e p i l o g u e

15.3K 839 78
                                    

Bagaimanapun, tempat terbaik untuk pulang adalah rumah. Di mana canda tawa tumpah ruah. Terima kasih untuk setiap kisah yang sudah kau toreh indah.

° Reportalove °

Banyak sekali perubahan pada perempuan yang kini menginjak usia 32 tahun. Salah satu cita-cita yang ia genggam masih ia lakoni. Meski terkadang hidup tak berjalan sesuai dengan segala kemungkinan terbaik. Contohnya, Imel menolak tawaran Henry untuk menggantikan posisi Rinto sebagai Redaktur Pelaksana.

Imel sedikit tidak percaya dengan apa yang ia alami selama 2 tahun ini. Kembali menjalin hubungan baik dengan kantor lamanya, dan menjadi lebih akrab dengan Maudy adalah hal yang tak pernah ia sangka. Berkat Aksa, Imel bisa mengenyahkan perasaannya pada Nara. Sebenarnya, Afriandar—selaku pimpinan redaksi liputan berita—meminta Imel untuk kembali. Tapi Imel tidak berniat untuk itu. Bagi Imel, pekerjaan dan timnya sekarang sudah menjadi keluarga kedua minus Rinto yang kini digantikan oleh Fandy. Tidak lupa Ubay yang selalu ada untuk dirinya.

Bicara soal Andreas Baihaqi, Imel mengembangkan senyum kala melihat pria yang selama 2 tahun ini selalu memerhatikannya. Berlakon menjadi seorang sahabat terbaik. Paling tidak, Imel tidak pernah merasa kesepian.

Imel akan selalu mengingat, saat di mana Aksa menitipkan Imel pada Ubay. Sejak saat itu, mereka menjadi lebih akrab. Membuat lama kelamaan Imel tersadar bahwa Aksa benar, banyak orang di sekitar yang menyayanginya. Walaupun tanpa berucap kata.

Selamanya Imel akan mengingat pesan Aksa untuk bahagia dengan pilihannya sendiri. Dan pilihan Imel saat ini adalah kesendirian.

****

Suasana kantor cukup ramai seperti biasa. Perdebatan Fina dan Surya yang tidak pernah usai, juga Anggy yang selalu melakoni peran sebagai Ibu Peri. Belum lagi, kedua sejoli kakak beradik—Henry dan Imel—yang selalu terlibat perdebatan akan etos kerja.

Dari balik kubikel Imel bisa mendengar jika Surya sedang ribut dengan Fani juga Lisa. Merasa jengah, Imel mendongak. "Kalian itu berisik banget!"

Imel kembali pada sisi tegas menjurus ke galak seperti sebelum bertemu Aksa.

"Maaf, Kak." Lisa mengatupkan kedua tangannya.

"Mbak Imel, dipanggil Pak Henry ke ruangan." Wisnu membawa sebuah map kuning dan memberikannya pada Surya.

Belum sempat Imel berdiri untuk ke ruangan Henry. Laki-laki itu sudah lebih dulu ke luar ruangan dan menghampiri Imel.

"Ada apaan, Bos?" Surya mendongak saat mendapati Henry. Sementara Imel hanya diam.

"Kalian semua sekarang wawancara penyanyi. Dia baru aja dapet penghargaan dari istana negara karena berhasil cover lagu nasional jadi epik banget."

"Yailah... Bos! Buru-buru amat, selow aja. Ada Surya pasti beres. Aduh!" Surya mengaduh saat Lisa melayangkan pukulan pada kepalanya.

"Udah sih ikutin aja apa kata gue." Henry masih ngotot pada pendiriannya.

Di Bandara, Imel hanya bisa merutuki kelakuan Henry. Imel mengode Lisa agar menjauh dari kerumunan wartawan di pintu kedatangan internasional.

"Biar Wisnu sama Surya aja, Lis." Imel menarik Lisa. "Nanti lo desek-desekan yang ada sesak napas."

"Iya, Kak." Lisa berlalu patuh.

Tidak lama kemudian, Imel menelan ludahnya keras. Mendengar nama itu kembali disebutkan menciptakan desiran aneh dalam hatinya.

Sosok laki-laki dengan tinggi 176 cm itu begitu Imel kenal. Sosoknya tidak berubah, hanya saja potongan rambut yang lebih panjang dari terakhir Imel lihat menambah kesan tampan pada laki-laki itu.

Reportalove ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang