai dokternya, bagaimana bisa dia memintaku menghargainya. Jadi ku serahkan saja tanggung jawab ini kepada dokter yang lain dan biarkan aku menikmati masa liburanku sebelum aku dipulangkan ke negara asalku. Permisi." ucap Renata pamit dengan sopan kepada Jack.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat inap Edward dengan Edward yang sudah mengamuk didalam sana.

***

TBC...

Emang enak lu di cuekin
Pake belagu segala sih 😆

MY DESTINY [EXCLUSIV at DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang