06. THIRSOS: US (M)

22K 851 129
                                    

Sekuel dari SHUAI: Thirsos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekuel dari SHUAI: Thirsos

.

.

.

Seokjin tak begitu paham apa yang terjadi, atau mungkin sebetulnya dia hanya bermimpi. Ya, pasti ini mimpi. Yang bisa diingatnya hanyalah lengan yang ditarik dari ruang pesta, gelengan misterius Namjoon saat ditanya mereka hendak kemana, pembicaraan santai di balkon menara beserta anggur pemberian Dewa Dionysus yang dituangkan oleh pemuda bermata biru tersebut.

Setelahnya pandangan Seokjin memburam, entah bagaimana caranya dia berada di sini sekarang—di kamar beratap tinggi milik sang penerus, rebah di permukaan ranjang beralas sutra dan nyaris telanjang selain Namjoon yang masih mengenakan celana dalamnya. Jubah draperi tersampir di sandaran kursi, atasan tergolek di lantai bersama untaian sabuk, serupa setelan dan kain pengikat pinggang Seokjin yang berceceran sepanjang alur setapak. Kelopak mawar berjatuhan mengikuti kemana Pangeran Bunga bergerak. Tongkat kebesaran Namjoon terpancang di pintu, membentuk lapisan benteng tak terlihat agar tak seorangpun mengintai maupun menguping mereka, baik pelayan atau Ariadne sekalipun.

Seokjin pun tak mengerti mengapa lengan yang merajahnya berjumlah lebih dari dua. Alam bawah sadarnya mengabaikan begitu banyak pertanyaan saat Namjoon menciumnya, telapak tangan meraba seluruh tubuh mulai dari dada hingga selangka. Seokjin mengerang diantara pagutan, mengaitkan jari diantara ruas jemari Namjoon. Mata terpejam, menikmati gelenyar yang ditimbulkan oleh tiap sentuhan.

Berpaling dari Namjoon yang beralih mengecupi lehernya, Seokjin menemukan sepasang sorot ungu tua memandangnya tepat di depan mata. Garis mulut meninggi sebelah dan auranya menguar buas. Alis Seokjin berkerut, mencari-cari penjelasan diantara kesadarannya yang berkabut.

"Kau...."

"Selamat malam, Yang Mulia Kreta," RM menyeringai lebih lebar, "Kau terlihat makin menggemaskan saat sedang kebingungan."

"Kenapa?"

"Turuti kemana hasratmu menuntun, kekasihku yang jelita," didengarnya Namjoon bergumam rendah dari daun telinga yang memerah, "Mungkin kau akan menemukan jawabannya di sana."

Terdorong bujukan, Seokjin segera mendorong RM rebah di tempat tidur, memanjat badannya lalu mencium pemuda itu tanpa pikir panjang. Rasanya aneh karena seperti merayu orang lain, namun desir janggal yang bertalu riuh justru menjadikannya kian bersemangat. Tubuh RM, layaknya apa yang dikagumi Seokjin saat Namjoon menanggalkan jubah sejenak lalu, teramat tegap dan gagah. Dada bidang, perut kencang serta paha kokoh, terpahat sempurna seperti sebuah mahakarya. Persetan dengan pendapat tamu-tamu jamuan yang tak henti memuji Apollo seperti sekte tersesat, Seokjin lebih memilih untuk menggilai apa yang tersaji di hadapannya kini.

Namjoon mengambil tempat di belakang Seokjin, mengecupi kulit bahu yang sehalus pualam selagi yang bersangkutan meladeni pagutan RM. Diusapnya punggung Seokjin merata ke arah garis pinggul, lalu meremas sebongkah bokong padat yang bisa tergapai.

SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang