01. pertama bersama

1.9K 90 37
                                    

Rawa Papan 1999

Allegro

"Ate bau.... Ate bau..... " Aku mendengus mereka bahkan gak menyebut namaku,tapi hatiku terasa seperti cuaca siang ini.... Panas....gersang terasa karena minimnya pohon di perkampungan sebelah rel kereta itu

Aku menarik napas kemudian memacu sepedaku melewati gerombolan para anak ceriwis.Tidak terlalu susah menyalip langkah bocah itu

udara panas dan tak ada plastik es ditangannya ,dia tidak pingsan karena dehidrasi jadi minimal langkahnya pasti pelan

"Bareng yuk." Ujarku ketika berhenti tepat di depan bocah itu.

Dia terbengong,debu panas bertiup kearahkami dari Kereta batu bara yang lewat

"Sol sepatumu udah tipis, Kalo dipaksain jalan nanti rusak" Kami berpandangan sesaat , Wajah mendungnya samar tersenyum .

Aku membuka senyumku lebih lebar
"Ayok lah" Ujarku hangat

Dia langsung berpegangan pada pundak ku dan berdiri di belakang sepeda

"Aku kan bau" Ujarnya lirih

"Hah? Aku gak dengar?! " Teriakku saat kami membelah jalan perkampungan rawa papan ini.

sebenarnya aku mendengar jelas suaranya,Tapi buat apa menjelaskan yang sudah jelas? Apalagi hanya untuk sekedar menyakiti hati

"A, Aku turun dibawah pohon asem itu aja" Ujarnya seraya menepuk pelan pundakku,Aku mengerem sepeda dan berhenti.

"Rumahku masih jauh didalam gang, Bapak ada lapak didalam." Jelasnya terbata.

aku mengangguk "Juragan barang bekas dong?" Tanyaku jenaka

Dia hanya tersenyum masam "Tukang rongsok aja kok,Makanya aku bau"

Dia kini menunduk,Mendung lagi mentari terik dan wajahnya mendung menyedihkan , Aku mengibaskan tanganku,"Ah nggak kok,biasa anak SMP masih kekanakan,suka berlebihan"

Dia tak sadar tertawa"Kamu juga anak SMP!!"

Aku menepuk kepalaku tersadar ,"Eh iya"

"Aku,Rrrr pulang dulu ya. " pamitnya seraya membalikkan badan ,leher seragamnya tampak usang dan robek , Aku kemudian mengangguk dan segera mengayuh sepedaku pulang bersiap untuk neraka yang lebih menyengat dari matahari siang ini

 " pamitnya seraya membalikkan badan ,leher seragamnya tampak usang dan robek , Aku kemudian mengangguk dan segera mengayuh sepedaku pulang bersiap untuk neraka yang lebih menyengat dari matahari siang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Allegro" Aku menghentikan langkah diam diamku yang hampir sampai di kamar, Duh ketahuan.

"selamat siang ma" Ujarku kecut.Orang yang ku ajak bicara melipat tangannya di depan dada

"Telat lima belas menit kemana dulu? "

Aku memutar otak sebentar, "Eh itu, Tadi terkilir dikit,Jadi berenti sebentar" Ujarku terbata

01.ETERNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang