kaya

1 0 0
                                    

baru kemarin anak gue sakit batuk pilek, gue bawalah ke bidan desa, orangnya sudah tua, rumahnya biasa dengan halaman luas penuh bunga, ya seperti rumah kampung pada umumnya, singkat cerita, anak gue sudah di periksa dan sudah d kasih obat pula, dan saat mau bayar, dia menolak menerima, saya paksa pun masih tetap ga terima, ya sudah aku menyerah, aku pulang dengan membawa obat tapi uang masih utuh di saku.

selang beberapa hari, batuk anak gue udah sembuh hanya tinggal pilek aja yang masih mengental, maklum lah bayi, jadi masih ga bisa buang ingus sendiri, ya gue mutusin pergi ke dokter anak di kota untuk terapi uap agar ingusnya bisa mencair, letaknya di perumahan elit, depan rumahnya terdapat pohon palem besar, dan jalan dua arah, setelah antri beberapa lama, giliran anak gue yang di periksa, paling cuma 5 menit di dalem, abis itu di uap, dan setelah itu bayar tagihan.

dalam perjalanan pulang aku tersenyum, apakah sebenarnya harta itu, dokter sepenuhnya tidak salah jika memang mendapat bayaran atas kerjanya, karena menjadi dokter juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, tapi bukan itu yang mengganjal pikiran gue saat itu, pikiran gue masih terus terbayang sosok bidan tua desa yang entah kenapa begitu ikhlas menolong sesama, entahlah, sebenarnya siapa yang lebih kaya dari mereka...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Awal/AkhirWhere stories live. Discover now