Bagian keduanya

32 0 0
                                    

Nonin sudah di angkot sekarang. Tepat saat melewati Patung Kuda di selatan kampusnya, ia baru sadar bahwa handphonenya tidak ada di sakunya. Buru-buru ia merogoh tasnya, tidak ketemu. Lalu dengan penuh iseng mencari di tas tempat ia menaruh laptonya, dan ternyata ada! Nonin mengucap hamdalah meski ia sendiri tak ingat kapan menyimpannya disitu. Bahkan nonin tak menyadari kecerobohannya meninggalkan handphone di depan kelas B-6, lalu diamankan oleh laki-laki yang dikenalnya dengan nama Indra. Orang itu bukan hanya sebagai Indra di babak selanjutnya. Maka kau akan menyesal, sebab kau bukanlah tokok nonin yang aku ceritakan.
17.11, senja sudah jatuh disebuah desa di kota indah bernama Banyuwangi. Sementara burung-burung pulang ke rumahnya masing-masing. Beberapa manusia siap bersuci untuk melaksanakan ibadah. Anak-anak kecil berkopyah bahkan sudah sampai di masjid sebelum adzan berkumandang. Semua sibuk mempersiapkan malam, menyambut gelap dengan menghidupkan lampu. Sementara itu...
Seorang perempuan yang belum genap berusia 39 tahun itu sudah mengenakan mukena, wajahnya masih terlihat sisa air wudhu. Ia terlihat menyampirkan sajadah di tangan kirinya, menuju sebuah kamar di rumahnya sendiri. Ia masuk, kali ini berjalan ke arah tempat tidur. "Ica, ayo bangun dulu. Sudah maghrib" katanya menyentuh kaki seseorang yang tengah tidur berselimut. "Ica" perempuan itu mengulangi perkataannya. Karena orang yang dipanggilnya tak kunjung bangun, ia menarik selimut yang kumaksud. "Ibuk, dingin ini lo kok malah sampeyan tarik selimutnya" katanya, oh wanita itu ternyata ibunya. "Ica, kamu ini kok malah enak tidur! Apa kamu kurang jelas dengar suara adzan?" Ibu itu memarahi anaknya. "Iya buk, sebentar. Ini lo masih ngumpulin nyawa", "ngumpulin kok nyawa! Pahala, kumpulin. Sebaik-baik manusia adalah yang mensegerakan solat! Kamu mau dikutuk jadi ikan pari?" Kali ini ibuk itu mengoyak kaki anaknya. Anak perempuan itu bangun sambil merasa lucu, "kenapa pula harus ikan pari" katanya sambil melangkah keluar menuju kamar mandi. Entah karena ia sungguh takut menjadi ikan pari atau bagaimana. Sementara perempuan tua yang disebut sebagai ibu itu menuju surau peninggalan suaminya, berjama'ah disana, membiarkan putrinya akan melaksanakan solat sendiri dikamarnya. Maghrib berlalu begitu cepat bagi mereka yang lalai, tidak bagi mereka yang menunggu isya, paling tidak itulah keadaan bagi mereka yang beribadah hanya karena sebatas kewajiban, bukan kebutuhan.
***
16.58, di suatu sore yang lain di hari yang sama dengan maghrib yang akan di lalui nonin. seorang laki-laki yang sudah kuperkenalkan sebagai Indra dengan jaket jeans itu selesai memarkir mobilnya. Meninggalkan banyak barang yang tak ia keluarkan. Ia memilih duduk di teras rumah yang langsung menghadap barat. Senja sungguh menawan sore ini, warnanya semakin orange, pertanda matahari akan kembali pulang dan datang pada sisi lain. Ditangannya sudah tersulut sebuah rokok, ia memejamkan mata. Menikmati bagaimana cahaya langit depan rumahnya semakin menuju gelap. Entah pada pukul berapa adzan di masjid wilayahnya mulai bersahutan, ia masih abai. Yang jelas, ia masih santai sambil menopang kakinya yang sebelah kanan. Sesekali melihat orang berlalu-lalang di jalanan depan rumahnya.
"Loh, mas bayu" kata seorang perempuan, membuat laki-laki itu menoleh sambil menghisap rokoknya. "Kok sudah pulang? Kata mama masih besok? Gimana, lelenya belum bulek masak mas" katanya menyesal. Indra berpaling lagi menuju jalanan, memaklumi semua yang buleknya katakan. "Ya sudah besok saja bulek. Saya tadi juga sudah makan" katanya santai. Bulek menuju teras tempat Indra duduk. Tapi ia tak duduk disebelahnya, melainkan memasang sandal dan memasang badan hendak pergi. Tapi ia masih sempat berbicara sesuatu, "mas, mama sama bapak pergi ke Jember. Nduk riska juga ikut, kemungkinan sampai rumah nanti malam. Soalnya mas bayu katanya kan baru sampe rumah besok", "iya bulek, nanti saya juga mungkin langsung ke rumah pak dik dan pak gik. Ini apa bulek udah mau pulang?" Sahut Indra yang dipanggil bayu itu. "Iya mas, sudah maghrib. Pulang dulu ya, assalamualaikum" katanya seraya menuju gerbang besar. "Bulek!" Seru Indra, perempuan itu membalikan badan dengan wajah bermaksud memberikan pertanyaan "ada apa?", "jangan lama-lama ya, nanti bayu kangen lo" katanya kali ini menggoda. Membuat perempuan bersebut bulek itu tertawa "mas, rumah bulek sama sampeyan itu genah berhadapan, kok yo sambat!" Katanya sambil tertawa, disusul tawa Indra juga. Ia berlalu meninggalkan bayu sendirian di teras. Indra memperhatikan perempuan itu menyebrang, masuk gang yang hanya cukup untuk 2 motor saja kemudian menghilang karena belok kiri. Menghilangnya tubuh dengan nama bulek itu sekaligus semakin membuat suasana semakin sepi.
Kau bingung? Indra? Bayu? Akan aku ceritakan.
Namanya adalah Indra Bayu Kartika. Semua orang memanggilnya Bayu, tapi ia lebih suka namanya yang depan, Indra. Jika suatu saat kau bertemu dengannya, dia pasti akan memperkenalkan dirinya sebagai Indra. Sejauh ini, yang memanggilnya Indra masih 6 orang. Ialah kedua sahabatnya yang bernama Bagong, kevin. 2 lagi adalah teman pendakinya yang bernama Novi dan Rohman. Satu orang lagi adalah perempuan yang tadi baru saja ia kenal, Nonin. Dan selanjutnya adalah kamu, yang membaca cerita ini.
Indra adalah seorang lukusan akademis salah satu perguruan tinggi di kotanya. Selepas ia lulus kuliah setahun yang lalu, pada 2017, ia memilih menjadi seorang petani. Mamanya sudah berkali-kali menyarankan agar ia memilih bekerja di Kelurahan saja, pertambangan, pabrik sebagai kepala gudang atau paling tidak bekerja di sebuah Bank. Tapi Indra sungguh menolak. Tidak hanya sekali Indra dan mamanya terlibat adu mulut mengenai pekerjaan. Biar kujelaskan. Semua orang tua itu sama, ia tidak ingin anaknya susah berpanasan di sawah. Apalagi, indra memiliki mama dengan profesi seorang bidan. Biar kuberi nama, Kartika. Indra lahir dari rahim seorang yang cantik, pandai, dan keluarga yang berada. Jangan dulu tanya orang tua laki-lakinya. Tapi indra, sungguh tidak terlalu tertarik dengan pekerjaan yang dianggapnya menjadi budak korporat, penggerak roda kapitalis. Indra mencintai teknisinya yang berjumlah 2 orang, namanya pak gik dan pak dik. Pak gik dan pak dik adalah orang-orang kepercayaannya. Bagi indra yang juga berprofesi sebagai seorang pengepul cabai merah, keuntungan yang biasa ia ambil dari petani hanya berkisar 1000-2000 rupiah saja, sebab melihat wajah legam mereka yang bahagia karena mendapat hasil panen adalah kebahagiaan yang sungguh tidak terkira. Indra tentunya bisa menentukan kerja dimana saja ia mau. Sebab di jaman 2018 ini, kebutuhan uang pelicin untuk pekerjaan bukanlah hal yang tabu. Orang tuanya adalah keluarga terpandang, relasinya banyak, jelas itu akan memudahkan. Tapi seperti yang kubilang, Indra tak sama seperti manusia yang lainnya. Sampai sini, kau belum jatuh cinta?
***
Nonin tengah sibuk dengan skripsinya saat handponenya berbunyi, sebuah notif instagram masuk. Nonin masih fokus pada skripsinya, sementara seseorang tengah harap-harap cemas menunggu balas direct messagenya. Iya, orang itu adalah Indra. Tadi pagi, dihari yang sama sebelum malam sungguh datang, indra mendapati Hp nonin yang tertinggal masih dalam kondisi menyala dan nonin belum close tab yang ia buka. Itulah kenapa Indra tak begitu risau di perpisahannya senja tadi. Sekarang, nonin sudah menutup laptopnya. Menggerakkan sendi badannya yang sudah mulai pegal. Sejak selepas isya ia udah didepan laptop hingga sekarang, 20:38. Ia yang menyadari hpnya berbunyi langsung membukanya, benar saja ternyata sebuah Dm. Nama yang asing, sepertinya bukan salah satu pengikutnya. "Pendakiamatir?" Katanya bertanya pada dirinya sendiri. Tangannya tiba tiba bergerak menuju profilnya, menegaskan siapa orang dibalik akun itu. Ia, dia adalah Indra, alias bayu, alias Indra Bayu Kartika. Entah kenapa senyum mengembang diwajah nonin sekilas, sebelum akun itu dia folback.
20:30 "Assalamualaikum mbak nonin. Hpnya udah ketemu kan, maaf ya aku taruh di tas laptop" lah, batin nonin.
20:44 "Maksudnya gimana ya mas?" Katanya heran.
20:45 "Intinya, hp sampeyan ada kan?" Dia membalas begitu cepat, batin nonin.
20:46 "ada mas, alhamdulillah. Ini tadi sampeyan yang simpan kah?"
Begitulah obrolan pertama mereka. Basa-basi yang sungguh basi. Obrolan itu berlangsung hingga pukul 22:34, hingga Indra pamit untuk pergi tidur yang sebenarnya lebih memilih bermain twitter. Bukan Indra tak suka nonin, tapi ia hampir kehabisan topik karena keduanya sudah banyak membahas hal yang terlalu biasa. Kemudian keduanya sama sama mengucap selamat malam, nonin yang pamit tidur sungguh memejamkan mata, sepertinya ia akan mimpi indah malam ini.

Menggapai RaungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang