18

96 13 0
                                    

Rencananya, Soojin akan bertemu Jinhyuk siang ini di Mall yang berlokasi tidak jauh kampus. Katanya ada yang ingin dibicarakan oleh laki-laki itu padanya, dan agak sedikit memaksa hingga Soojin nggak bisa menolak. Jinhyuk menawarkan diri untuk menjemputnya di rumah, tapi Soojin nggak mau dan memilih untuk bertemu langsung di Mall. Lagian cuma sebentar, dan setelah itu dia bisa pulang dan istirahat.

Selagi memasukkan dompet, earphone, serta pouch make upnya ke dalam sling bag, ponselnya berbunyi. Soojin menatap nama yang tertera di layar ponsel dengan ulasan senyum kecil. Gadis itu segera menjawabnya tanpa pikir panjang.

"Halo, Kak?"

"Lho? Udah bangun. Dikiranya masih tidur." Suara kekehan terdengar dari seberang.

Soojin mencibir seraya menatap kearah jam dinding kamarnya. "Yakali aku masih tidur, udah jam 11 tahu..."

"Iya-iya...yang rajin..." Jonghyun -si penelepon -berdeham. "Lagi ngapain?"

"Aku lagi siap-siap." Soojin merapihkan rambutnya dengan tangan. "Mau pergi."

"Sama siapa?"

"Sama..." ucapan Soojin menggantung. Dia enggan bilang pada Jonghyun soal dengan siapa dia pergi. Apalagi kalau orang itu Jinhyuk. Ingat 'kan perkataan Jonghyun tempo lalu disaat Soojin --pura-pura --tertidur?

Jonghyun cemburu dengan Jinhyuk.

"Sama Yewon dan Sohye, temen seangkatanku." Soojin menggigit bibir. Terus bergumam maaf dalam hati pada Yewon dan Sohye yang harus terlibat.

"Ooh, oke have fun!" Ucap Jonghyun. "Aku lagi nemenin Mama nih buat kemoterapi."

Soojin terduduk di pinggir kasur. Hatinya sedikit mencelos mendengar jawaban Jonghyun. Setahu Soojin kemoterapi hari ini adalah yang kedua kalinya untuk ibu Jonghyun. Dia bahkan sempat iseng mencari-cari soal kemoterapi dan efek yang akan ditimbulkan, membuat gadis itu bergedik dan iba.

Mendengar kabar salah satu keluarga terserang kanker di stadium akhir adalah mimpi buruk yang paling tidak diinginkan orang-orang. Termasuk Jonghyun. Dan kini Soojin harus mendengar itu dari Jonghyun.

"Kak...are you okay?" Lirih Soojin. Dia kembali mengingat hari dimana Jonghyun tampak hancur dan nggak bisa menahan kesedihannya di depan Soojin. 

Jonghyun mendadak hening. Lalu kemudian terdengar, "I'm trying to be okay, Dek. Aku nggak boleh kelihatan sedih di depan Mama, Papa, sama Minkyu."

"Telepon aku kalau butuh cerita, ya..." kata Soojin lagi.

"Makasih, Dek. Udah sana pergi, nanti temen-temen kamu nyariin."

"Iya, Kak. Bye!"

***

Jinhyuk lagi-lagi tidak konsisten dengan perkataannya. Laki-laki itu bilang dia cuma mau bicara sebentar karena Soojin sendiri nggak mau diajak nonton. Tapi sekarang bukannya duduk berdua di food court ataupun restoran, Jinhyuk malah membawanya ke toko buku. Alasannya dia mau cari buku termodinamika, padahal sudah jelas bisa fotokopi atau beli di jajaran toko buku kecil dekat stasiun paling murah.

Jinhyuk mencoba untuk mengulur waktu untuk bicara atau memang mau berlama-lama dengan Soojin.

Karena nggak mau mengekori Jinhyuk yang lagi berada di rak khusus buku teknik, Soojin memilih untuk berkeliling di rak novel. Gadis itu membaca sinopsis dari tiap buku yang memiliki cover menarik sampai bosan. Sekitar sepuluh menit kemudian, Jinhyuk menemukannya di antara rak buku novel sambil berjongkok.

Jinhyuk ikutan berjongkok dan menyolek bahu Soojin. "Nggak beli buku?"

Soojin menaruh bukunya kembali ke rak. "Nggak ada yang bagus."

Wajah Soojin mengerut. Tampak bosan dan seperti ingin cepat-cepat pergi dari sini. Kemudian Jinhyuk berdiri dan membantu gadis itu berdiri. "Mau makan nggak?"

Soojin mendesis, "Bukannya rencana awalnya kamu cuma mau ngomong. Kenapa nggak sekarang aja sih?"

Jinhyuk tertegun. Lalu menggaruk tengkuk lehernya. Sementara Soojin sudah memandangnya dengan tatapan menuntut. "Mending sekarang aja biar aku bisa pulang..."

Tapi Jinhyuk masih diam, hingga membuat gadis itu kehilangan kesabaran. "Kalau nggak ngomong juga, aku pulang --"

Jinhyuk mencengkram lengan Soojin dan menahan gadis itu pergi. "Aku mau balikkan sama kamu. Ayo, kita pacaran lagi!"

Soojin menghela napas panjang, dia menurunkan tangan Jinhyuk dari lengannya. Gadis itu menatap Jinhyuk yang tampak berharap bahwa Soojin akan menerimanya lagi.

Tapi nyatanya gadis itu menggeleng pelan. "Nggak bisa, Kak."

Jinhyuk mendadak frustasi dan cuma bisa mengusap wajahnya kasar. Lalu bertanya, "Kenapa? Kamu masih marah soal dulu?"

"Bukan itu..." Soojin kembali menggeleng. "Aku udah lupa soal itu meskipun kadang aku suka mikir kamu tetep brengsek karena masih aja muka tembok buat deketin aku setelah yang kamu lakuin ke aku dulu."

"Tapi aku juga nggak bisa nggak terima kasih sama kamu karena kamu udah repot bantu aku sama keluarga aku pas sakit saat kita butuh. Aku juga mau terima kasih sama orangtua kamu juga yang baik sama aku." Tambah Soojin. "Kamu tuh ngebantu banget, Kak."

Kemudian Soojin menyentuh lengan Jinhyuk dan mengusapnya sebentar. Dia tersenyum tipis dan ekspresi nggak enak. "Cuma aku nggak bisa balik lagi ke kamu."

Jinhyuk tertawa kecil, "Aku kalah start ya?"

Soojin mau nggak mau jadi ikut ketawa. "Gimana ya Kak..."

Jinhyuk menarik napas. Memang dia kecewa, tapi ini salahnya juga. Andai saja dia nggak ngelakuin hal yang bodoh dua tahun lalu dan masih memilih untuk menjaga gadis dihadapannya ini, hari ini bakal beda. Nggak rasa kecewa, melainkan rasa bahagia. 

"Pasti karena Mas Jonghyun ya?" Tunjukkan jari Jinhyuk tepat di depan mata Soojin membuatnya salah tingkah dan mukanya sontak memerah. Gadis itu langsung gelagapan.

"Bu-bukan gitu..." Soojin mencoba untuk mengelak tapi malah bikin Jinhyuk makin ketawa. Seharusnya dia merasa patah hati, tapi nyatanya tidak. Jinhyuk memang kecewa, namun dibaliknya justru ada perasaan lega.

"Nggak usah ngelak, Jin. Siapa lagi sih yang bisa bikin bayi di depan aku ini salah tingkah? Yuvin? Seungyoun? Hangyul? Kiamat kali kalau kamu suka mereka!" Jinhyuk tertawa ngakak.

Soojin menurunkan kedua tangan yang semula menutup wajahnya, dia menatap Jinhyuk dengan rasa bersalah. "Maaf ya Kak..."

Jinhyuk nyengir, "Aku kecewa sih. Tapi begitu tahu orang itu Mas Jonghyun, aku malah lega, nggak tahu kenapa. Apalagi lihat kamu waktu itu seneng banget pas pulang bareng Mas Jonghyun."

Soojin malu sendiri mendengar ucapan Jinhyuk, tapi ya...dia memang sesenang itu. Dia nggak bisa menahan rasa senangnya kala itu begitu melihat Jonghyun menunggunya di depan fakultas, dan dia nggak bisa menahan rasa cemburunya ketika Jonghyun duduk berdekatan dengan Kwon Eunbi saat membahas proposal acara. Dia sesuka itu dengan Jonghyun sekarang.

Mikirin Jonghyun sekarang jadi bikin dia kangen, kan.

"Sekali lagi aku minta maaf atas apa yang aku lakuin dulu ke kamu..." Tangan Jinhyuk mencubit pipi Soojin untuk terakhir kali. Mulai sekarang dia bakal menahan diri untuk nggak menyentuh pipi tembam itu lagi.

"Aduh! Sakit!" Ringis Soojin yang akhirnya di balas dengan cubitan keras di pinggang kurus Jinhyuk.

"Sakit, bayii!" Seru Jinhyuk. "Oke! Fix kita musuhan sekarang!"

***

[BRODUCE TIME] Home // Kim Jonghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang