Menyisipkan namamu di antara titah-titah puisi , kini menjadi kebiasaan yang tak ingin kubuat berhenti. Tertempa di sana, kutetapkan adamu yang sekuasa mantra penyempurna.
Dan sialan mereka yang bilang tulisan ini tak layak baca. Sebab kau, Tuan, bukan seucap nama yang sembarang. Lebih dari itu, kau pantas disebut fenomena baru. Yang mana dalam dirimu ‘sempurna’ berlaku.
-v.a

KAMU SEDANG MEMBACA
jadi, seperti apa rasanya dibuat abadi?
Poetrytersirat engkau yang mungkin tak menyadarinya.