AUTHOR *POV*Lucas memarkirkan motornya di halaman rumah. Ia melihat ada mobil yang terparkir dan pintu rumah yang terbuka. Menunjukkan bahwa ada kehidupan sebelum ia pulang. Orang itu datang.
Ia enggan untuk memikirkannya. Lucas melewati meja makan di sebelah tangga dan menuju kamarnya.
"Lucas." Suara ini. Suara yang sangat Lucas rindukan. Suara yang memuakkan. Ia membencinya.
Lucas hanya diam tanpa menjawab, ia berhenti di tangga ketiga. Menunggu apa kalimat selanjutnya yang akan dikeluarkan wanita itu.
"Mama sudah masak. Sini makan." Ucap Mama Lucas.
Mata Lucas menatap mata teduh wanita itu, mata yang mirip dengannya. Ada kenyamanan dan ketenangan saat ia menyelami wajah Mamanya. Mama kandungnya.
"Lo cuma mau berdiri disitu apa gabung makan ? Gue udah laper."
Lucas lupa, bahwa disana Ia tidak hanya dengan Mamanya. Namun juga dengan saudara tirinya. Lelaki yang seumuran dengannya.
Ketenangan sesaat yang Lucas rasakan menguar begitu saja. Hilang lenyap tak tersisa. Rasa benci kembali datang pada dadanya. Rasa lapar itu juga sirna, Lucas tidak menjawab dan melanjutkan menaiki tangga. Menghiraukan puluhan panggilan dari Mamanya.
"Kita kesini karna Oma."
Oma, kata itu seakan menyihir kakinya untuk berhenti. Ia membenci saudara tirinya. Tapi tidak dengan Oma. Bayangan Nenek kandungnya yang merawat Lucas sendirian terlintas di benaknya. Nenek yang sangat Ia sayang yang sudah pergi meninggalkannya sendiri.
"Oma sakit, dia nyariin lo." Lanjut saudara tirinya itu.
"Gue dateng, ntar gue kesana."
Sejujurnya Lucas juga rindu dengan Oma tirinya itu. Omelan dan masakannya, sangat mirip dengan Neneknya.
"Lucas, kamu bisa tinggal sama Mama. Disini kamu sendirian, Mama bisa ngurus kalian berdua. Kamu tenang aja, Mama sudah izin sam-"
"Gue nggak mau hidup numpang di rumah orang asing !" Potong Lucas dengan cepat.
Ia tidak bisa mengontrol emosinya. Entah mengapa Lucas sangat sensitif jika berhubungan dengan keluarga baru Mamanya.
"Jaga bicara lo bgst, dia juga Mama lo."
Lucas menatap saudaranya itu. Ia melihat bagaimana Mamanya menahan amarah anak tirinya itu. Mamanya, mengusap lengan anak lain. Bukan dirinya. Bukankah seharusnya Ia yang diredakan amarahnya ?
Lucas tertawa, Ia tertawa dengan keras. Lucas melepaskan semua sesak yang ada di dadanya. Apa yang Ia harapkan, tentu saja tidak ada. Kasih sayang orang tua hanya mitos baginya.
"Nggak, lo ambil aja. Gua nggak butuh diurus. Udah telat."
Langkah kakinya membawa ia ke tempat dimana Lucas harus berada. Kamar kesayangannya. Amarah yang Ia tahan membawa Ia terlelap dalam mimpinya.
***
Lucas merasakan tangan mungil sedang menggoyang lengannya.
"Sayangg."
Lucas membuka mata dan melihat Yuqi membangunkannya. Yuqi berjanji untuk tetap tinggal dan tidak akan meninggalkannya. Dan Yuqi menepatinya.
"Keringatnya banyak banget, kamu mimpi buruk ?" Tanya Yuqi sambil mengelap keringat yang ada di dahi dan leher Lucas. Lucas hanya diam dan menatap mata itu. Mata yang juga memberikan ketenangan untuk Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss [Lucas x Yuqi] HIATUS
Fanfic"Sayang, aku pengen putus !" "Enak aja, ga bisa !"